Jika Tuhan terasa jauh di tengah kekacauan

“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” Filipi 4:6-7

Ada banyak orang yang merasa bahwa setelah berdoa cukup lama, tidak ada tanda-tanda bahwa Tuhan mau menjawab doa mereka. Saya sendiri pernah merasakan hal itu. Walaupun sebagian orang menjadi kecewa, kuatir, putus asa dan bahkan meninggalkan iman mereka, ada orang-orang yang justru bersyukur karena Tuhan tidak menjawab doa mereka. Apa yang mereka minta kelihatannya tidak dikabulkan Tuhan, dan itu justru membawa kebaikan untuk mereka. Bagaimana bisa begitu?

Doa terkadang tidak terjawab karena apa yang kita minta tidak sesuai dengan kehendak-Nya. Doa mungkin tidak terjawab karena hidup kita tidak sesuai dengan firman-Nya. Doa mungkin tidak dijawab Tuhan agar kita bisa belajar bersabar dan bertekun dalam penderitaan kita serta bergantung kepada-Nya. Dan mungkin juga Tuhan tidak menjawab doa kita agar dalam keadaan apa pun, agar kita sadar bahwa Ia adalah Tuhan yang mahakuasa, mahaadil dan mahabijaksana. Kehendak Tuhanlah yang terjadi, bukan kehendak kita. Karena itu kita tidak perlu khawatir atau kecewa.

Jika kita berdoa, itu bukanlah dengan maksud untuk mengubah kehendak Tuhan, karena kehendak Tuhan harus terjadi. Sebaliknya, jika doa kita terkabul, itu bukan karena kesalehan kita. Doa kita adalah penyerahan diri kita kepada bimbingan-Nya, dan menyelaraskan kehendak kita dengan kehendak-Nya. Jika kita berseru meminta tolong kepada Tuhan, Ia sebenarnya sudah siap menjawab kita. Tetapi dengan berseru kepada Tuhan, pada saatnya kita akan mendengar suara-Nya dan kita akan mengerti apa maksud Tuhan dalam hidup kita.

“Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya.” 1 Yohanes 5: 14

Jika kekuatiran kita sering menyebabkan hal yang negatif, kesadaran bahwa Tuhan mengasihi setiap umat-Nya bisa membawa perasaan positif. Paulus mencatat bahwa pengalamannya telah mengajarinya untuk merasa cukup dengan berkat materi apa pun yang dimilikinya. Ketergantungan pada kuasa Kristus ini tidak hanya memungkinkan orang percaya untuk merasa cukup, tetapi juga bisa menghasilkan kedamaian dalam hubungan kita dengan orang Kristen lainnya. Hal ini juga menuntut pilihan yang disengaja untuk mengarahkan perhatian kita pada hal-hal yang positif.

Filipi 4:2–9 adalah seruan Paulus kepada jemaat Kristen Filipi mengenai cara mereka menangani perselisihan di dalam jemaat. Paulus khususnya prihatin dengan pertengkaran antara dua wanita, Euodia dan Sintikhe. Nasihat Paulus adalah untuk berfokus pada kemampuan kita untuk bersukacita dalam persekutuan kita dengan Kristus. Hasil dari penekanan itu seharusnya adalah sikap ”masuk akal,” yang terlihat oleh semua orang. Dengan fokus yang tepat pada hal-hal positif, kita dapat mengalami kedamaian melalui kuasa Allah.

Paulus secara khusus meminta Euodia dan Sintikhe untuk menyelesaikan perselisihan pribadi mereka. Paulus mencatat bahwa pengalamannya telah mengajarkannya untuk merasa cukup dengan berkat-berkat materi apa pun yang dimilikinya. Ketergantungan pada kuasa Kristus ini tidak hanya memungkinkan orang percaya untuk merasa cukup, tetapi juga menghasilkan kedamaian dalam hubungan kita dengan orang Kristen lainnya. Hal ini juga menuntut pilihan yang disengaja untuk mengarahkan perhatian kita pada hal-hal yang positif.

Paulus memulai dengan kontras antara kekhawatiran dan doa. Ia mencatat orang percaya tidak boleh “khawatir tentang apa pun.” Ini tidak berarti sama sekali tidak peduli akan perbuatan atau kelakuan orang lain. Ini juga tidak berarti orang Kristen boleh ceroboh dalam hubungan sosial. Tidak juga berarti bahwa mereka tidak boleh mengabaikan ras khawatir yang secara normal bisa muncul pada manusia mana pun dalam hidup sehari-hari. Sebaliknya, ini berarti bahwa orang percaya tidak boleh takut, paranoid, atau gelisah dan lupa bahwa Tuhan tahu apa pun yang terjadi dalam hidup kita. Itu karena orang percaya dapat berbicara langsung dengan Tuhan, pencipta langit dan bumi, yang memiliki semua kuasa dan otoritas, yang memegang kendali penuh atas situasi.

Daripada merasa cemas atas situasi lingkungan, orang percaya harus dengan rendah hati dan bersyukur mendekati Tuhan dengan apa pun yang ada dalam pikiran mereka. Doa yang dewasa mencakup ucapan syukur kepada Tuhan atas apa yang telah Dia lakukan selain meminta bantuan-Nya di bidang-bidang yang membutuhkan. Ini adalah resep Kristen untuk mengurangi kecemasan di semua bidang kehidupan. Ini tidak berarti orang percaya akan menjalani hidup tanpa kekhawatiran. Ini juga tidak berarti bantuan tambahan tidak akan diperlukan. Akan tetapi, hal itu menunjukkan bahwa mengatasi masalah dalam hidup kita harus dimulai dengan doa yang berkelanjutan.

Mereka yang memilihuntuk rajin berdoa dan percaya kepada-Nya selama masa-masa kecemasan akan mengalami “damai sejahtera Allah.” Kedamaian ini menawarkan tiga hal positif yang penting. Pertama, kedamaian Allah bersifat supranatural dan tidak dapat dijelaskan. Sungguh menakjubkan bagaimana Allah dapat dan akan menanggapi selama masa-masa sulit.

Kedua, kedamaian Allah “akan memelihara hatimu.” Hati dipandang sebagai sesuatu yang harus dilindungi dengan segala cara, karena hati memengaruhi seluruh kehidupan (Amsal 4:23). Paulus memegang jemaat Filipi “di dalam hatiku” (Filipi 1:7).

Ketiga, kedamaian Allah akan memelihara “pikiranmu dalam Kristus Yesus.” Konsep ini terkait dengan kasih kepada Allah dan sesama (Matius 22:37–40), serta persatuan. Di seluruh Filipi Paulus mengungkapkan keprihatinan tentang kesatuan jemaat Filipi, khususnya dalam pikiran (Filipi 1:27; 2:2, 5). Ia menyebutkan pikiran lagi kali ini sebagai pernyataan bahwa di tengah perselisihan dan kekuatiran yang ada, kita membutuhkan pikiran yang dikendalikan oleh kedamaian dari Allah.

Saat ini, jika kita merasa Tuhan itu jauh dan tidak mendengarkan doa-doa kita, kita tidak perlu merasa kecewa atau putus asa. Mungkin kita merasa bahwa tidak ada seorang pun yang peduli atau mau menolong kita. Mungkin saja kita merasa bahwa semua orang memusuhi kita. Kita berdoa minta tolong, tetapi Tuhan terasa membisu. Walaupun demikian, Tuhan selalu mendengarkan doa-doa kita walaupun Ia belum tentu mengabulkan permohonan kita. Tuhan hanya memberikan apa yang terbaik kepada umat-Nya pada saat yang tepat.

Jika anda mengalami masalah besar saat ini, semoga anda tetap mau berseru kepada Tuhan dan memohon pertolongan-Nya. Ia mau mendengar, Ia akan menjawab, dan Ia akan memberikan kelepasan dan kemuliaan pada waktunya. Kita harus percaya bahwa Tuhan mengasihi kita, tetapi dengan kebijaksanaan-Nya Ia belum tentu menjawab doa kita seperti apa yang kita harapkan. Kunci kebahagiaan bukanlah memperoleh apa yang kita minta, tetapi rasa cukup dengan apa yang sudah diberikan-Nya.

“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Roma 8: 28

Tinggalkan komentar