Siapakah yang tidak pernah kecewa?

“Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.” Yohanes 16:33

Adakah orang yang tidak pernah kecewa? Saya yakin tidak ada, termasuk di antara umat percaya. Ada banyak hal yang bisa membuat orang Kristen kecewa. Orang tua membesarkan anak mereka di dalam Tuhan, tetapi sang anak kemudian berperilaku dengan cara yang menghancurkan hati mereka. Seorang menikahi pasangannya di gereja, yang berjanji untuk mencintai, menghormati, dan menghargainya sampai maut memisahkan mereka, tetapi selang beberapa bulan sang pasangan bertindak seolah-olah dia lebih mencintai pekerjaannya. Anda mungkin saja bergabung dengan sebuah gereja dan yakin bahwa itu adalah pilihan yang dibuat Tuhan di surga, tetapi kemudian Anada menemukan bahwa gereja itu dipimpin oleh orang-orang yang tidak sempurna dan lemah seperti di gereja yang Anda tinggalkan.

Agaknya keadaan, pekerjaan, keuangan, kesehatan, rumah, mobil, orang-orang, dan segala sesuatu yang ada di dunia memiliki kemampuan untuk membuat kita kecewa. Benarkah begitu? Ataukah kita yang justru memiliki kelemahan dalam hal bisa dikecewakan oleh apapun yang ada dan yang terjadi di dunia? Sudah tentu di luar sesama manusia, tidak ada yang mampu mengewakan kita. Benda mati, tumbuhan dan hewan tidak mampu, tidak bisa, melakukan sesuatu untuk mengecewakan manusia. Tetapi manusia mana pun bisa merasa kecewa atas apa yang terjadi di dunia jika itu tidak sesuai dengan keinginannya. Jika seseorang merasa adanya kekecewaan, itu berasal dari diri (pikiran) sendiri.

Sering orang kecewa atas apa yang dipandang tidak adil. Orang Kristen juga bisa kecewa kepada Tuhan jika harapannya tidak terpenuhi. Mengapa Tuhan tidak adil? Kisah nabi Yunus yang kecewa karena Tuhan batal menghukum orang-orang Niniwe, dan juga karena matinya pohon jarak yang ditumbuhkan Tuhan, menunjukkan bahwa orang percaya bisa terpuruk dalam kekecewaan. Seperti Yunus, kita mudah putus asa dan marah atas apa yang dianggap tidak adil, yang terjadi pada diri kita.

Sepanjang pengajaran-Nya dalam perjamuan terakhir (Yohanes 13:1–5), Yesus sering mengemukakan fakta bahwa Ia memberikan peringatan dini kepada para pengikut-Nya (Yohanes 13:19; 14:25). Maksud-Nya adalah untuk memberikan semangat dalam menghadapi penganiayaan sebagai akibat dari iman mereka tidak dapat dihindari. Sesuai dengan kepastian akan adanya penderitaan itu, Yesus kembali menjanjikan kedatangan Roh Kudus. Ia menjelaskan bahwa setelah masa kesedihan dan kekecewaan yang mendalam, para pengikut-Nya akan mengalami sukacita dan kejelasan yang besar. Ini diakhiri dengan janji yang sangat dikasihi bahwa Kristus telah “mengalahkan dunia.”

Yohanes 16:25-33 melengkapi kombinasi dorongan dan peringatan Kristus saat Ia mempersiapkan para murid untuk penangkapan-Nya yang akan datang (Yohanes 18:1-3). Bagian ini merangkum pesan umum dari wacana itu: bahwa kesulitan dan penganiayaan akan datang, tetapi orang percaya harus tetap setia, mengetahui bahwa ini semua adalah bagian dari pengetahuan Allah dan kehendak-Nya. Alih-alih bereaksi dengan panik atau ragu, para pengikut Kristus harus merasakan kedamaian. Keyakinan ini diilhami oleh pengetahuan bahwa tidak ada yang mereka alami yang mengejutkan Allah. Ungkapan “kuatkan hatimu” menyiratkan keberanian: mengetahui kemenangan Kristus akan mengatasi semua masalah itu.

Perkataan Kristus, yang dicatat di sini, termasuk yang paling dihargai dalam Injil Yohanes. Pernyataan ini menggabungkan pengajaran, peringatan, dan dorongan. Menjadi seorang Kristen tidak menjamin kehidupan yang mudah. ​​Bahkan, Yesus telah menjelaskan dengan jelas bahwa mengikuti-Nya dapat menuntun pada penganiayaan (Yohanes 16:1-4). Sukacita yang dimiliki oleh orang percaya yang lahir baru berasal dari pengetahuan bahwa Kristus telah memperoleh kemenangan akhir, dan tidak ada apa pun di dunia ini yang dapat membatalkannya (Roma 8:38-39). Bahwa Kristus menjelaskan, sebelumnya, bahwa masa-masa sulit akan datang (Yohanes 15:20-21) seharusnya meyakinkan semua orang percaya: situasi-situasi yang kita hadapi saat ini tidak mengejutkan Tuhan. Tuhan selalu memegang kontrol. God is always in control.

Bukannya bereaksi dalam ketakutan atau kebingungan, semua orang Kristen harus menyadari bahwa pengalaman pahit mereka merupakan bagian dari rencana Allah yang lebih besar. Tidak ada sesuatu pun yang bisa terjadi di dunia jika Tuhan tidak mengizinkannya. Kitab Ibrani, khususnya pasal 11, merayakan para pahlawan iman yang memilih untuk “berpegang teguh” dan percaya kepada Allah. Kepercayaan itu, sebagaimana ditunjukkan oleh Alkitab, harus dipelihara dengan baik, bahkan jika pemenuhan janji-janji Allah belum terjadi sampai saat orang-orang percaya itu meninggal. Itu karena segala sesuatu pasti terjadi pada saat yang ditetapkan Tuhan. Yesus sudah menang atas kematian, kubur dan neraka. Dia akan menghapus air mata kekecewaan dari wajah kita untuk terakhir kalinya dan menunjukkan kepada kita bagaimana penderitaan kita saat ini tidak sebanding dengan sukacita surgawi yang akan kita terima.

“Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami.” 2 Korintus 4:17

Sampai saat kita datang, kekecewaan akan menjadi bagian dari pengalaman manusiawi kita. Ketika kita mengalaminya, dan karena itu kita boleh saja menangis. Dengan bantuan Roh Kudus, kita dapat dengan sungguh hati menyatakan harapan-harapan kita, memperoleh penghiburan dalam janji-janji Tuhan, membawa keinginan-keinginan kita kepada-Nya, dan berserah kepada kehendak-Nya. Dengan kekuatan kita sendiri, ini tidak mungkin, tetapi dengan bantuan Tuhan kita dapat melakukannya. Setiap kekecewaan baru membawa kesempatan lain untuk memercayai-Nya. Ketika kita melakukannya, Dia menghibur hati kita dan menumbuhkan iman kita. Semoga Tuhan memberi kita ketabahan yang makin besar dalam menghadapi hidup ini.

Tinggalkan komentar