“Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.” Wahyu 2:5

Barangkali Anda sering mendengar kbotbah bahwa sebagai orang Kristen kita sudah menerima tebusan sebagai karunia (grace) Allah, yang berarti secara cuma-cuma. Dengan penebusan Kristus, kita dibebaskan dari hukuman utama dosa, yaitu kematian yang kekal jika kita meninggalkan dunia ini. Sebagian pengkhotbah mungkin terlau menekankan kebenaran ini sehingga pesan mereka bisa disalah tafsirkan bahwa orang Kristen tidak akan menerima hukuman apa pun, baik di dunia maupun di surga. Ini adalah pandangan yang salah, yang bisa menyebabkan orang Ktisten tidak peduli akan cara hidupnya.
Umat Kristen masih harus menghadapi pengadilan di hadapan Allah setelah meninggalkan dunia ini. Mereka harus mempertanggungjawabkan cara hidupnya dan juga apa yang ditugaskan kepadanya. Sebagai hamba Kristus, kita akan diadili dan menerima ganjaran yang sesuai. Untunglah Kristus akan menjadi pembela kita sehingga kita tidak akan dijatuhi hukuman mati, tetapi setiap orang akan menerima ganjaran yang sesuai dengan apa yang sudah dilakukannya untuk Kristus. Mereka yang sudah mengerjakan tugasnya dengan baik akan menerima punjian dan ganjaran yang baik.
Selama hidup, orang Kristen mungkin mengenal apa yang seing disebutkan oleh pemimpin-pemimpin gereja sebagai “Tujuh Dosa yang Mematikan”(Seven Deadly Sins ) yang merupakan pengelompokan dan penggolongan atas dosa-dosa atau tindakan-tindakan tercela dalam ajaran Kekristenan, meskipun tidak disebutkan secara eksplisit dalam Alkitab. Suatu sifat, tingkah laku, tindakan, atau kebiasaan digolongkan dalam kelompok ini jika hal-hal tersebut secara langsung bisa menimbulkan dosa-dosa, tindakan-tindakan tercela, atau kebiasaan-kebiasaan buruk lainnya. Seperti penyakit kanker.
Sebagai contoh, seseorang yang membiarkan dirinya terus dikuasai kemarahan dapat melakukan balas dendam dengan cara membunuh, seseorang yang dikuasai ketamakan dapat melakukan korupsi (mencuri) jika ada kesempatan. Membunuh, mencuri, dan dendam merupakan dosa-dosa akibat yang ditimbulkan oleh kemarahan dan ketamakan yang merupakan dosa-dosa pokok yang bisa membawa berbagai hukuman selama hidup di dunia, tidak hanya bagi yang bersangkutan tetapi juga kepada anak-cucu mereka.
Berdasarkan daftar baku yang umum dewasa ini, tujuh dosa pokok terdiri dari kesombongan, ketamakan, kemarahan (kemurkaan), iri hati (kedengkian), hawa nafsu (percabulan), kerakusan, dan kemalasan (kelambanan atau kejemuan). Dosa-dosa atau kecelaan-kecelaan pokok ini merupakan lawan dari kebajikan, yang mana diakibatkan oleh kebiasaan-kebiasaan yang melenceng dari kasih. Dosa-dosa ini mengaburkan suara hati dan membuat seseorang melakukan hal buruk, untuk mana ada huluman dari Tuhan kepada setiap orang selama hidup di dunia, tidak terkecuali orang Kristen.
Isi Wahyu 2 adalah surat-surat mini kepada empat gereja, yang didiktekan oleh Yesus kepada Yohanes. Efesus dan Smirna adalah kota-kota pesisir, sedangkan Pergamus dan Tiatira adalah kota-kota pedalaman. Setiap pesan ini berisi deskripsi unik tentang Yesus, sebuah perintah, sebuah janji. Semua jemaat – kecuali jemaat di Laodikia – menerima pujian. Semua surat kecuali dua dari tujuh surat -yang ditujukan kepada jemaat di Smirna dan Philadelphia -juga berisi teguran kritis. Seperti jemaat saat ini, sebagian besar jemaat yang disapa oleh Yesus memiliki karakteristik yang baik dan setidaknya satu hal yang perlu diperbaiki.
Wahyu 2:1–7 adalah surat pertama yang Yesus diktekan kepada Yohanes, yang ditujukan kepada gereja di Efesus. Jemaat ini dipuji karena kesabaran dan penolakan mereka terhadap rasul-rasul palsu. Meskipun awalnya sangat baik, Efesus telah meninggalkan kasih mereka yang mula-mula. Mereka hanyut dalam sikap dingin dan religiusitas yang monoton. Yesus memerintahkan gereja untuk mengingat hari-hari awalnya, bertobat, dan berperilaku seperti yang telah mereka lakukan sebelumnya. Yesus menjanjikan berkat dan pahala bagi pemenang.
Dalam Wahyu 2:5 kita membaca perintah ganda Yesus kepada jemaat di Efesus: ingatlah dan bertobatlah. Ia menyerukan jemaat di Efesus untuk mengingat kasih yang telah meninggalkan mereka. Komitmen mereka terhadap kebenaran adalah hal yang baik, tetapi jika tidak dimotivasi oleh kasih, ketaatan itu tidak sepenuhnya menyenangkan Allah (Wahyu 2:1-4).
Perjanjian Baru menempatkan kasih kepada Tuhan sebagai prioritas tinggi. Yesus mengajarkan bahwa kasih kita kepada-Nya harus melebihi kasih kita kepada saudara-saudara terdekat kita (Matius 10:37). Rasul Paulus menyatakan bahwa kasih kita kepada Tuhan harus melebihi kasih kita kepada pasangan kita (1 Korintus 7:32-35). Dalam 1 Korintus 13:3 Ia menyatakan bahwa bahkan mati sebagai martir secara sukarela tidak ada artinya jika tidak ada kasih.
Pagi ini, Yesus memerintahkan kita – seperti jemaat di Efesus – untuk bertobat. Jemaat di Efesus perlu membalikkan kemunduran rohani mereka dan melayani-Nya seperti yang mereka lakukan ketika jemaat dimulai. Kita pun harus demikian, dan bukannya merasa puas karena merasa bahwa kita adalah orang pilihan Tuhan. Kegagalan untuk mengindahkan perintah Yesus akan mendatangkan hukuman yang pantas bagi kita, baik selama hidup di dunia atau ketika kita sudah di surga.