Yesus adalah Juruselamat semua bangsa

“Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat.” Roma 3:28

Hari Natal dan Tahun Baru akan segera datang, tetapi agaknya tidak semua orang menyambutnya dengan hati riang. Adanya perang di Timur Tengah membuat suasana Natal tahun ini agak kurang nyaman di Australia karena timbulnya gesekan antara etnik Muslim Arab dan etnik Yahudi. Walaupun demikian, hal itu tidaklah sebanding dengan suasana di beberapa negara di mana hari Natal tidak bisa dirayakan. Di beberapa negara, saat ini perayaan Natal harus dilakukan secara “sepi-sepian” karena masyarakat setempat tidak menyukainya dan bahkan pemerintah melarangnya.

Natal tidak diakui sebagai hari libur umum di beberapa negara, termasuk: Afghanistan, Aljazair, Bhutan, Korea Utara, Libya, Mauritania, Republik Demokratik Arab Sahrawi, Arab Saudi, Somalia, dan Tajikistan. Bagaimana dengan Tiongkok? Pemerintah Tiongkok sudah menutup gereja-gereja yang bukan gereja pemerintah dan menangkapi pendetanya. Saat ini jutaan penduduk Kristennya mungkin ingin merayakan Natal, namun perayaan Natal telah berulang kali dikecam oleh pemerintah. Mungkinkah bangsa-bangsa di atas sudah ditetapkan Tuhan untuk tidak bisa ke surga?

Sebagai orang Kristen, kita yakin, bahwa orang dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat. Dengan kata lain, fakta bahwa ada satu Allah yang membenarkan manusia di pengadilan-Nya dengan satu cara – hanya oleh iman – dijadikan pengajaran ras oleh Paulus. Pembenaran oleh iman saja, kata Paulus, justru untuk meniadakan keuntungan etnis dan perasaan superioritas bangsa-bangsa tertentu atau pengucilan bangsa-bangsa lain. Tuhan kita adalah Allah bangsa-bangsa, dan Ia akan membenarkan umat-Nya hanya dengan satu cara – cara yang menjelaskan bahwa perbedaan etnis tidak menciptakan keuntungan atau kerugian. Perbedaan etnis tidak menyelamatkan dan tidak mengutuk. Pada lain pihak, Kristus menyelamatkan dan dosa mengutuk manusia, dan setiap orang dibenarkan hanya oleh iman. Karena itu, adalah keliru jika kita berpikir bahwa bangsa-bangsa tertentu sudah ditakdirkan untuk tidak diselamatkan.

Apakah orang Yahudi saja yang dipilih sebagai umat Tuhan? Tentu saja tidak. Apakah orang-orang tertentu akan ditolak-Nya? Tidak juga. Coba kita lihat keturunan Ismael, putra Abram dari hamba perempuannya, Hagar (Kejadian 16:1-12). Dari jumlah yang sedikit, bangsa Ismael menjadi bangsa yang besar dan kuat, yang hidup di Timur Tengah bertetangga degan bangsa Israel. Di kemudian hari dalam sejarah Israel, orang Ismael juga disebut sebagai orang Midian (meskipun tidak semua orang Midian adalah keturunan Ismael), dan mereka terlibat dalam jual-beli budak (Kejadian 37:28; 39:1). Hakim-hakim 8:24 mengatakan bahwa orang Ismael memiliki kebiasaan memakai anting-anting emas. Suku Midian adalah suku Arab nomaden yang tinggal di Hijaz barat laut, yang sekarang menjadi Arab Saudi.

Pada masa pemerintahan Raja Daud, orang Ismael bergabung dalam sebuah persekutuan untuk melawan Tuhan dan umat-Nya, Israel (Mazmur 83:6-7). Tujuan mereka adalah untuk “Marilah kita lenyapkan mereka sebagai bangsa, sehingga nama Israel tidak diingat lagi!” (ayat 5). Melihat kekacauan yang terjadi di Timur Tengah saat ini dan kebencian yang sering ditujukan kepada Israel melalui semboyan yang serupa oleh negara-negara tetangganya, nubuat-nubuat mengenai keturunan Ismael terbukti benar.

“Seorang laki-laki yang lakunya seperti keledai liar, demikianlah nanti anak itu; tangannya akan melawan tiap-tiap orang dan tangan tiap-tiap orang akan melawan dia, dan di tempat kediamannya ia akan menentang semua saudaranya.” Kejadian 16:12

Deskripsi nubuat tentang Ismael seperti ‘keledai liar’ cukup menarik. Hewan yang dimaksud adalah tidak jinak, yang berkeliaran di padang pasir sesuka hati. Kiasan ini menggambarkan dengan sangat akurat orang Badui yang mencintai kebebasan yang bergerak melintasi hamparan tanah yang luas. Nubuat ini bukanlah penghinaan untuk orang Badui atau kutukan dari Tuhan. Ismael akan menikmati kebebasan yang dicari ibunya. Tuhan menamai Ismael (Kejadian 16:11), yang namanya berarti “Tuhan mendengar,” dan Hagar menamai Tuhan (Kejadian 16:13) “Dia yang melihat.” Kedua nama ini merupakan wahyu utama tentang Tuhan: Dia mendengar dan Dia melihat.

Alkitab mengajarkan bahwa, sejak dosa asal Adam, semua manusia mati secara rohani dan secara moral tidak mampu tunduk kepada Tuhan dalam iman dan ketaatan. Kita memiliki pola pikir yang “tidak dapat tunduk kepada Allah.” Roma 8:7-8, “Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; memang hal itu tidak mungkin. Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah.” Alasan ketidakmampuan moral ini diberikan dalam Efesus 2:1, “Kamu dahulu mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.” Orang duniawi – sebagaimana kita secara alami – terlepas dari pekerjaan Roh Kudus, tidak melihat kebenaran sebagai sesuatu yang benar dan diinginkan, tetapi menganggapnya sebagai kebodohan. Jadi, kita semua adalah seperti keledai liar sebelum dilahirkan kembali.

Adanya keragaman etnis di neraka adalah doktrin gereja yang penting. Roma 2:9 menuliskannya seperti ini: “Penderitaan dan kesesakan akan menimpa setiap orang yang hidup yang berbuat jahat, pertama-tama orang Yahudi dan juga orang Yunani”. Tuhan tidak memandang bulu dalam keselamatan atau kutukan. Umat manusia – dan setiap kelompok etnis di dalamnya – bersatu dalam kenyataan besar ini: kita semua bejat dan terkutuk. Kita semua tersesat di hutan bersama-sama, tenggelam di perahu yang sama, mati karena penyakit yang sama.

Ini berarti bahwa Allah tidak memilih umat-Nya atas dasar warna kulit atau ciri khas etnis lainnya. Tidak ada kelompok etnis yang dapat mengatakan bahwa mereka diselamatkan karena pilihan Tuhan karena tempat mereka dilahirkan, kualitas fisik, faktor psikologis, atau spiritual mereka. Sebaliknya, tidak ada kelompok etnis yang dapat mengatakan bahwa mereka tidak dipilih Tuhan karena kualitas fisik atau tempat di mana mereka dilahirkan. Pilihan Tuhan tidak bersyarat. Itu tidak didasarkan pada apa pun di dalam diri kita. Tuhan benar-benar bebas dan tidak bisa dibatasi. Ini adalah kemuliaan-Nya, demi nama-Nya. Dan bertindak dengan cara ini adalah kebenaran-Nya.

Oleh karena itu, cara Tuhan memilih umat-Nya memutuskan akar terdalam dari semua rasisme dan semua etnosentrisme. Jika saya termasuk di antara orang-orang pilihan Tuhan, itu sepenuhnya karena kasih karunia Tuhan yang cuma-cuma, bukan keistimewaan saya atau kelompok saya. Oleh karena itu, tidak ada dasar dalam pemilihan Tuhan untuk kesombongan. Dan tidak ada dasar dalam pemilihan Tuhan untuk keputusasaan karena merasa tidak terpilih. Tidak ada apa pun dalam diri saya yang menyebabkan Dia memilih saya. Dan tidak ada apa pun dalam diri Anda yang dapat menghentikan Dia untuk memilih Anda. Dalam hal pemilihan, kita berada pada bidang belas kasihan tanpa syarat yang mutlak: “Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan, dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati” (Roma 9:15).

Kristus mati untuk semua orang dalam pengertian yang dikatakan Yohanes 3:16: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Itu benar adanya: Kristus mati supaya siapa pun yang percaya kepada-Nya akan memperoleh hidup yang kekal. Kematian Kristus cukup untuk semua orang, dan harus dipersembahkan kepada semua orang sebagai kecukupan yang mulia untuk menyelamatkan mereka jika mereka mau percaya.

Ini berarti bahwa tidak seorang pun, tidak peduli kelompok etnis apa pun, pernah memberikan kontribusi apa pun untuk tebusan yang membebaskannya dari perbudakan dosa. Keselamatan kita juga tidak bergantung pada tempat di mana kita dilahirkan sebagai etnis tertentu. Kita semua sama-sama menjadi budak dosa dan kerusakan dan kesia-siaan dan kematian dan kutukan karena kebejatan kita. Itulah perbudakan kita bersama. Sekarang kita melihat bahwa pembayaran untuk pembebasan kita – darah dan kebenaran Kristus – begitu lengkap sehingga kita tidak dapat memberikan kontribusi apa pun untuk itu – baik dengan kemauan kita, atau dengan ketaatan, atau dengan keistimewaan etnis kita. Ketika Kristus mati menggantikan kita dan untuk dosa-dosa kita, seluruh tebusan telah dibayarkan. Begitu lunasnya, pada kenyataannya, kebebasan kita tidak hanya ditawarkan tetapi juga dijamin.

Salib Kristus adalah penyamarataan yang luar biasa bagi manusia bukan hanya karena salib itu menunjukkan bahwa kita semua adalah orang berdosa yang tidak memiliki harapan, dan bukan hanya karena salib itu hanya dapat diterima melalui iman, tetapi juga karena salib itu adalah tebusan yang begitu penuh dan efektif bagi orang-orang pilihan sehingga tidak ada anak Tuhan yang berani berpikir bahwa mereka lebih berhak dari orang lain dan telah memberikan kontribusi besar untuk menebus dosa mereka. Tidak ada warna kulit, suku bangsa, kecerdasan, keterampilan, kekayaan atau kekuasaan manusia yang dapat menambah apa pun pada pengorbanan Kristus yang mahacukup dan mahaefektif. Kita adalah satu dalam ketergantungan kita sepenuhnya pada darah dan kebenaran-Nya.

Ini berarti bahwa mereka yang dipanggil Tuhan, Dia jaga. Jika Anda adalah orang percaya sejati, Anda akan bertekun dalam iman dan ketaatan (bukan kesempurnaan, karena kita bukan orang yang sudah sempurna) di mana pun Anda berada sampai saat akhir untuk diselamatkan. Tuhan akan memastikannya. “Mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya” (Roma 8:30). “

Pertanyaan saya untuk Anda menjelang hari Natal: Apakah ada sesuatu yang lebih penting dari pernyataan Alkitab bahwa Yesus, Anak Allah, telah lahir di dunia agar semua orang yang percaya boleh diselamatkan (Yohanes 3:16)? Apakah Anda bisa benar-benar bersukacita karena manusia dari bangsa atau suku mana pun bisa dibenarkan karena iman, sekalipun Anda merasa bahwa mereka tidak mungkin menjadi umat Tuhan karena cara hidup mereka di saat ini?

Tinggalkan komentar