Jangan mengucilkan diri selama hidup di dunia

“karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.” Efesus 6:12?

Seringkah Anda membaca berita koran? Mungkin Anda lebih sering membaca berita dari media internet karena hampir semua surat kabar di dunia memiliki berita versi internet. Saya harap Anda tidak memusatkan pikiran Anda pada berita yang ada dalam TitTok, Instagram, Facebook dan sejenisnya, karena banyaknya hoax yang disampaikan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Namun itulah kenyataan dunia saat ini, bahwa apa yang benar dan baik sering diganti dengan apa yang tidak benar dan jahat. Sayang sekali bahwa banyak orang yang mudah terperangkap dalam hal-hal semacam itu.

Dalam kekacauan dunia ini, saya bisa mengerti jika banyak orang Kristen yang menghindari berita macam apa pun. Mereka tidak tertarik untuk membaca berita politik, ekonomi, sosial dan budaya yang memiliki dinamika yang luas di dunia, dan hanya memusatkan perhatian pada kegiatan rohani. Dalam hal ini, mereka mungkin memakai ayat di atas sebagai alasan mengapa mereka mengabaikan kejadian-kejadian penting atau perubahan masyarakat di dunia. Selain itu, ada pula orang-orang Kristen yang percaya bahwa semua peristiwa di dunia saat ini menunjukkan bahwa akhir zaman sudah dekat, dan karena itu mereka tidak lagi tertarik untuk mengikuti berita sehari-hari. Hidup mereka mungkin bisa dibayangkan sebagai kehidupan rohaniawan yang tinggal di biara. Ini sudah tentu bukanlah maksud Paulus dalam Filipi 6.

Dalam Efesus 6, Paulus pada awalnya memberikan instruksi khusus untuk hidup sehari-hari kepada orang tua dan anak-anak mereka, masing-masing menekankan ketaatan dan kesabaran. Ia juga mengarahkan para pelayan untuk melayani dengan ketulusan dan niat baik, seolah-olah mereka bekerja untuk Kristus. Para majikan diperingatkan untuk tidak bersikap kasar: Tuhan yang sama yang menghakimi semua orang, tidak akan memandang mereka lebih istimewa dari pada orang-orang yang mereka awasi. Semua orang Kristen yang hidup di dunia saat ini, dipanggil untuk menggunakan peralatan yang diberikan Tuhan kepada kita untuk bertahan hidup dari serangan iblis. Peralatan ini dibayangkan sebagai bagian dari perlengkapan perang. Paulus mengakhiri surat ini dengan gaya khasnya, dengan doa, berkat, dan berita tentang rencananya. Jelas Paulus menulis surat ini dengan tujuan mengajak setiap orang Kristen untuk tidak “jatuh tertidur” selama hidup di dunia.

Hidup orang Kristen di dunia adalah seperti hidup dalam peperangan. Efesus 6:10–20 menyimpulkan penerapan praktis Kekristenan oleh Paulus dengan serangkaian metafora yang terkenal. Di sini, ia menggambarkan ”perlengkapan perang Allah.” Dalam bagian ini, Paulus menggunakan kiasan tentang perlengkapan dasar prajurit Romawi untuk menunjukkan bagaimana komponen-komponen Kekristenan bekerja sama saat kita berusaha melayani Tuhan di dunia yang kacau ini. Peralatan prajurit meliputi ikat pinggang, pelindung dada, sepatu, perisai, helm, dan pedang. Secara paralel, peralatan orang Kristen adalah kebenaran, keadilan, Injil, iman, keselamatan, dan Firman Tuhan. Orang Kristen juga diberi doa. Sama seperti perlengkapan prajurit dirancang untuk pertempuran duniawi mereka, perlengkapan orang Kristen dimaksudkan untuk bisa memenangkan peperangan rohani. Karena itu, orang Kristen harus mengerti apa yang terjadi di dunia agar dapat memakai senjata yang tepat untuk menghadapi serangan musuh.

Efesus 6:12 yang terkenal ini menggambarkan peperangan rohani yang terjadi dalam kehidupan orang percaya. Pertama, Paulus menegaskan bahwa peperangan kita memang rohani, bukan jasmani. Musuh yang kita hadapi, pada akhirnya, bukanlah orang atau benda yang kita lihat di dunia. Tetapi, Iblis mungkin menggunakan berbagai hal di dunia sebagai bagian dari serangannya, tetapi perjuangan kita bukanlah untuk melawan orang atau hal-hal lain: melainkan untuk melawan dosa.

Kedua, Paulus mengidentifikasi musuh rohani kita. Daftar ini sering ditafsirkan sebagai gambaran dari “pangkat” dalam pasukan setan.”Penguasa” mengacu pada kekuatan umum jahat yang menyerang orang percaya. “Penghulu dunia” tampaknya mengacu pada adanya kekuatan iblis yang ada dalam pertempuran rohani ini di seluruh dunia saat ini. “Melawan roh-roh jahat di udara” menekankan adanya kuasa iblis dalam pertempuran di luar dunia ini. Walaupun demikian, pertempuran rohani dapat terjadi di semua tingkatan, di mana saja di dunia ini dan di luar dunia. Orang percaya harus siap menghadapi semua jenis serangan dengan mengenakan perlengkapan senjata Allah, seperti yang dijelaskan Paulus.

Paulus menjelaskan bagaimana kita harus memperlengkapi diri kita untuk peperangan rohani ini. Dalam Efesus 6:10–12, ia mengingatkan kita bahwa pergumulan kita dengan dosa dan dengan orang-orang yang membenci Allah yang hidup di dunia bukanlah pertempuran melawan darah dan daging, tetapi melawan sang dalang: iblis. Sebelum kita mengenal Kristus, kita berada di dalam Adam dan diperbudak oleh kuasa dosa dan maut. Setelah didamaikan dengan Allah melalui Yesus, kita tidak lagi taat kepada Iblis sebagai pemimpin kita, tetapi sekarang melayani dalam pasukan Tuhan (Roma 5:12–21). Namun, pengaruh dosa tidak serta-merta lenyap, karena dunia, daging, dan Iblis berusaha membuat kita lupa di pihak mana kita berada sebagai hamba Tuhan (1 Petrus 5:8–9). Iblis berusaha membuat kita jatuh dalam dosa dalam keadaan apa pun yang kita hadapi di dunia.

Rasul Petrus juga memperingatkan orang-orang percaya untuk tetap waspada terhadap iblis:

“Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama.” (1 Petrus 5:8-9).

Satu-satunya cara yang efektif untuk mencegah kita menentang jalan Yesus dan bertindak sebagai pengkhianat terhadap tujuan-Nya adalah dengan terus-menerus mengenakan seragam yang mengidentifikasi kita sebagai prajurit-Nya (Efesus 6:13–17). Paulus menggunakan analogi baju zirah prajurit untuk menggambarkan iman. Meskipun ada beberapa kesimpulan yang dapat ditarik mengenai alasan mengapa setiap baju zirah tertentu dikaitkan dengan karakteristik rohaninya yang spesifik, lebih penting untuk melihat bahwa akar pemikiran Paulus kembali ke Perjanjian Lama. Dalam Yesaya 59:15b–17, sang nabi berbicara tentang Allah yang mengenakan baju zirah yang sama seperti yang harus kita kenakan dalam pertempuran melawan iblis. Mengenakan perlengkapan senjata rohani berarti kita terus-menerus taat kepadaTuhan, mengandalkan karunia dan kasih karunia-Nya untuk melawan godaan dosa apa pun di dunia, agar kita bisa mengorbankan apa pun, bahkan kesejahteraan kita sendiri, demi kerajaan-Nya.

Doa terus-menerus dalam Roh baik untuk diri kita sendiri maupun untuk kebutuhan sesama orang percaya adalah cara kita mengenakan perlengkapan senjata ini (Efesus 6:18-20). Berdoa dalam Roh bukanlah pengalaman mistis, melainkan kewaspadaan dalam menghadapi peristiwa dan perbahan apa pun di dunia, disertai dengan kecepatan dan ketepatan dalam berdoa. Kita hanya bisa dengan cepat dan tepat menyampaikan permohonan kita jika kita tahu dan sadar akan adanya bahaya serangan iblis. Karena kita yakin bahwa Roh Kudus bersama dengan kita saat kita berdoa, kita akan menyadari kuasa dalam mengakui ketergantungan kita kepada Allah (Rm. 8:26-27).

Paulus berkata, dalam pergumulan kita dengan iblis, kita harus waspada terhadap taktiknya (2 Korintus 2:11). Dan dalam Efesus 6:11-12, Paulus menyebutkan tiga ciri utama kekuatan rohani iblis dan antek-anteknya. Pertama, mereka kuat. Mereka memiliki wewenang untuk memerintah dunia. Kedua, mereka jahat. Musuh-musuh rohani yang jahat ini menggunakan kekuatan mereka untuk mendatangkan kehancuran. Mereka dikaitkan dengan kegelapan dan bukan terang, kejahatan dan bukan kebaikan. Dan, ketiga, mereka cerdik. Mereka tahu bagaimana merencanakan dan menyusun strategi. Mereka sangat ahli dalam penipuan sehingga terkadang mereka datang dengan menyamar sebagai malaikat terang (2 Korintus 11:14) atau serigala berbulu domba (Matius 7:15). Jelas, bahwa sebagai prajurit Tuhan, kita tidak boleh mengabaikan apa yang terjadi di dunia saat ini; kita harus aktif dalam menyelidiki, memelajari dan menganalisa taktik dan gebrakan iblis di dunia dan bukannya mengucilkan diri untuk menghindari serangan iblis.

Tetapi, bagaimana kita, dalam kelemahan manusiawi kita, berharap untuk melawan musuh yang begitu kuat dan licik? Kekuatan kasar tidak akan memenangkan pertempuran. Kita juga tidak dapat menyembunyikan diri dari pengamatan iblis. Secara manusiawi, kemenangan itu mustahil. Dalam perjuangan kita melawan iblis dan pasukannya yang licik, Paulus mengatakan kita harus “kuat di dalam Tuhan dan di dalam kekuatan-Nya yang dahsyat” (Efesus 6:10).

Hanya Tuhan yang dapat menguatkan, membela, dan membebaskan kita dari kuasa, kejahatan, dan tipu daya iblis di dunia (2 Timotius 4:17-18). Kita harus sadar bahwa iblis bisa bekerja dalam organisasi pemerintah, perusahaan, sekolah, universitas, dan juga gereja dan keluarga kita. Musuh kita mungkin kuat, tetapi Tuhan lebih kuat (1 Yohanes 4:4). Tuhan menyediakan bagi kita kuasa yang sama dahsyatnya yang membangkitkan Yesus Kristus dari antara orang mati dan mendudukkan-Nya di sebelah kanan Allah di surga (Efesus 1:19-20). Musuh-musuh kita akan dikalahkan melalui kemenangan Kristus atas mereka di kayu salib (Kolose 2:15). Jangan takut, tapi berwaspadalah dan siap untuk berperang!

Tinggalkan komentar