Apa gunanya mendoakan keselamatan orang lain?

“Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan. Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar. Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah.” Roma 10:1-3

Tuhan mendengar doa kita. Saya tahu itu salah satu konsep dasar iman kita, tetapi banyak orang Kristen yang percaya bahwa segala sesuatu sudah ditetapkan oleh Tuhan sampai pada hal yang sekecil-kecilnya. Karena itu mereka mungkin berdoa sebagai kebiasaan, tetapi tidak sungguh-sunguh percaya bahwa Tuhan akan bertindak sesudah mendengarkan doa mereka. Jika pun Tuhan nampaknya bertindak, maka itu adalah atas keputusan-Nya yang tidak dipengaruhi oleh doa kita. Bukankah Ia mahatahu dan mahabijaksana? Jika pun doa kita nampaknya terkabul, itu pun karena Tuhan memang menghendakinya dari mulanya dan membuat kita memohon apa yang akan dilakukan-Nya. Begitu pendapat sebagian orang Kristen.

Jika Tuhan menetapkan segalanya dan doa kita tidak ada pengaruhnya, dalam hal keselamatan kita tahu bahwa manusia tidak mempunyai andil dalam hal anugerah keselamatan Tuhan. Anugerah itu diberikan kepada mereka yang sudah dipilih-Nya sejak semula, dan itu bukan karena kebaikan mereka atau usaha sesama manusia. Kita tidak dapat mengubah kehendak Tuhan melalui doa kita. Tetapi mengapa Paulus ingin mendoakan mereka yang belum diselamatkan?

Dalam kitab Roma, Paulus menggunakan nada baru saat bab 10 dimulai. Ia secara langsung menyapa saudara-saudarinya: orang-orang Kristen di Roma yang kepada mereka ia menulis surat ini. Ia menyebut mereka saudara kandung karena mereka semua adalah orang Kristen. Paulus sebenarnya berbicara tentang orang Israel. Selain seorang Kristen dan warga negara Romawi, Paulus juga seorang Yahudi. Ia menulis bahwa keinginan hatinya dan doanya adalah agar semua orang-orang Yahudi diselamatkan.

Beberapa orang Yahudi telah beriman kepada Kristus melalui khotbah Paulus dan para rasul lainnya. Namun, bangsa itu secara keseluruhan telah menolak Mesias, termasuk para pemimpin agama Yahudi. Sayangnya, hal ini masih terjadi di era modern. Lebih jauh, orang-orang Yahudi pada zaman Paulus tidak hanya menolak Kristus, mereka juga mencoba membungkam Paulus dan orang lain yang berkhotbah tentang Dia. Namun, hal itu tidak mengubah keinginan Paulus untuk melihat orang-orang yang sama itu datang kepada Kristus selama masih ada kesempatan dalam hidup mereka.

Roma 10:1–4 menggambarkan keinginan dan doa Paulus yang jujur ​​agar orang-orang Israel diselamatkan melalui iman kepada Kristus. Ia mengakui antusiasme mereka terhadap Tuhan, tetapi itu tidak dapat mengatasi ketidaktahuan mereka tentang cara mencapai kebenaran Tuhan. Itu tidak mungkin dilakukan dengan menaati hukum; itu tidak mungkin. Hanya melalui Kristus saja seseorang dapat menerima kebenaran Tuhan.

Paulus menyebut mereka tidak tahu tentang kebenaran Allah. Ia mungkin bermaksud bahwa mereka tidak mengerti bahwa Allah menuntut kebenaran yang benar-benar sempurna agar seseorang dapat diterima oleh-Nya dan bukan berdasarkan jasa mereka sendiri. Mereka tidak mengerti bahwa tidak ada manusia yang mampu mencapai tingkat kebenaran itu (Roma 3:23). Atau, mungkin Paulus bermaksud bahwa mereka tidak tahu bahwa Allah menawarkan kebenaran-Nya kepada semua orang yang datang kepada-Nya melalui iman kepada Kristus. Dalam kedua kasus tersebut, orang Israel kehilangan kunci untuk diterima oleh Allah dan diselamatkan dari murka-Nya.

Hati Paulus hancur untuk umatnya, Israel. Ia berdoa agar mereka diselamatkan melalui iman kepada Kristus. Antusiasme mereka terhadap Tuhan menjadi sia-sia karena upaya mereka untuk dibenarkan melalui menaati hukum Taurat dan bukan melalui iman kepada Kristus. Lalu, apa yang mereka harus mereka lakukan untuk diselamatkan?

Kita tentu ingat bahwa sekalipun kita sudah diselamatkan bukan karena perbuatan baik kita, untuk dapat menerima keselamatan itu kita harus mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan dan percaya bahwa Tuhan telah membangkitkan Dia dari antara orang mati. Hal yang sama berlaku bagi orang Yahudi dan orang bukan Yahudi. Tuhan menunggu dengan sabar sampai Israel berbalik dan percaya dan Tuhan mendengar doa kita.

Kitab Suci memiliki banyak ayat yang menunjukkan telinga Tuhan terhadap doa kita:

“Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong, tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat.” (1 Petrus 3:12).

“TUHAN itu jauh dari pada orang fasik, tetapi doa orang benar didengar-Nya.” (Amsal 15:29).

“Mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong” (Mazmur 34:167).

“Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada Tuhan, kepada Allahku aku berteriak minta tolong. Ia mendengar suaraku dari bait-Nya, teriakku minta tolong kepada-Nya sampai ke telinga-Nya.” (Mazmur 18:7)

“Ketahuilah, bahwa Tuhan telah memilih bagi-Nya seorang yang dikasihi-Nya; Tuhan mendengarkan, apabila aku berseru kepada-Nya.” (Mazmur 4:4).

Malam ini, tahukah Anda bahwa Tuhan mendengar doa Anda? Lebih baik lagi, percayakah Anda bahwa Dia akan bertindak? Sering kali, kita tahu bahwa segala sesuatu itu benar tetapi gagal mempercayainya saat itu juga. Saya tahu istri saya mencintai saya karena dia mengucapkan sumpahnya di pernikahan kami, tetapi ketika kami bertengkar, saya cenderung lupa. Dan itu tidak ada hubungannya dengan dia, tetapi semuanya berkaitan dengan hati saya.

Hal yang sama berlaku untuk Tuhan. Kita tahu Dia mendengar kita karena Alkitab sangat jelas dalam hal itu. Tetapi ketika hidup menjadi sulit, ketika kehidupan melawan arus, ketika ombak menghantam kita, apakah kita tetap mempercayai Dia? Ketika kita melihat adanya sanak atau teman yang sampai sekarang belum mau bertobat, apakah kita percaya bahwa Tuhan tidak melupakan mereka?

Saya membayangkan orang Kristen terkadang menuduh Tuhan tidak mendengarkan mereka—atau setidaknya mempertanyakan apakah Dia mendengarkan. Apa pun itu, kita salah. Tuhan mendengar Anda. Ia ada di sana. Ia “mendengar segala doa.” Anda hanya perlu melakukan dua hal. Pertama, Anda perlu berdoa. Berserulah kepada-Nya; datanglah kepada-Nya sesering mungkin—untuk apa pun. Terkadang kita berpikir Ia tidak mendengar permohonan kita karena . . . kita tidak sunguh-sungguh berdoa dengan iman. Kedua, bukalah Alkitab Anda dan biarkan Ia berbicara. Anda mungkin telah mengucapkan doa Anda tetapi Anda tidak akan mendengar apa yang dikehendaki-Nya jika Alkitab Anda tertutup.

Semoga Anda tetap rajin berdoa!

Tinggalkan komentar