Pemikiran Tahun Baru: Apakah kita sudah termasuk orang baik-baik?

“Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.” Roma 7:19

Bagi Anda yang mengemudi kendaraan bermotor, saya ingin bertanya apakah Anda pernah mendapat “tilang” pada tahun 2024? Kalau ya, tentu Anda berharap untuk tidak ditilang lagi pada tahun yang baru ini. Tilang merupakan singkatan dari Bukti Pelanggaran Lalu Lintas. Tilang adalah sanksi administratif yang diberikan kepada pengendara yang melanggar peraturan lalu lintas. Tilang merupakan bentuk penindakan yang dilakukan oleh polisi lalu lintas (Polantas). Tilang resmi adalah sebuah surat yang berisi informasi mengenai pelanggaran si pengendara.

Di Australia, pemerintah memberikan tilang berdasarkan tingkat kesalahan dan potensi bahaya yang ditimbulkan oleh pelanggaran. Bukan saja orang bisa terkena denda resmi polisi, tetapi mungkin juga kehilangan SIM jika pelanggarannya cukup serius. Di negara bagian Queensland, denda tilang menurut daftar polisi bervariasi antara $200 sampai lebih dari $1500. Sebagian orang berpendapat bahwa tilang hanya merupakan sumber pemasukan dana pemerintah, karena itu mereka sangat anti tilang. Tetapi, tanpa adanya tilang mungkin banyak orang akan mengabaikan cara mengemudi yang baik dan peraturan lalu lintas. Sekalipun kelihatannya ada banyak orang yang terkena tilang setiap hari, menurut data survey 90% pengemudi di Australia tidak pernah mendapat tilang selama setahun yang lalu.

Tentu saja, jika kita ditilang polisi ada perasaan kurang nyaman di hati kita. Bagi sebagian pengemudi, mungkin ada rasa malu kepada teman atau sanak. Sebagian lagi mungkin merasa menyesal karena kesalahan yang tidak disengaja telah berakibat denda. Tetapi sebagian lagi mungkin merasa geram karena merasa bahwa kesalahan yang dianggap kecil sudah berakibat hukuman yang dirasa sangat merugikan. Karena itu, bagi orang yang sering terkena tilang, mungkin ada pemikiran betapa enaknya jika tilang ditiadakan. Sudah tentu itu tidak mungkin terjadi, karena adanya hukum selalu disertai dengan hukuman yang berupa denda dan bahkan penjara bagi mereka yang melanggarnya. Di mana pun, adanya hukum adalah berguna untuk menunjukkan kesalahan seseorang dan mengajarnya untuk tidak berbuat apa yang keliru di masa depan.

Jika orang bisa menaati peraturan lalu lintas dan berhati-hati dalam mengemudi sehingga tidak pernah mendapat tilang, lain halnya dengan hukum Tuhan. Roma 7:7–25 menyelidiki hubungan antara hukum Musa dan dosa manusia. Paulus menegaskan bahwa hukum adalah cara ia mengetahui dan memahami dosa, secara umum, dan dosanya sendiri secara khusus. Ia juga menjelaskan bagaimana mengetahui hukum Taurat tidak bisa membuat seseorang lebih suci; hukum justru dapat menggoda kita untuk berbuat dosa lebih banyak lagi karena godaan dosa lebih besar dari ancaman hukuman Tuhan yang mungkin tidak segera harus dialami. Itu karena banyak orang yang merasa senang jika bisa mengelabui hukum Tuhan. Paulus sebagai seorang Kristen sebenarnya ingin melakukan apa yang benar, tetapi mendapati dirinya justru melakukan apa yang berdosa. Paulus menyadari ketidakmampuan alaminya untuk melakukan yang benar dan menyadari kebutuhannya untuk dibebaskan dari dosa oleh Allah melalui Yesus.

Mengenai hukum Taurat, Paulus menegaskan bahwa hukum itu kudus dan baik dalam arti bahwa hukum itu menyingkapkan kepada semua orang yang mencoba mengikutinya betapa lemahnya kita terhadap godaan dosa dan begitu berdosanya kita. Hukum itu menunjukkan kepada kita bahwa tidak peduli seberapa baik niat kita, kita tetap akan berdosa dan membutuhkan pembebasan yang hanya tersedia melalui iman kepada Yesus. Kita sendiri tidak akan mampu untuk sepenuhnya hidup sesuai dengan kehendak Tuhan, dan karena itu tidak mungkin bisa bebas dari hukuman dosa, yaitu kematian di hadapan Allah yang mahasuci.

Dalam ayat sebelumnya, Paulus menyatakan bahwa tidak ada yang baik yang tinggal dalam dagingnya. Dengan daging, ia merujuk pada dirinya sendiri, tubuhnya. Tahun demi tahun, ia mengulangi pola yang telah ia amati berulang kali dalam hidupnya: Ia tidak melakukan kebaikan yang ingin ia lakukan, tetapi ia terus melakukan kejahatan yang tidak ingin ia lakukan. Paulus menggambarkan pertikaian yang tak berkesudahan antara niat baik dan tindakan nyata.

Apakah ia menggambarkan dirinya sebagaimana adanya sebelum ia mengenal Kristus? Saat itu, ia berusaha mengikuti hukum Musa. Beberapa teolog percaya bahwa Paulus menggambarkan gambaran tentang bagaimana rasanya hidup di bawah hukum tanpa kemampuan untuk menaati hukum. Teolog lainnya berpikir bahwa Paulus menggambarkan pengalaman semua orang Kristen yang berjuang untuk berhenti berbuat dosa dan melakukan kebaikan yang mampu mereka lakukan dalam kuasa Roh Kudus sekarang karena mereka tidak lagi menjadi budak dosa. Kedua pendapat itu selaras dengan pengalaman orang percaya dan informasi yang disajikan dalam ayat-ayat Perjanjian Baru lainnya. Walaupun demikian, berdasarkan analisa bahasa Yunani dari ayat di atas, tampaknya Paulus berbicara tentang pengalamannya saat ini. Orang Kristen mana pun tidak mungkin menjadi “orang baik” yang bisa menaati 100% hukum Taurat. Jika demikian, mengapa kita harus berusaha untuk menaati firman Tuhan?

Sewaktu saya masih kecil, memang saya sering mendengar bahwa harapan orang tua untuk anak-anaknya adalah agar mereka menjadi “orang baik-baik”. Dalam soal mencari menantu pun mereka ingin mendapat orang baik-baik, biarpun tidak kaya atau pandai. Di zaman sekarang, jarang saya temui orang tua yang membanggakan anak menantunya karena mereka adalah orang baik-baik. Mungkin saja, jika orang tidak pernah dipenjara dan bersal dari keluarga terpandang, ia sudah termasuk orang baik-baik. Biasanya orang sekarang senang menceritakan keberhasilan anak menantu dalam karir dan keuangan. Malahan di beberapa gereja pun, hal kesuksesan lebih didengung-dengungkan daripada hal menjadi orang yang taat kepada Tuhan. Keberhasilan dianggap sama dengan, atau tanda dari, “kebaikan” seseorang. Bukankah itu karena Tuhan memberkati orang yang baik?

Jika masyarakat umum sekarang sudah mengabaikan hal menjadi orang baik yang talut akan Tuhan, mungkin ada beberapa alasan orang Kristen yang menyebabkan mereka bersikap acuh tak acuh akan perlunya hidup baik:

  • Semua orang pada waktunya akan menjadi orang baik.
  • Baik atau buruk kita tidak bisa memilih karena sudah ditentukan Tuhan.
  • Orang yang terlalu baik biasanya tidak bisa sukses.
  • Orang yang benar-benar baik itu tidak ada.
  • Kebaikan itu tidak bisa dibanggakan.
  • Baik atau buruk itu berubah menurut keadaan zaman.
  • Baik atau buruk itu adalah penilaian pribadi.
  • Semua orang juga berbuat hal yang sama.
  • Kita masih lebih baik dari orang lain.
  • Hanya Tuhan yang benar-benar baik.

Jika kita yakin bahwa dalam tahun 2024 hidup kita cukup baik, dan akan menjadi lebih baik di tahun 2025, baiklah kita melihat apa yang dikatakan Alkitab. Kebaikan (bahasa Yunani agathosune) berarti watak atau sifat moral yang baik, yang berusaha tanpa pamrih untuk membuang apa yang jelek dan menggantinya dengan apa yang baik, baik dalam diri sendiri, orang lain dan juga dalam masyarakat, negara atau dunia. Tetapi, biarpun kesadaran moral itu penting, manusia di jaman ini bisa bersembunyi dibalik penampilan sopan atau tindakan sosial yang bisa mempengaruhi pandangan orang di sekitarnya. Pada pihak yang lain, mereka yang punya sarana, kedudukan, dan kemampuan, cenderung memakainya untuk mengejar kesuksesan dan kepuasan untuk diri sendiri dan anak-cucunya tanpa memikirkan hukum Tuhan. Dalam hal ini, Tuhan tidak bisa kita tipu karena Ia melihat apa yang ada dalam hati kita.

” ….. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.” 1 Samuel 16:7

Apahah kita mau menjadi lebih baik di tahun 2025? Roma 7:19 menyatakan bahwa kita tidak bisa menaati hukum Tuhan dengan usaha sendiri. Walaupun demikian, Tuhan menghendaki kita untuk menjadi kudus, dalam arti terus berusaha untuk hidup kudus. Itu hanya bisa dijalani dengan perjuangan berat, dan untuk itu kita harus mau untuk selalu dekat dengan Tuhan dan mendengarkan bimbingan Roh Kudus-Nya.

tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus. 1 Petrus 1:15-16

Tinggalkan komentar