Dari hati timbullah berbagai dosa

“Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang. Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.” Matius 15:18-19

Pada waktu itu, orang-orang Farisi dan ahli Taurat datang dari Yerusalem untuk menantang Yesus. Mereka tersinggung karena para murid-Nya melanggar tradisi para pemimpin agama tentang mencuci tangan sebelum makan. Yesus membalikkan serangan itu, dengan menunjukkan bahwa para pengkritik-Nya menghormati tradisi di atas perintah-perintah Allah yang sebenarnya! Ia menegaskan bahwa tidak seorang pun menjadi najis oleh apa yang masuk ke dalam mulut—oleh hal-hal yang harfiah itu sendiri—tetapi oleh luapan isi hati, seperti perkataan yang keluar dari mulut. Dosa bahkan sudah terjadi sebelum ada perkataan yang jahat keluar dari mulut.

Apa saja yang bisa menajiskan kita secara rohani? Segala macam dosa: perbuatan, perkataan, dan pikiran yang jahat, yang semuanya berasal dari hati yang kotor. Dalam Matius 15, Yesus tidak mengharuskan murid-murid-Nya untuk melakukan ritual mencuci tangan seperti yang dilakukan orang Farisi sebelum makan. Orang Farisi memang telah mengangkat tradisi ini ke tingkat “doktrin”. Mereka menganggap perlu untuk menghindari memasukkan setitik makanan yang dinyatakan “najis” oleh Hukum Taurat ke dalam mulut seseorang (Matius 15:1–2).

Matius 15:10–20 menggambarkan jawaban Yesus yang diperluas terhadap tantangan dari orang Farisi. Kekhawatiran mereka bukanlah tentang mencuci tangan demi kesehatan, tetapi untuk mengikuti ritual keagamaan. Ia berkata orang-orang Farisi ini adalah penuntun kerohanian yang buta. Yesus memberi tahu para murid bahwa bukan apa yang masuk ke mulut seseorang yang menajiskannya; melainkan perkataan yang keluar yang menyingkapkan dosa rohani dalam hatinya. Kekotoran itu sudah ada di sana, termasuk segala macam dosa. Ia memberi tahu mereka dengan tegas bahwa makan dengan tangan yang tidak dicuci tidak menajiskan siapa pun secara rohani. Orang tidak dapat mencuci kekotoran rohani mereka dengan mencuci kaki atau tangan.

Ketika Kristus menepis gagasan ini, Ia dengan tegas menyatakan bahwa tidak ada yang masuk ke mulut seseorang yang menajiskan (Matius 15:10–11). Zat dalam makanan hanya bergerak melalui tubuh dan kemudian dikeluarkan. Itu adalah proses fisik tanpa kemampuan untuk mengkontaminasi jiwa manusia dan membuatnya berdosa. Bahkan makanan yang dilarang bagi orang Israel hanyalah makanan—makanan itu sendiri tidak berisi berdosa. Sebagai orang Yahudi menurut garis keturunan Maria, Yesus tidak pernah melanggar pantangan makanan tersebut (Matius 5:17–19), tetapi Ia juga tidak mengajarkan orang untuk melakukannya.

Sebaliknya, dosa dan kenajisan sudah hidup dalam jiwa manusia dari awalnya. Kekotoran itu bisa terungkap dari hati melalui kata-kata yang diucapkan seseorang. Kata-kata menunjukkan apa yang ada di dalam hati seseorang. Ketika kita mengatakan sesuatu yang kotor atau jahat, kita menyingkapkan fakta bahwa kita sudah tercemar. Apa yang memenuhi hati meluap dan keluar melalui kata-kata seseorang. Jika seseorang berbicara cukup lama, ia akhirnya akan menunjukkan apa yang ada di dalam hatinya. Hati yang tercemar selalu mengluarkan kata-kata yang jahat, tidak sopan dan tidak benar.

Lebih lanjut, Yesus memberikan daftar contoh-contoh pencemaran yang ada di dalam hati manusia. Daftar ini tidak dimaksudkan untuk menjadi daftar yang lengkap; ada lebih banyak dosa daripada hanya ini. Daftar tersebut mencakup pikiran-pikiran jahat, pembunuhan, dan perzinahan. Yesus merujuk pada amoralitas seksual dalam bentuk apa pun dengan menggunakan istilah Yunani porneia. Ia juga merujuk pada pencurian, berbohong tentang tindakan orang lain, dan fitnah. Inilah yang hidup di dalam hati manusia dan diungkapkan melalui apa yang kita keluarkan dari hati kita.

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita tahu hal ini benar. Hatilah yang menbuat “dosa kecil” menjadi “dosa besar”. Misalnya, mengucapkan kata-kata kotor kepada seseorang, atau menyimpan kebencian dalam hati terhadap orang lain adalah dosa yang serius (Yakobus 3:8-10). Namun, membenci seseorang sedemikian rupa sehingga seseorang merencanakan dan melaksanakan pembunuhan adalah “lebih besar” dalam hal niat, akibat, dan hukumannya. Atau berpikir untuk berbohong. Berbohong kepada seseorang itu salah. Namun, berbohong sebagai pejabat pemerintah atau pengurus gereja dan bertindak curang dalam hal pendanaan dapat mengakibatkan berbagai masalah.

Bagaimana pula dengan dosa seksual? Segala aktivitas seksual di luar perjanjian pernikahan antara seorang pria dan seorang wanita adalah dosa. Namun, kita memandang dosa seksual yang merupakan distorsi terhadap tatanan ciptaan Tuhan, baik homoseksualitas, maupun keinginan seksual terhadap anak-anak (pedofilia) dan hubungan dengan binatang (bestialitas) merupakan hal yang lebih serius dalam hal konsekuensi dan dampaknya terhadap orang-orang yang terlibat dan juga masyarakat umum. Ini berarti bahwa orang Kristen yang mendukung atau mengabaikan bahaya dosa-dosa seperti itu sudah melakukan dosa yang besar karena potensinya untuk mempengaruhi pandangan dan cara hidup orang lain. Apalgi, di zaman ini, ada kecenderungan di beberapa negara bahwa pikiran erotis terhadap anak-anak dan hewan untuk dianggap normal selama itu tidak diwujudkan dalam perbuatan yang merugikan orang lain.

Pagi ini, Alkitab menegaskan apa yang kita ketahui sebagai kebenaran dalam pengalaman kita sehari-hari. Karena kita diciptakan sebagai pembawa gambar dan kasih karunia Allah, kita tidak dapat menghilangkan kebenaran Allah dari kehidupan, hati nurani, dan diri kita sendiri. Marilah kita berusaha untuk hidup di dalam terang kebenaran Tuhan setiap hari!

Tinggalkan komentar