Tuhan menghukum setiap orang menurut perbuatan mereka

“Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman.” Roma 2: 6-8

Sebagai orang Kristen, apakah Anda masih takut dihukum Tuhan? Pertanyaan ini agaknya tidak sukar dijawab karena hanya dua pilihan jawaban: ya atau tidak. Walaupun demikian, untuk menjawabnya orang harus berhati-hati agar tidak membuat kekeliruan.

Sebagian orang Kristen percaya bahwa jika tidak bisa hidup baik, mereka akan kehilangan keselamatan yang sudah dianugerahkan Tuhan. Mereka mengutarakan bahwa keselamatan memang sudah diberikan Tuhan secara cuma-cuma, tetapi adalah tugas manusia untuk mempertahankannya. Itu seperti karunia Tuhan kepada Adam dan Hawa di taman Eden: semua sudah disediakan dan aturan hidup sudah dijelaskan; tugas Adam dan Hawa hanya untuk memelihara dan menjalankan segala sesuatu sesuai dengan perintah Tuhan. Hukuman Tuhan kepada orang Kristen yang hidupnya tidak taat pada hukum Tuhan adalah sama dengan hukuman Tuhan untuk orang yang tidak beriman: kematian abadi di neraka. Karena itu hukum Tuhan mutlak untuk ditaati.

Pada pihak lain, ada orang Kristen yang percaya bahwa sekali selamat, mereka tetap selamat. Tidak ada dosa apa pun yang bisa menghilangkan anugerah keselamatan Tuhan. Sekali Tuhan sudah memutuskan untuk menyelamatkan seseorang, hal itu tidak bisa dibatalkan. Karena itu, tidak ada lagi yang perlu ditakuti umat percaya. Orang Kristen hanya harus percaya bahwa mereka adalah orang pilihan dan tidak perlu memikirkan pentingnya untuk berjuang mati-matian untuk berbuat kebaikan. Tuhan pasti mengampuni dosa dan kekurangan umat-Nya bagaimana pun besarnya dan apa pun jenisnya, dan karena itu tidak ada lagi hukuman Tuhan yang perlu ditakuti. Mereka menjadi orang-orang yang “anti” hukum Tuhan, dalam arti mengabaikan pentingnya ketaatan pada hukum Tuhan selama hidup di dunia (antinomian).

Kedua posisi di atas adalah keliru, dan masing-masing bisa menyebabkan orang Kristen hidup dalam kegelapan. Marilah kita meneliti apa yang dikatakan Alkitab.

Mengenai posisi pertama, ayat di bawah ini memberi pedoman:

“Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.” Roma 8:13

Ayat ini dapat dibaca dengan cara yang berbeda dengan implikasi yang sangat berbeda. Tidak semua guru Alkitab atau tradisi Kristen setuju tentang maknanya, dan karena itu bisa menjadikannya contoh tentang pentingnya konteks ketika mempelajari Kitab Suci.

Paulus telah menggambarkan hidup menurut daging sebagai kehidupan di luar Kristus. Ini adalah kehidupan duniawi yang melayani diri sendiri, pertama dan selamanya. Mereka yang hidup menurut daging bukanlah orang Kristen. Mereka tidak dapat tunduk pada hukum Allah dan tidak dapat menyenangkan Allah (Roma 8:7–8).

Sekarang, Paulus menulis bahwa jika Anda hidup menurut daging, Anda akan mati. Ini adalah poin pertama dari ayat di mana konteks menjadi penting. Paulus telah menjelaskan secara eksplisit dalam bagian sebelumnya bahwa mereka yang berada di dalam Kristus tidak dapat, menurut definisi, hidup menurut daging. Itu bukan saran bahwa orang percaya yang diselamatkan tidak dapat berbuat dosa, tetapi jelas ada perbedaan antara orang yang bukan Kristen sejati dengan mereka yang sudah dilahirkan kembali. Mereka yang hidup menurut daging adalah kelompok yang sama dengan mereka yang tidak diselamatkan.

Paulus tampaknya bermaksud bahwa siapa pun yang tidak menaruh iman mereka kepada Kristus dan mengubah arah hidup melalui kuasa Roh akan mati. Ini dapat menyiratkan beberapa konsekuensi dosa dan hukuman Tuhan atas dosa selama kita hidup di dunia (lihat tulisan “Dosa yang membawa kebinasaan” – 30 April 2022), tetapi makna utama Paulus di sini adalah kematian rohani dan kekal.

Pernyataan Paulus berikutnya adalah bahwa jika oleh Roh Kudus Anda mau mematikan perbuatan dosa tubuh, Anda akan hidup. Di sini, sekali lagi, konteks surat kepada jemaat di Roma ini penting. Beberapa orang menganggap ini berarti bahwa seseorang yang tidak berhasil melepaskan semua dosa tidak akan memperoleh hidup kekal. Namun, penjelasan itu tidak sesuai dengan semua hal lain yang diajarkan Paulus tentang pembenaran kita karena apa yang telah Kristus lakukan bagi kita (Roma 5:1–11).

Sebaliknya, pernyataan ini pertama-tama berarti bahwa mereka yang benar-benar ada di dalam Kristus akan, melalui kuasa Roh Allah bersama kita, menemukan kemenangan atas keinginan untuk erbuat berdosa. Kita akan memiliki keberhasilan yang lebih besar dan lebih mampu mematikannya. Barangkali yang kedua, ini berarti kita akan benar-benar hidup, secara rohani, dalam kasih Allah yang berlimpah dengan mematikan dosa-dosa tubuh kita. Kita akan menemukan kedamaian, kebahagiaan dan rasa syukur yang berlimpah.

Karena bimbingan Roh, kita takut untuk berbuat dosa dan karena itu akan berusaha sekuat tenaga untuk menghindarinya. Mereka yang tidak takut akan hukuman Tuhan, bukanlah orang Kristen sejati. Pada pihak yang lain, kita harus memahami bahwa untuk memperoleh keselamatan di surga, kita memerlukan penghapusan total dari dosa-dosa kita yang hanya dimungkinkan oleh kuasa Roh Allah. Itu bukan sesuatu yang dapat kita capai sendiri.

Kembali ke ayat pembukaan di atas, kita harus tahu bahwa Roma 2:1–11 juga bisa menimbulkan semacam perangkap bagi setiap pembaca yang mengira bahwa daftar dosa Paulus yang membinasakan di akhir Roma 1 adalah untuk orang lain dan bukan untuk orang Kristen. Sebenarnya, setiap orang sudah bersalah karena dosanya (Roma 3:23). Tidak seorang pun akan luput dari penghakiman Allah atas dosa pribadi, termasuk orang Yahudi dan non-Yahudi yang religius. Allah pasti akan menghakimi setiap orang sesuai dengan apa yang telah dilakukannya. Jika ada orang yang bisa hidup tanpa dosa, dan hanya melakukan kebaikan, ia tentu akan menerima pahala dan hidup kekal. Jika tidak, ia layak mendapatkan murka dan kemarahan. Dalam hal ini. tidak ada manusia yang sempurna, yang suci, yang mampu memenuhi standar Allah. Hal ini menjadi dasar penjelasan Paulus tentang bagaimana kita dapat memperoleh keselamatan: hanya melalui kasih karunia berdasarkan iman.

Dalam ayat-ayat sebelumnya, Paulus dengan keras mengutuk setiap orang yang bermoral atau religius yang bersalah karena menghakimi orang lain atas dosa mereka (Roma 2:1-3). Paulus dengan demikian mengisyaratkan kebenaran ini: Tidak seorang pun dari kita boleh berasumsi bahwa Allah tidak akan mengungkapkan murka-Nya kepada kita karena dosa kita. Tidak ada orang Kristen sejati yang tidak takut dihukum Tuhan. Hanya orang Kristen munafik yang tidak takut akan hukuman Tuhan.

Paulus menguraikan hukum mutlak tentang siapa yang akan menerima hidup kekal bersama Allah, dan siapa yang akan menerima “murka dan amarah” (Roma 2:8) dari-Nya. Paulus mengutip dari Mazmur 62:12 dan Amsal 24:12 untuk mengartikulasikan kebenaran universal bahwa Allah akan memberikan kepada setiap orang menurut perbuatannya. Ia menjelaskan perbedaan antara mereka yang akan menerima murka atau pahala dari Allah.

Jika diambil di luar konteks, ini adalah pernyataan yang meresahkan. Paulus tampaknya menunjukkan bahwa Allah menghakimi semua orang berdasarkan perilaku mereka. Tetapi, ini adalah gagasan yang sama yang diungkapkan oleh Yesus sendiri (Matius 16:27). Dalam hal pahala, ini benar adanya; setiap orang dihakimi berdasarkan perbuatan mereka (Roma 14:10–12; 2 Korintus 5:10). Tuhan yang mahakasih menuntut umat-Nya untuk taat kepada-Nya, dan setiap kali kita jatuh dalam dosa kita harus meminta ampun dan bertobat, agar dosa-dosa kita tidak menjadi penghalang akan berkat-Nya.

“Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” 1 Yohanes 1:8-9

Namun, seperti yang akan dijelaskan Paulus dalam surat ini, pada akhirnya tidak seorang pun dapat diselamatkan oleh perbuatan baik mereka (Roma 3:23). Satu-satunya harapan kita untuk keselamatan—untuk diselamatkan dari hukuman dosa kita—adalah kasih karunia, melalui iman kepada Yesus Kristus.

Pagi ini, jika kita mengaku Kristen sejati, kita tetap takut untuk melanggar hukum Tuhan. Pada pihak lain, kita tidak takut kehilangan keselamatan jika kita tetap mau berjuang sekuat tenaga untuk taat kepada hukum-Nya (pronomian dan bukan antinomian). Kita mengerti bahwa adanya hukum Tuhan adalah untuk kebaikan dan kebahagiaan kita di bumi maupun di surga. Pesan ini harus kita sampaikan kepada semua saudara seiman tanpa keraguan untuk memuliakan Allah yang sudah memberikan hukum-Nya.

Tinggalkan komentar