“Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” Matius 6:34

Siapa yang belum kenal lagu “One Day at a Time“? Lagu ini adalah lagu Kristen populer bergaya country dan western yang ditulis oleh Marijohn Wilkin dan Kris Kristofferson. Lagu ini telah direkam oleh lebih dari 200 artis dan telah mencapai No. 1 di beberapa wilayah dunia. Penyanyi Skotlandia Lena Martell berhasil menduduki peringkat pertama di UK Singles Chart dengan versinya pada tahun 1979. Lagu ini pertama kali direkam oleh penyanyi country Amerika Marilyn Sellars pada tahun 1974. Versi ini menjadi hit top 40 AS dan hit top 20 di tangga lagu Country. Di Indonesia, lagu Kristen ini pernah dinyanyikan oleh artis Meriam Bellina. Perlu diketahui, lagu ini mempunyai versi non-kristen yang berupa lagu romantis.
Mengapa lagu “One Day at a Time” atau Satu hari demi satu hari” ini menjadi lagu yang sangat populer di kalangan orang Kristen? Menurut kamus Inggris Merriam-Webster, menjalani hidup sehari demi sehari berarti, “menangani masalah yang muncul setiap hari alih-alih mengkhawatirkan masa depan. Frasa ini umumnya digunakan sebagai nasihat ketika seseorang berpikir terlalu jauh ke depan atau mengharapkan masalah atau perubahan terjadi dalam semalam. Sebenarnya, Yesuslah yang mengajarkan hal ini dalam khotbah-Nya di bukit.
Matius 6:25–34 menyimpulkan bagian Khotbah di Bukit ini dengan ajaran Yesus tentang kecemasan. Bahkan kepada orang yang sangat miskin, Yesus berkata untuk tidak khawatir tentang makanan atau pakaian. Tuhan memberi makan burung-burung dan mendandani bunga bakung dengan indah, dan anak-anak-Nya jauh lebih berharga daripada burung. Perasaan cemas tidak dapat menambah satu jam pun dalam kehidupan seseorang. Sebaliknya, Yesus memberi tahu para pengikut-Nya untuk percaya kepada Tuhan untuk menyediakan apa yang benar-benar mereka butuhkan. Akan tetapi, konteks dari apa yang kita ”butuhkan” adalah kehendak Tuhan—yang mungkin terlihat sangat berbeda dari apa yang kita inginkan (Matius 5:3–12).
Khotbah di Bukit berlanjut di bab 6, yang seluruhnya terdiri dari perkataan Kristus. Yesus mengajarkan bahwa Tuhan memberi pahala atas perbuatan yang dimotivasi oleh pengabdian yang tulus kepada-Nya, bukan oleh persetujuan dari orang lain. Ia mengajarkan contoh doa yang sederhana dan autentik. Kristus memperingatkan agar tidak menimbun uang dan harta benda di bumi. Sebaliknya, orang percaya harus membuat pilihan yang menyimpan harta di surga. Prioritas utama seseorang dapat berupa Tuhan, atau uang, tetapi tidak dapat keduanya. Bersamaan dengan itu, Yesus mengatakan orang percaya harus berjuang melawan kecemasan tentang kebutuhan sehari-hari. Bapa surgawi tahu apa yang kita butuhkan. Yang perlu kita lakukan adalah mengejar kerajaan dan kebenaran-Nya; Ia akan memenuhi kebutuhan kita, satu hari demi satu hari.
Barangkali kita harus belajar untuk hidup sehari demi sehari seperti seorang pecandu obat bius. Mereka yang berjuang melawan kecanduan, saat dalam pemulihan, sering kali berpegang teguh pada serangkaian pernyataan panduan saat mereka berusaha untuk tetap sadar. Mantra umum yang digunakan dalam situasi tersebut adalah “satu hari pada satu waktu.” Tidak ada gunanya bagi orang tersebut untuk khawatir apakah mereka akan jatuh ke dalam godaan besok. Kecanduan mereka harus diperangi hari ini. Perjuangan besok akan terjadi besok. Dalam mengatasi kecanduan secara efektif, orang-orang seperti itu diajarkan untuk berfokus pada memenangkan pertempuran hari ini.
Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip yang ditemukan dalam perintah Yesus ini. Ia memberi tahu para pengikut-Nya untuk tidak khawatir tentang hari esok. Seperti yang telah Ia katakan, khawatir tidak memperbaiki apa pun. Kecemasan atas hal-hal yang tidak dapat kita kendalikan, atau di luar jangkauan kita, tidak masuk akal (Matius 6:27). Allah mengasihi kita dan sudah tahu bukan hanya apa yang ingin Ia capai, tetapi apa yang kita butuhkan untuk mewujudkannya (Matius 6:33).
Pagi ini, Yesus berkata bahwa orang percaya yang telah lahir baru harus membiarkan hari esok mengkhawatirkan dirinya sendiri. Ia tidak mengatakan bahwa orang Kristen tidak dapat atau tidak boleh membuat rencana yang bijaksana. Orang Kristen bukan orang yang fatalis, apatis atau malas. Ia juga tidak mengatakan bahwa orang percaya harus benar-benar mengabaikan apa pun kecuali pertanyaan yang paling mendesak. Konteksnya di sini adalah tentang emosi ketakutan dan kecemasan yang bisa membuat kita merasa lemah dan bahkan jatuh dalam berbagai dosa.
Mereka yang percaya kepada Tuhan seharusnya tidak membiarkan diri mereka berkubang dalam kekhawatiran yang tidak berguna tentang masa depan. Perjuangan untuk mempercayai Tuhan akan terjadi besok. Perjuangan untuk mempercayai Tuhan selalu terjadi di masa sekarang. Hari ini ada banyak masalah yang harus kita percayai. Yesus memerintahkan para pengikut-Nya untuk berfokus pada kepercayaan kepada Tuhan setiap saat. Kita seharusnya tidak mencoba menyelesaikan semua masalah kita, untuk selamanya, sekaligus. Biarkan Tuhan menyediakan apa yang dibutuhkan hari demi hari.