“Ingatlah hal itu dan jadilah malu, pertimbangkanlah dalam hati, hai orang-orang pemberontak! Ingatlah hal-hal yang dahulu dari sejak purbakala, bahwasanya Akulah Allah dan tidak ada yang lain, Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku, yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: Keputusan-Ku akan sampai, dan segala kehendak-Ku akan Kulaksanakan, yang memanggil burung buas dari timur, dan orang yang melaksanakan putusan-Ku dari negeri yang jauh. Aku telah mengatakannya, maka Aku hendak melangsungkannya, Aku telah merencanakannya, maka Aku hendak melaksanakannya.” Yesaya 46:8-11

Hari Natal sudah berlalu, dan beberapa hari lagi kita akan memasuki tahun baru. Hari Natal yang kedatangannya dinantikan setidaknya selama beberapa minggu, ternyata lewat dengan cepat. Tidak demikian dengan tahun baru. Jika hari Natal hanya sehari, tentu kita tahu bahwa tahun 2025 akan datang dan bersama kita selama 365 hari. Oleh karena itu banyak orang yang sudah memikirkan apa yang harus dilakukan pada tahun itu.
Apa yang berjalan kurang lancar di tahun 2024, diharapkan dapat diperbaiki sehingga bisa berjalan lebih baik di tahun yang baru. Pada pihak yang lain, banyak orang yang akan melakukan hal yang sama di tahun 2025 karena sudah terbiasa melakukannya pada tahun 2024. Ini bisa termasuk segala dosa, kebiasaan yang salah, cara bekerja yang kurang jujur, dan cara hidup yang melupakan Tuhan. Jika semua itu sudah dijalani tanpa masalah di tahun 2024, mengapa tidak melakukannya pada tahun 2025? Ini tentu akan membawa sukses di tahun yang baru!
Nabi Yesaya menggambarkan para pengungsi Babel saat mereka melarikan diri dari pasukan Kores, membawa serta harta benda pribadi apa pun yang dapat mereka bawa. Dewa-dewa Babel (dua di antaranya yang paling penting adalah Bel dan Nebo), alih-alih menyelamatkan orang-orang, harus diselamatkan oleh mereka. Jauh dari membantu orang-orang, mereka hanya menjadi penghalang dan beban, menyebabkan keledai dan lembu mengerang karena beban tambahan yang harus mereka bawa (Yesaya 46:1-2). Sebaliknya, keturunan Yakub digendong oleh-Nya. Allah yang menciptakan mereka memelihara mereka, dan akan terus memelihara mereka sampai akhir (Yesaya 46: 3-4). Dewa-dewa dari perak dan emas menghabiskan banyak uang, waktu, dan tenaga para penyembahnya, tetapi mereka tidak dapat melakukan apa pun untuk menyelamatkan para penyembahnya dari masalah (Yesaya 46: 5-7).
Penaklukan Babel oleh Koresh membuktikan kepada orang Babel yang selamat bahwa mengandalkan berhala untuk menang adalah sia-sia. Dewa-dewa kayu tidak dapat meramalkan penaklukan Koresh, tetapi Yahweh, satu-satunya Allah yang benar, telah meramalkannya sejak lama (Yesaya 45: 20-21). Orang-orang dari bangsa-bangsa sekitar mungkin sebelumnya telah berperang melawan Yahweh dengan mengandalkan berhala, tetapi sekarang mereka harus meninggalkan berhala-berhala itu dan tunduk kepada Allah yang hidup. Maka mereka akan menemukan kemenangan, kebenaran dan kekuatan, dan akan bergabung dengan semua umat Allah yang benar dalam mendatangkan pujian kepada-Nya (Yesaya 45: 22-25).
Kota Yerusalem pada masa pemerintahan Manasye merupakan latar belakang dari semua bagian yang menentang penyembahan berhala ini. Yesaya 40:8 mengingatkan kita pada masa Manasye ketika orang Israel sangat menyembah berhala; dan ayat-ayaet di atas harus dianggap ditujukan kepada mereka dan dimaksudkan untuk mengingatkan mereka agar menyembah Allah yang benar.
Seperti itu juga, mungkin kita mempunyai banyak “berhala” dalam hidup kita. Hal mempertahankan kenyamanan hidup, kesehatan, harta, posisi dan kuasa bisa menjadi sesuatu yang menuntut dedikasi penuh kita. Kita mungkin percaya itu adalah kunci keberhasilan kita. Kita mungkin juga percaya selama keluarga kita bersatu, semua persoalan hidup bisa diatasi. Kita lupa bahwa tidak ada satu pun yang pasti dalam hidup ini.
Kita harus sadar bahwa selama hidup di Babel, banyak orang Yahudi pernah tergoda untuk mengikuti cara-cara penyembahan berhala orang Babilonia. Tetapi, mereka diingatkan bahwa hanya Yahweh yang adalah Allah (Yesaya 46:8-9). Masa depan berada di bawah kendali-Nya, dan pada saat yang tepat Ia akan memanggil Koresh untuk datang dan menghancurkan Babilonia serta membebaskan orang-orang Yahudi (Yesaya 46:10-11). Oleh karena itu, orang-orang Yahudi yang dengan keras kepala menolak untuk percaya kepada Allah harus mengubah cara-cara mereka, jika mereka ingin ikut menikmati berkat-berkat Israel yang baru (Yesaya 46:12-13). Kita harus sadar bahwa segala bentuk berhala manusia adalah seperti rumput kering.
“Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya.” Yesaya 40:8
Yesaya 40:8 memiliki makna agar kita ingat dan berdiri teguh, dan tidak bimbang antara penyembahan berhala dan penyembahan kepada Allah. Biarlah kita makin dekat kepada Tuhan dan makin taat kepada firman-Nya di tahun 2025. Kasih Tuhan kepada kita adalah satu-satunya yang bisa kita harapkan sebagai kepastian.