“Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” Efesus 2:10

Bagaimana Anda mengetahui siapa diri Anda? Pertanyaan yang tidak mudah dijawab, tapi justru sering dilupakan. Karena setiap orang berusaha mengetahui atau mengenal diri dan sifat orang lain, tetapi jarang mengenal siapa dirinya sendiri. Inilah yang menyebabkan banyak persoalan dalam hubungan seseorang dengan orang lain, bukan saja dalam hubungan pernikahan, keluarga, dan persahabatan, tetapi juga dalam hubungan antar umat Kristen. Inilah yang menyebabkan kita tidak dapat menyelami atau menerima pandangan orang lain karena kita tidak sadar akan esensi diri kita sendiri dan kurang mengerti apa yang sudah membuat kita berbeda dengan orang lain.
Esensi adalah hakikat, inti, atau hal yang pokok dari sesuatu. Esensi Anda merupakan bagian dari kenyataan siapa diri Anda yang sebenarnya. Mungkin ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengetahui siapa Anda sebenarnya:
- Renungkan masa lalu Anda
- Definisikan nilai-nilai inti Anda
- Kenali kekuatan dan hasrat Anda
- Kenali di mana Anda menemukan tujuan dan makna kehidupan Anda
- Renungkan tantangan kehidupan Anda selama ini
- Nilai hubungan Anda dengan Tuhan dan sesama
Jika kita merenungkan masa lalu kita, jika kita jujur, kita akan sadar bahwa dari kecil hingga dewasa diri kita ditandai dengan adanya dosa, baik yang disengaja maupun tidak disengaja, dan karena alasan ini kita layak ditolak oleh Allah yang mahasuci. Hanya melalui belas kasihan dan kasih karunia-Nya kita dapat diselamatkan, dan karena itu tidak ada ruang dalam hidup kita untuk membanggakan diri. Kita tidak lebih baik dari orang lain. Ini juga berarti bahwa semua orang yang diselamatkan adalah bagian dari keluarga rohani yang sama. Tidak ada alasan untuk bermusuhan di antara orang percaya; kita semua tidak layak, dan semua diselamatkan oleh kebaikan Tuhan yang sama.
Paulus dalam Efesus 2:1–10 dengan jelas menjelaskan hubungan antara kurangnya ketaatan kita, kasih karunia Allah, dan keselamatan kita. Mereka yang diselamatkan oleh Kristus, sebenarnya tidak layak menerima keselamatan ini. Efesus 2: 8-9 menekankan bahwa keselamatan dicapai atas dasar kasih karunia, melalui iman. Kemauan, kekuatan, dan niat terbaik kita tidak akan pernah cukup untuk bisa memperoleh keselamatan. Tidak ada orang Kristen yang dapat membanggakan ”kebaikan” atau “keunggulan” mereka, karena kita diselamatkan sepenuhnya oleh kasih karunia Allah, bukan oleh perbuatan baik atau keistimewaan kita.
Harus dimengerti bahwa Efesus 2:8–9 adalah bagian Alkitab yang sangat populer. Karena kedua ayat itu begitu sering dikutip, banyak orang tidak membaca ayat 10 ketika berusaha memahami keselamatan Allah melalui kasih karunia melalui iman. Namun, pernyataan penting ini menawarkan wawasan yang luar biasa tentang apa yang Allah inginkan setelah keselamatan. Inilah yang mendefinisikan siapa diri kita. Allah menyebut kita sebagai hasil karya-Nya atau karya seni-Nya, dari kata Yunani poiēma.
Kita adalah sesuatu yang diciptakan, dengan keterampilan dan tujuan, oleh Allah, untuk tujuan-Nya. Secara khusus, kita “diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik.” Inilah tujuan dan makna hidup semua orang Kristen dan diri Anda. Pekerjaan baik tidak memberi kita keselamatan, tetapi pekerjaan itu benar-benar dimaksudkan sebagai hasil dari keselamatan.
Yang menarik, Allah telah mempersiapkan apa yang Ia ingin kita lakukan bagi-Nya sejak mulanya. Ia telah merencanakan apa yang Ia ingin kita lakukan dengan hidup kita. Kita tidak perlu meniru apa yang telah dilakukan atau sedang dilakukan orang lain. Sebaliknya, kita tidak perlu merasa bahwa orang lain harus melakukan apa yang kita anggap sebagai prioritas untuk dilakukan dalam hidup sebagai umat Tuhan. Ia memiliki rencana yang unik bagi kita masing-masing untuk melayani-Nya di dunia ini. Ini termasuk karunia rohani tertentu dan pekerjaan Roh Kudus dalam hidup kita untuk menuntun kita dalam pelayanan kepada-Nya. Dengan demikian kita bisa menyadari keunikan setiap umat Tuhan dan adanya perbedaan talenta dan tantangan bagi setiap orang. Itulah yang membantu kita untuk bisa hidup bersama dan bekerjasama dengan saudara-sudara seiman demi kasih kita kepada Tuhan dan sesama.
“Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.” Roma 12:3