Pentingnya kata “jika” dan “maka” dalam Alkitab

“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” 1 Yohanes 1:9

Kali ini saya tidak akan membahas arti ayat di atas secara langsung. Saya ingin membahas sebuah kata yang sangat penting di seluruh Alkitab. Kata ini adalah salah satu kata yang paling sering diabaikan di seluruh Alkitab. Kata “jika” atau “if” dalam bahasa Inggris adalah salah satu kata penting yang terpendek dalam Alkitab. Sebuah kata yang seimg muncul bersamaan dengan kata itu adalah kata “maka” atau “then” dalam bahasa Inggris.

Ketika belajar pemrograman komputer sekitar 45 tahun yang lalu, saya mempelajari instruksi mengenai pernyataan JIKA-MAKA atau IF-THEN yang akan digunakan dalam program saya. Pernyataan tersebut menciptakan opsi bagi komputer untuk membuat pilihan tergantung pada keadaan apa (input) yang harus dipertimbangkan. JIKA ini kondisinya, MAKA lakukan ini; JIKA itu situasinya, MAKA ini harus dipilih, dan sebagainya. Menurut Alkitab, ternyata Tuhan pun menggunakan pernyataan yang serupa. Ini jelas berlaku di alam semesta, dan tentunya juga berlaku dalam kejadian alami, keadaan lingkungan dan kehidupan semua makhluk di dunia.

Apa yang terjadi di dunia pada ciptaan Tuhan selalu ada penyebabnya yang disebut “penyebab sekunder”, dan semuanya terjadi dengan seizin Tuhan sebagai “penyebab primer”. Gunung meletus karena tekanan magma yang menembus muka bumi, gempa bumi terjadi gerakan-gerakan batu dalam bumi, pemanasan global dan musnahnya flora dan fauna terjadi karena polusi manusia, dan sebagainya. Dalam hal ini, sebagian orang secara mudah menyatakan bahwa semua itu terjadi karena Tuhan yang menghendaki.

Dalam banyak hal manusia bertanggung jawab atas apa yang terjadi di bumi karena Tuhan sudah mengutus manusia sebagai wakil-Nya (Kejadian 2:19-20). Manusia seharusnya mengerti bahwa prinsip JIKA-MAKA berlaku di dunia sesuai dengan kehendak Tuhan yang menetapkan bahwa segala sesuatu berjalan secara teratur sesuai dengan aturan tertetu, sekalipun Tuhan yang berdaulat dan mahakuasa terkadang melalukan keajaiban untuk mencapai maksud-maksud dan rancangan-Nya.

Seberapa pentingkah kata “IF” dalam Alkitab? Kata ini muncul dalam Alkitab berbahasa Inggris sekitar 1.637 kali. Anda akan menemukannya 993 kali dalam Perjanjian Lama dan 602 kali dalam Perjanjian Baru. Dua puluh empat kali dalam surat-surat Yohanes.

Menariknya, dalam hal rohani banyak orang Kristen tahu adanya pernyataan JIKA-MAKA dari Tuhan, tetapi mereka seakan mengabaikannya. Ini mungkin karena dalam Alkitab pernyataan JIKA-MAKA sering kurang jelas, tidak seperti kata IF-THEN dalam terjemahan bahasa Inggris. Ayat di 1 Yohanes 1:9 adalah perkecualian. Pernyataan-pernyataan JIKA-MAKA ini diberikan kepada kita agar kita dapat menggunakan penalaran, menghasilkan pemahaman, dan kemudian penerapan, untuk ‘membuat pilihan yang tepat’ dengan aktivitas hidup kita. Pernyataan JIKA-MAKA membantu kita secara logis untuk memahami kehendak Tuhan.

Jika Alkitab penuh dengan pernyataan JIKA-MAKA, mengapa konsep kausalitas ini jarang dibahas dalam khotbah? Kausalitas ini menyangkut hubungan sebab-akibat (kausal) antara dua atau lebih peristiwa. Secara umum pengetahuan tentang hubungan sebab akibat sangat penting dalam mempelajari sejarah terutama untuk menjawab pertanyaan mengapa suatu peristiwa itu terjadi. Salah satu di antara penyebab keseganan orang Kristen untuk mendalami arti ayat-ayat yang mengandung pernyataan kausalitas adalah keyakinan yang keliru bahwa semua yang terjadi di dunia sudah ditentukan Tuhan dan tidak ada pilihan lain untuk manusia yang diutus-Nya untuk menjadi seperti Dia.

Berikut ini adalah beberapa contoh kausalitas JIKA-MAKA dalam Kitab Suci yang menyatakan adanya opsi manusia:

“Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga (maka) Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu.” Markus 11:25

Perlu dicatat bahwa sekalipun kata JIKA-MAKA itu tidak ditemui, bentuk kausalitas itu tetap ada:

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya (jika) setiap orang yang percaya kepada-Nya (maka) tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Yohanes 3:16

Jawab Yesus, “Jika seorang mengasihi Aku, (maka) ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.” Yohanes 14:23

Apa yang harus kita sadari adalah bahwa begitu banyak hal yang kita harapkan dari hubungan kita dengan Tuhan bersifat bersyarat, dan bukan sudah ditentukan Tuhan. Tuhan seakan berjamji, “JIKA kamu mau, MAKA Aku akan melakukannya; dan JIKA kamu tidak mau, MAKA Aku tidak akan melakukannya.” Apa yang lebih sering didengungkan oleh mereka yang fatalis adalah: JIKA Aku mau, Aku akan melakukannya, MAKA tidak ada hal apa pun yang bisa mengubah keputusan-Ku”. Inilah yang menyebabkan keraguan orang Kristen untuk berdoa guna memohon belas kasihan dan pertolongan Tuhan dan keseganan mereka untuk berbuat baik. Mereka tidak sadar bahwa Tuhan yang mahatahu sudah mempertimbangkan semua jalan manusia dan ikut bekerja dalam segala seuatu untuk mencapai rencana-Nya. Manusia harus berusaha sekalipun pada akhirnya (ultimately) rencana Tuhanlah yang terjadi.

Tentu saja ada Perjanjian-Perjanjian yang dibuat Tuhan yang tidak ada hubungannya dengan tanggapan kita, seperti pelangi di langit dan janji Tuhan untuk tidak pernah lagi menghancurkan seluruh bumi dengan air. Itu adalah Perjanjian Tuhan yang ‘berdiri sendiri’, dan apa yang kita lakukan atau tidak lakukan tidak akan mengubah apa yang akan Tuhan lakukan terhadap janji itu.

Saya harap Anda akan tertantang untuk melakukan studi pembacaan Kitab Suci dengan memperhatikan pernyataan kausalitas JIKA-MAKA yang bisa membantu Anda untuk menjadi dewasa secara spiritual. Pernyataan ini dapat membuat perbedaan antara kebenaran dan kesalahan, menaati Allah dan tidak menaati Allah, diselamatkan dan tersesat, berada di Surga atau berada di neraka.

Pemahaman yang tepat tentang hal ini bisa mencegah timbulnya dua masalah serius. Salah satunya adalah otomatisme – gagasan bahwa keanggotaan keluarga Tuhan adalah tiket sekali jalan otomatis ke surga yang tidak melibatkan tanggung jawab pribadi untuk mempercayai Injil. Pandangan seperti ini muncul dalam betuk ajaran hyper grace. Ini keliru karena Anda tidak dapat berada dalam hubungan yang hidup dan vital dengan Tuhan tanpa benar-benar percaya kepada Yesus Kristus. Masalah lainnya adalah fatalisme – gagasan bahwa, karena Tuhan berdaulat, tidak ada yang perlu saya lakukan atau dapat saya lakukan dalam hubungan saya dengan-Nya. Ini muncul dalam bentuk hyper Calvinism. Namun, Kitab Suci jelas: Tuhan berdaulat dan Anda bertanggung jawab. Anda bertanggung jawab untuk percaya kepada Kristus, dan juga untuk bertobat serta menjalani kehidupan saleh sebagai tanggapan atas anugerah keselamatan yang cuma-cuma.

Ketika Anda memikirkan hampir setiap janji sepanjang sejarah yang telah diberikan Allah, itu semuanya bersyarat – termasuk janji keselamatan. Itu dikondisikan pada kata JIKA. Bangsa Israel akan memiliki tanah perjanjian, JIKA mereka tetap tinggal di tanah perjanjian, JIKA mereka tetap berada di jalan Tuhan dan menaati perintah Tuhan. Mereka diberi tahu bahwa JIKA mereka melanggar, mereka akan diusir, dan itulah yang sebenarnya terjadi.

Kita memiliki terlalu banyak orang Kristen yang mencoba hidup menurut cara dunia dan di dalam Kristus pada saat yang sama. Kadang-kadang, kita semua bersalah akan hal ini. Kita mencoba untuk mengabdi kepada keduanya, untuk hidup dengan dua cara. Kita tidak dapat menyenangkan Tuhan ketika kita melakukan ini. Kita menipu diri sendiri ketika kita percaya bahwa kebenaran Tuhan tidak mutlak atau tidak dapat dicapai. Atau, ketika kita mencoba mengubah hukum Tuhan agar sesuai dengan situasi kita (dalam hal pernikahan, gender, pekerjaan, perceraian, koripsi, kemarahan, mabuk, mencuri, bergosip, kebohongan putih dan sebagainya).

Ayat pembukaan di atas menyatakan bahwa JIKA kita mengaku dosa kita, MAKA Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Mengaku atau tidak mengakui adalah pilihan kita yang membawa hasil yang berbeda. Jika kita menolak untuk mengakui dosa kita dan bertobat, maka Allah tidak dapat mengampuni.

Jika kita hidup dalam terang, maka darah Kristus membersihkan kita dari dosa-dosa kita. Tetapi hidup dalam terang berarti bahwa jika kita berbuat dosa, maka kitaa segera mengakuinya, sehingga Ia dapat terus-menerus membersihkan kita. Itulah bagian yang bersyarat (kausal). Kita harus mengakui dosa-dosa kita untuk menerima pembersihan yang terus-menerus itu. Kita harus mau mengubah hidup kita sesuai dengan bimbingan Roh Kudus untuk menjadi umat Tuhan yang sejati. Jika kita mau sadar dan bertobat, maka dosa kita akan dihapuskan.

“Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan” Kisah Para Rasul 3:19

Tinggalkan komentar