“Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai!” Roma 12:16 Alkitab Terjemahan Baru (TB)
“Hiduplah rukun satu sama lain. Janganlah bersikap tinggi hati, tetapi sesuaikanlah dirimu dengan orang yang rendah kedudukannya. Jangan menganggap diri lebih pandai daripada yang sebenarnya.” Roma 12:16 Alkitab dalam Bahasa Indonesia Masa Kini (BIMK)
“Live in harmony with one another. Do not be proud, but be willing to associate with people of low position. Do not be conceited.” Romans 12:16 NIV

Menurut penjelasan Kecerdasan Buatan (AI), rasa bangga (pround) merupakan perasaan positif yang menghargai usaha, energi, dan pengalaman yang diraih sendiri. Sementara sombong (arrogant) merupakan perasaan negatif yang merendahkan orang lain untuk terlihat lebih baik. Berikut ini adalah perbedaan bangga dan sombong:
- Mengenai Perasaan: Bangga merupakan perasaan positif yang memotivasi, sedangkan sombong merupakan perasaan negatif yang cenderung menyakiti diri sendiri dan orang lain.
- Mengenai Sikap: Orang yang bangga biasanya menghargai usaha orang lain, sedangkan orang yang sombong cenderung meremehkan hasil orang lain.
- Mengenai Hubungan sosial: Bangga menandakan hubungan yang baik dan saling dukung, sedangkan sombong mengindikasikan hubungan defensif dan diktatorial.
- Mengenai Perilaku: Orang yang bangga biasanya tidak banyak bicara atas prestasi yang diraih, sedangkan orang yang sombong sibuk membicarakan prestasinya.
Beberapa contoh sikap sombong:
- Merasa lebih baik dari orang lain
- Menyepelekan orang lain
- Iri dengan kelebihan yang dimiliki orang lain
- Tidak suka jika diberi nasehat
- Suka dipuja
- Bersikap kasar terhadap orang lain
- Suka pamer
- Merasa diri lebih baik dari kenyataannya
Walaupun ada beda yang jelas antara rasa bangga dan sombong, sering kali rasa bangga yang besar bisa berbentuk kesombongan. Seseorang bisa merasa bangga atas hasi jerih payahnya, atas keuletannya dan menyatakan hal itu kepada orang lain untuk memberi teladan. Itu baik jika tidak berbau sombong. Tetapi kebanggan yang besar atas keberhasilan diri sendiri, anak cucu, ras, gereja, dan bangsa yang tidak terkontrol pasti akan menuju ke arah kesembongan. Mengapa demikian?
Dalam Alkitab, Allah membanggakan Ayub sebagai manusia yang hidup sesuai kehendak-Nya. Ayub hidup saleh, jujur, takut akan Allah, dan menjauhi kejahatan. Allah menghargai umat-Nya yang taat kepada-Nya. Walaupun demikian, Allah kita bukan Allah yang sombong, yang mengira Dia lebih besar dari hakikat-Nya; dan yang memaksalan ketundukan manusia kepada-Nya. Allah memang mahakuasa dan mahabesar dan tentu saja semua ciptaan-Nya harus memuiakan Dia dan tunduk kepada Dia. Pada pihak yang lain, semua yang dimiliki manusia adalah berasal dari Tuhan dan sama sekali tidak pantas untuk ditonjolkan. Tidak mengherankan, Alkitab mengajarkan bahwa Allah menentang orang yang sombong dan mengasihani orang yang rendah hati.
Dalam Alkitab, selain kata “bangga” dan “sombong”, kata “bermegah” juga dipakai. Apakah “bermegah” bernada positif atau negatif? Paulus menyatakan:
”Tetapi barangsiapa bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan.” Sebab bukan orang yang memuji diri yang tahan uji, melainkan orang yang dipuji Tuhan. 2 Korintus 10:17-18 TB
Dengan demikian, satu-satunya kesempatan yang ada bagi kita adalah untuk membanggakan dan bermegah untuk Tuhan. Motivasi lain untuk merasa bangga yang tidak ditujukan untuk kemuliaan Tuhan adalah dosa. Ini bertentangan dengan motivasi orang dalam memberi update tentang hidupnya melalui berbagai medsos seperti Facebook, TikTok dan WhastApp, yang cenderung membanggakan diri sendiri.
Roma 12:9–21 adalah daftar sejumlah perintah singkat yang berisi poin-poin penting. Jika digabungkan, perintah-perintah tersebut menggambarkan gambaran tentang seperti apa seharusnya kehidupan Kristen yang berkorban dan hidup. Tema yang menyatukan daftar tersebut adalah mengesampingkan diri kita sendiri, untuk mengasihi dan melayani Tuhan, satu sama lain, dan bahkan musuh kita secara efektif. Kita harus melayani dengan antusiasme dan fokus, menguasai emosi kita untuk bersukacita atas masa depan kita dan bersabar di masa kini. Kita harus menolak untuk tenggelam ke level kejahatan dalam membalas dendam dan sebaliknya mengatasi kejahatan dengan berbuat baik kepada mereka yang menyakiti kita.
Dalam Roma 12, Paulus menggambarkan penyembahan kepada Tuhan kita sebagai persembahan yang hidup bagi Tuhan kita, berhenti mencari apa yang kita inginkan dari kehidupan dan belajar untuk mengetahui dan melayani apa yang Tuhan inginkan. Itu dimulai dengan menggunakan karunia rohani kita untuk melayani satu sama lain di gereja. Daftar perintah Paulus menggambarkan gaya hidup yang mengesampingkan diri kita sendiri. Tujuan kita sebagai orang Kristen adalah untuk mengasihi dan mengangkat satu sama lain. Kita harus memfokuskan harapan kita pada kekekalan dan menunggu dengan kesabaran dan doa agar Bapa kita menyediakan apa yang terbaik menurut hikmat-Nya.
Paulus telah memerintahkan orang Kristen untuk saling mengasihi dan menghormati. Perintah dalam ayat ini mengandung sedikit ide yang berbeda. Harmonisasi dengan orang lain secara musikal mengharuskan setiap orang untuk menyesuaikan “nada” sendiri, bukan untuk benar-benar sama dengan yang lain tetapi agar selaras dan menyenangkan saat disatukan. Kebanggan, kesombongan dan kemegahan pribadi sesorang bisa saja merusak harmoni dalam masyarakat Kristen yang terdiri dari berbagai bangsa, suku dam ras.
Dalam gereja tidak ada tempat bagi kita untuk membanggakan keunggulan ras. Paulus menekankan hal ini dalam beberapa bagian seperti Galatia 3:28, “Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.” Gagasan sekecil apa pun tentang keunggulan etnis merupakan penyangkalan terhadap realitas teologis pembenaran. Lebih jauh, penekanan Paulus bukan hanya pada kesetaraan, tetapi pada kesatuan.
Paulus tidak memerintahkan orang Kristen untuk bersikap sama persis dalam setiap perilaku dan pendapat. Dalam Roma bab 14, ia membahas fakta bahwa orang Kristen pasti akan memiliki masalah pendapat yang berbeda. Sebaliknya, ia memerintahkan orang percaya untuk menyesuaikan diri satu sama lain dengan cara yang menghasilkan kesenangan dan ketertiban. Ini membutuhkan tingkat kepatuhan bersama: kemauan untuk membuat pilihan yang berbeda yang akan memungkinkan kita semua untuk rukun bersama dan saling menghargai. Ini tidak mudah dilakukan.
Untuk hidup dalam harmoni membutuhkan kerendahan hati dari setiap orang yang terlibat. Maka, tidak mengherankan bahwa instruksi Paulus berikutnya adalah agar kita tidak sombong atau angkuh dan keras hati. Ia menjelaskan apa yang ia maksud dengan perintah lanjutan: bergaul dengan orang yang rendah hati. Dengan kata lain, jangan menganggap diri Anda terlalu baik untuk bergaul dengan orang lain yang Anda anggap tidak setara dalam kepandaian atau status sosial dengan Anda.
Salah satu alasan mengapa Kekristenan menarik begitu banyak pengikut pada masa-masa awalnya adalah karena wanita, budak, dan orang-orang dari status sosial rendah dipersilakan untuk beriman kepada Kristus. Hasilnya adalah orang-orang yang tidak akan pernah bergaul di tempat lain dalam budaya Romawi menemukan diri mereka dalam hubungan satu sama lain di gereja. Paulus memerintahkan mereka yang berada di tingkat atas masyarakat untuk menyingkirkan persaingan kelas apa pun dari gereja. Ini sulit dilaksanakan jika gereja selalu mengumandangkan pesan bahwa kemakmuran seseorang adalah hasil dari iman.
Perintah terakhirnya dalam ayat ini adalah bahwa orang Kristen tidak boleh bersikap bijak menurut pandangan kita sendiri. Ini tidak sama dengan mengatakan bahwa kita tidak pernah bijak. Idenya adalah bahwa kita tidak boleh menerima pendapat kita sendiri sebagai keputusan akhir. Kita harus tunduk pada firman Tuhan, serta mau mempertimbangkan masukan dan gagasan orang lain. Kita harus mau untuk selalu rendah hati, di mana saja, kapan saja.