Jalan manusia belum tentu jalan Tuhan

“Pergilah kamu ke pesta itu. Aku belum pergi ke situ, karena waktu-Ku belum genap.” Yohanes 7:8

Sebagian orang Kristen percaya bahwa Tuhan yang mahakuasa adalah Tuhan yang mengatur semua hal di dunia sehingga semua hal terjadi persis seperti apa yang dikehendaki-Nya. Pendapat semacam ini agak membingungkan karena jika ada hal yang jahat terjadi, tentunya itu juga apa yang dikehendaki-Nya sekalipun mungkin bukan Dia yang secara langsung melakukannya. Anak yang lahir cacat, orang yang mengalami kecelakaan dan berbagai hal yang mengerikan, semuanya adalah apa dikehendaki Tuhan yang tidak mau “kaget” jika itu terjadi. Pendapat seperti ini membuat Tuhan seakan monster yang bodoh, yang takut kehilangan kontrol jika sesuatu terjadi di luar kehendak-Nya.

Pada pihak lain, dapatkah manusia berbuat sesuatu yang berbeda dengan apa yang dikehendaki Tuhan? Sudah tentu! Dalam Alkitab ada banyak kisah tentang manusia yang melanggar perintah dan firman-Nya sedemikian rupa sehingga Tuhan marah dan menjatuhkan hukuman-Nya. Tuhan yang mahasuci tidak membuat manusia memilih apa yang jahat; sebaliknya, manusialah yang bersalah atas dosanya. Karena itu dosa bisa dibayangkan sebagai anak panah yang meleset dari sasaran yang dikehendaki Tuhah.

Memang tanpa bimbingan Tuhan, manusia cenderung untuk merencanakan dan melakukan apa yang jahat atau yang tidak baik, yang menyimpang dari rancangan dan jalan Tuhan. Walaupun demikian, Tuhan yang mahatahu dan mahakuasa tidak akan kaget melihat semua itu karena Ia sudah tahu sebelum hal itu terjadi, dan Ia sanggup mengatasi semuanya agar rencana-Nya akhirnya akan terjadi. Bagi orang durhaka, ini juga memberi Tuhan alasan untuk menghukum mereka. Sebaliknya, bagi umat percaya, ini berarti bahwa Tuhan bisa memakai apa saja yang terjadi untuk kebaikan mereka.

“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Roma 8:28

Dari Alkitab kita bisa melihat bahwa apa yang signifikan dan krusial dalam rencana-Nya, Tuhan selalu memakai rencana dan penetapan tertentu dan melakukan tindakan-tindakan yang tidak dapat dibantah manusia. Pada pihak lain, ada banyak perbuatan manusia yang tidak signifikan dan bahkan bisa dikatakan sia-sia, untuk mana Tuhan mengizinkannya terjadi sesuai dengan kebebasan yang diberikan-Nya kepada setiap insan. Itu juga merupakan bagian rencana-Nya dan keputusan yang diambil-Nya.

Segala apa yang tidak mengganggu rencana-Nya akan dibiarkan-Nya terjadi sepengetahuan-Nya dan sesuai dengan kesabaran-Nya, sampai saat yang tepat di mana Ia akan menyatakan apa yang harus terjadi.

Untuk bisa sepenuhnya memahami cara Tuhan bekerja, tidak seorang pun yang bisa. Tetapi kita bisa belajar dari kitab Yohanes bab 7 saat saudara-saudara Yesus merencanakan sesuatu yang berbeda dengan kehendak Yesus.

Dalam ayat 1-9 kita membaca tentang rencana saudara-saudara Yesus untuk menghadiri perayaan besar di Yerusalem. Pria Yahudi diwajibkan menghadiri beberapa perayaan di Yerusalem setiap tahun (Ulangan 16:16). Perayaan terbesar adalah Perayaan Pondok Daun selama tujuh hari, yang juga dikenal sebagai Perayaan Pondok Daun (Imamat 23:34). Selama waktu tersebut, Yerusalem akan dipenuhi oleh para peziarah, pengunjung, dan pelancong.

Alih-alih pergi ke perayaan itu bersama saudara-saudara-Nya, Yesus bermaksud untuk datang sendiri, agar kedatangan-Nya lebih tenang (Yohanes 7:10). Meskipun didorong oleh saudara-saudara-Nya (Yohanes 7:1-5), Yesus tidak mau mencari publisitas atau popularitas (Yohanes 6:25-29). Sebaliknya, Ia tahu bahwa orang-orang akan menentang-Nya karena tidak suka diingatkan tentang dosa mereka (Yohanes 7:7; 15:24-25). Yesus yang peka terhadap kehendak Allah Bapa, tahu bahwa pekerjaan-Nya di bumi harus mengikuti rencana Allah.

Saudara-saudara Yesus mendesaknya untuk pergi ke Yerusalem agar para pengikutnya dan dunia dapat melihat pekerjaan yang dilakukannya, tampaknya dengan asumsi bahwa ia “berusaha untuk dikenal secara terbuka” (Yohanes 7:4). Sekalipun ini seperti maksud yang baik, Yohanes menyatakan bahwa saudara-saudara Yesus belum percaya kepada-Nya.

Pernyataan saudara-saudara Yesus sebenarnya dapat dipahami setidaknya dalam dua cara. Mereka bisa saja mencemooh dan mengejek Yesus dalam permusuhan terbuka terhadapnya. Atau, mereka mungkin dapat menanggapi mukjizat Yesus secara positif tanpa memahami rencana-Nya. Mereka melihat pekerjaan-pekerjaan besar yang dilakukan-Nya, dan mereka agaknya memahami bahwa Yesus adalah Mesias, dan karena itu mereka berasumsi bahwa Ia harus tampil di depan umum, sebagaimana tercermin ketika mereka menasihati, “Jikalau Engkau berbuat hal-hal yang demikian, tampakkanlah diri-Mu kepada dunia.” (Yohanes 7:4).

Menuruti penikiran mereka sendiri, saudara-saudara Yesus memanggil-Nya untuk tampil di depan umum, agar Dia pergi ke pesta itu sehingga para pengikut-Nya dan dunia dapat melihat apa yang sedang Dia lakukan (Yohanes 7:4-5). Yesus menegaskan bahwa Dia tidak pergi ke pesta itu dengan cara itu untuk tujuan itu (Yohanes 7:8). Daripada bergabung dengan gerombolan orang yang menyerbu Yerusalem agar semua orang dapat melihatnya (Yohanes 7:9), Yesus pergi ke pesta itu secara pribadi (Yohanes 7:10), menghindari orang-orang yang ingin menemukan-Nya (Yohanes 7:11).

Saudara-saudara Yesus tampaknya menyarankan agar ia pergi ke pesta itu dan memasuki Yerusalem dengan cara yang sama seperti yang akan Ia lakukan ketika saatnya tiba, ketika orang banyak melambaikan daun palem dan berseru, “Hosana!” (lihat Yohanes 12:12–15). Saudara-saudara Yesus tidak sekadar menyarankan agar Yesus pergi ke pesta itu; mereka menyarankan agar ia berparade dengan orang banyak yang berbondong-bondong untuk dirayakan sehingga gerakan itu dapat membangun momentum.

Pemahaman tentang apa yang disarankan oleh saudara-saudara Yesus ini menjelaskan mengapa Yesus menjawab bahwa waktunya belum tiba (Yohanes 7:6). Yesus tidak pergi ke pesta itu seperti yang didesak oleh saudara-saudara-Nya. Mereka tidak percaya karena mereka tidak bisa, dan mereka tidak bisa percaya karena mereka tidak memahami misi-Nya. Sekalipun demikian, Yesus tidak membuat mereka batal untuk berangkat. Ia tidak melarang mereka pergi. Ia tidak marah. Sebaliknya, Ia menganjurkan mereka untuk pergi ke sana, sesuai dengan keinginan mereka. Kehadiran saudara Yesus tidak akan membawa masalah bagi Yesus, tetapi Ia tidak mau pergi bersama mereka.

Kehendak dan pilihan manusia secara umum bukanlah hal yang signifikan bagi Tuhan jika tidak menghalangi rencana-Nya. Kehendak dan pilihan saudara-saudara Yesus adalah kehendak asli manusiawi karena kemampuan mereka yang terbatas, bukan buatan Tuhan tapi dengan seizin-Nya.

Orang-orang Yahudi berusaha membunuh Yesus (Yohanes 7:1), dan saudara-saudara-Nya tidak memahami tujuan-Nya (Yohanes 7:5). Yesus menjelaskan dirinya sendiri dan menjawab saudara-saudaranya dalam ayat 6-8. Ia menyatakan bahwa ia tidak akan menerima nasihat dari saudara-saudaranya dan pergi ke Yerusalem karena waktunya belum tiba.

Pagi ini kita menyadari bahwa jalan yang diambil orang Kristen belum tentu jalan Tuhan. Tetapi, seperti saudara-saudara Yesus, cara hidup kita saat ini adalah sepenuhnya tanggung jawab dan pilihan kita selama Tuhan mengizinkannya. Sebagai orang Kristen kita tidak boleh merasa bahwa Tuhan sudah membuat kita hidup dan mengambil keputusan yang bisa menyebabkan adanya suka atau duka karena kehendak-Nya semata-mata. Baiklah kita memohon agar kita dibimbing-Nya untuk bisa melihat rancangan dan kehendak-Nya, agar kita bisa mengambil tindakan yang memuliakan Dia.

“Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.” Yesaya 55:8

Tinggalkan komentar