Natal: Janji Allah sudah ditepati

“Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.” Kejadian 3:15

Hari ini adalah hari Natal, hari di mana kita merayakan kelahiran Yesus ke dunia. Ini adalah hari yang sangat signifikan dalam sejarah manusia. Mengapa demikian?

Untuk memahami kisah Natal, kita harus kembali ke masa lampau. Bukan hanya beberapa ribu tahun yang lalu ke saat kelahiran Yesus, tetapi jauh ke masa lampau, kembali ke masa orang tua pertama kita, Adam dan Hawa. Pada mulanya Tuhan menempatkan mereka di taman Eden yang indah. Mereka memiliki semua yang mereka butuhkan. Taman itu sempurna. Kemudian mereka jatuh dalam dosa dan Tuhan mengusir mereka. Sekarang Adam dan Hawa hidup di bawah kutukan. Namun, saat Tuhan mengumumkan kutukan itu, yang menggelegar dari surga, Dia juga memberi mereka sebuah janji.

Kejadian 3 menceritakan kisah tentang surga yang hilang karena kesengajaan manusia berdosa. Manusia pada awalnya diberi setiap hal sempurna yang mereka butuhkan atau inginkan, dan hampir tidak ada batasan. Meskipun demikian, Adam dan Hawa hanya membutuhkan sedikit dorongan dari ular yang berbicara untuk tidak menaati Pencipta mereka yang baik. Dengan munculnya rasa malu dan adanya kutukan Tuhan kepada mereka, kisah yang menyedihkan dari sejarah manusia dimulai dengan keluarnya mereka dari Taman Eden.

Setelah jatuh ke dalam godaan, manusia merasa malu dan dengan bodohnya berusaha bersembunyi dari Tuhan. Ketika dihadapkan dengan dosa mereka, pria dan wanita itu mengaku, tetapi juga berusaha mengalihkan kesalahan kepada orang lain. Adam bahkan menyalahkan Tuhan. Sebagai tanggapan, Tuhan mengeluarkan tiga kutukan yang memengaruhi manusia hingga hari ini. Umat manusia tidak dapat lagi tinggal di taman Eden.

Allah memulai kutukan-Nya kepada iblis, yang mengambil bentuk tubuh ular. Allah berjanji untuk menjadikan iblis dan perempuan itu musuh. Bahkan, keturunan mereka—atau “benih”—akan tetap menjadi musuh sepanjang semua generasi.

Kepada Adam dan Hawa, yang sebelumnya hanya mengenal ketenangan, datang kutukan yang membuat mereka terkunci dalam pengalaman yang pahit. Bahkan bumi pun akan menjadi tantangan. Adanya semak duri, penderitaan hidup di dunia, akan menjadi peringatan yang terus-menerus bagi manusia atas dosa mereka. Meskipun demikian, Tuhan yang mahakasih terus menyediakan apa yang perlu bagi ciptaan-Nya.

Keturunan Hawa, tentu saja, mencakup seluruh umat manusia, yang lahir dari satu generasi ke generasi berikutnya hingga saat ini. Namun, siapakah keturunan Setan? Tentu ini bukan anak-anak biologis Iblis. Keturunan Setan mungkin mencakup semua malaikat yang jatuh, yang akan mengikutinya. Ini juga mencakup manusia-manusia yang memilih untuk menghamba kepada iblis dan mempraktikkan kebohongannya.

Yesus, yang menegur para pemimpin agama Yahudi dalam Yohanes 8:44, berkata demikian: “Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.”

Inti dari kutukan Allah atas iblis adalah ini: ia telah menjadi musuh umat manusia sejak awal. Ia tidak akan pernah dapat dipercaya. Seperti yang Petrus tulis, iblis terus memburu dan berusaha melahap manusia hingga hari ini (1 Petrus 5:8), meskipun ia tidak akan diizinkan melakukannya selamanya.

Kutukan atau nubuat terakhir Allah kepada ular adalah bahwa keturunan perempuan itu akan meremukkan, atau melukai, kepala iblis, dan iblis akan memukul atau melukai tumit-Nya. Hal ini merujuk kepada Kristus, Anak Allah, dan juga keturunan Hawa. Setan akan merusak Kristus, tetapi Ia akan memperoleh kemenangan akhir atas nama umat manusia. Mereka yang ada di dalam Kristus akan merayakan kemenangan bersama-Nya untuk selamanya.

Berkenaan dengan hari Natal, kita harus sadar bahwa yang paling penting bagi umat manusia adalah bahwa Tuhan memberi Adam dan Hawa janji tentang sebuah Benih. Benih yang akan lahir dari seorang perempuan. Benih itu akan membuat semua yang salah menjadi benar. Dia akan membuat semua yang rusak menjadi utuh. Benih yang dijanjikan akan memasuki konflik ini, bertarung dengan ular, yaitu iblis, si pengacau besar. Benih ini akan membawa kedamaian dan keharmonisan di mana pertikaian dan konflik berkecamuk seperti lautan yang diterjang badai. Kejadian 3 menjanjikan bahwa Benih itu akan mengalahkan ular, memastikan kemenangan akhir dan mengantar datangnya gelombang demi gelombang perdamaian. Namun, Benih itu akan datang dalam waktu yang lama.

Adam dan Hawa memiliki Kain dan Habel, dan keduanya ternyata bukan Benih. Ketika Kain membunuh Habel, Tuhan memberi Adam dan Hawa Set, sedikit kasih karunia di dunia yang sangat bermasalah. Namun, Set juga bukan Benih. Lebih banyak putra menyusul. Generasi demi generasi datang dan generasi demi generasi berlalu.

Kemudian Abraham muncul di panggung dunia. Tuhan memanggil pria ini dari mulanya untuk menjadikan dari dirinya dan istrinya, Sarah, sebuah bangsa baru yang besar yang akan menjadi mercusuar terang bagi dunia yang terhilang dan tanpa harapan. Sekali lagi, Tuhan berjanji kepada pasangan ini tentang Benih, seorang putra. Mereka mengira itu adalah Ishak. Namun, Ishak meninggal.

Kisah ini diulang dari generasi ke generasi, membangun antisipasi akan Dia yang akan datang yang akan membuat semua hal menjadi benar, yang akan membawa kedamaian. Seorang janda bernama Naomi dan menantu perempuannya yang janda, Rut, bahkan masuk ke dalam kisah ini. Mereka berada dalam keadaan putus asa. Tidak ada jaring sosial untuk menangkap kejatuhan orang-orang yang terpinggirkan seperti itu di dunia kuno.

Tanpa suami dan anak laki-laki, tanpa hak dan sarana, para janda hidup dari hari ke hari dengan seutas harapan. Kemudian datanglah Boas yang menikahi Rut. Tak lama kemudian, tepat saat tirai ditutup pada kisah Alkitab tentang Rut, seorang anak laki-laki, benih, lahir bagi Rut. Anak laki-laki ini akan menjadi pemulih kehidupan, seorang penebus. Namun, ia hanyalah bayangan dari Benih yang akan datang. Ia juga meninggal.

Anak laki-laki yang lahir dari Rut dan Boas bernama Obed. Obed memiliki seorang anak laki-laki bernama Isai. Isai memiliki banyak anak laki-laki, dan salah satunya adalah seorang gembala yang kecil tubuhnya. Suatu kali gembala ini melemparkan sebuah batu dan menjatuhkan seorang raksasa. Ia menghadapi singa-singa. Ia juga seorang musisi yang hebat. Yang mengejutkan semua orang—bahkan ayahnya—putra Isai ini, cicit Rut dan Boas, diurapi menjadi raja Israel.

Ketika Daud berada di atas takhta, Allah memberikan janji lain langsung kepadanya. Ini adalah janji lain tentang seorang putra. Allah berkata bahwa putra Daud akan menjadi raja selamanya dan kerajaannya tidak akan berakhir. Itulah janji Allah, bahwa putra Daud adalah Juruselamat manusia. Mesias.

Tujuh belas ayat dalam Perjanjian Baru menyatakan Yesus sebagai “anak Daud.” Kristus (Mesias) merupakan penggenapan nubuatan dari keturunan Daud (2 Samuel 7:12-16). Matius pasal 1 menjabarkan bukti silsilah Yesus, yang dari sisi kemanusiaannya merupakan keturunan langsung dari Daud melalui Yusuf, ayah Yesus yang tercatat secara hukum. Silsilah dalam Lukas pasal 3 menjabarkan silsilah Yesus dari garis keturunan ibu-Nya, Maria. Yesus merupakan keturunan Daud, melalui adopsi oleh Yusuf, dan melalui darah oleh Maria. Namun yang terutama, ketika Kristus disebut sebagai anak Daud, hal itu merujuk kepada gelar Mesias-Nya seperti yang dinubuatkan di dalam Perjanjian Lama.

Yesus beberapa kali dipanggil sebagai “Allah, anak Daud” oleh orang-orang yang, dengan iman, mencari belas kasih atau penyembuhan. Perempuan yang anaknya menderita karena kerasukan setan (Matius 15:22), dua orang buta di pinggir jalan (Matius 20:30), dan Bartimeus yang buta (Markus 10:47), semuanya berseru meminta pertolongan kepada “anak Daud.” Gelar kehormatan yang mereka nyatakan ini menunjukkan iman mereka kepada Dia. Dengan memanggil Dia “Allah” menyatakan pemahaman mereka akan keilahian-Nya, kekuasaan-Nya dan kekuatan-Nya. Dengan memanggil-Nya “anak Daud,” maka mereka juga telah mengakui-Nya sebagai Mesias.

Yesus Kristus, satu-satunya Anak Allah dan satu-satunya jalan keselamatan bagi semua manusia di bawah kolong langit (Kis 4:12), sungguh-sungguh adalah anak Daud, baik secara fisik maupun spiritual. Ia sudah lahir di Betlehem dan kita merayakan kelahirannya pada hari ini. Itu karrena Allah sudah menepati janji-Nya. Segala kemuliaan adalah bagi Allah di tempat yang mahatinggi. Gloria in excelsis Deo.

Tinggalkan komentar