“Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” Matius 5:14-16

Hari ini adalah hari kenaikan Yesus ke surga. Saat ini, ada sekitar 25 negara di dunia yang memperingati kenaikan Yesus ke surga, yang dirayakan 40 hari setelah Paskah, sebagai hari libur umum. Sebagian besar negara-negara tersebut adalah negara-negara dengan mayoritas penduduk beragama Kristen, khususnya di Eropa, Afrika, dan sebagian Karibia serta Pasifik. Australia tidak pernah menetapkan hari ini sebagai hari libur, sekalipun sebelum tahun 2021 dianggap sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Kristen. Ini mungkin karena Australia mengikutti tradisi Inggris yang tidak pernah menetapkan hari ini sebagai hari libur nasional. Menariknya adalah Indonesia, yang meskipun merupakan negara dengan mayoritas Muslim, menetapkan Hari Kenaikan Yesus sebagai hari libur nasional sejak tahun 1950an karena adanya dasar negara yang mengakui adanya pluralisme agama.
Di Australia, selain kenaikan Yesus tidak dinyatakan sebagai hari libur umum, banyak gereja yang tidak memperingatinya. Gereja-gereja yang menekankan liturgi (misalnya, Katolik Roma, Anglikan, Ortodoks, Lutheran) biasanya mencantumkan Hari Kenaikan Isa Almasih dalam kalender gereja mereka. Gereja-gereja Injili, Pantekosta, Baptis, dan non-denominasi sering kali tidak mengikuti kalender liturgi, dan karena itu hanya berfokus pada hari Paskah dan Natal.
Apakah kenaikan Yesus adalah hal yang penting dalam iman Kristen? Sudah tentu! Jika Yesus tidak naik ke surga, konsekuensi terbesar adalah tidak akan ada Roh Kudus yang dikirim untuk menuntun hidup dan menyembuhkan rohani umat percaya. Tanpa kenaikan-Nya, ibadah kepada Kristus mungkin akan terbatas pada tempat dan waktu tertentu, dan kita tidak akan dapat mengalami penghiburan dan kekuatan rohani yang ditawarkan oleh Roh Kudus, yang tinggal dalam hati setiap orang Kristen, di mana saja dan kapan saja. Selain itu, dengan adanya Roh Kudus, kita bisa menjadi terang dunia (Matius 5:16).
Kita perlu memahami bahwa hubungan antara kenaikan Yesus dan para pengikut-Nya sebagai “terang dunia” terletak pada pengalihan misi dan wewenang:
- Kenaikan Yesus Menandai Akhir Pelayanan-Nya di Bumi
- Setelah kebangkitan-Nya, Yesus menampakkan diri kepada para pengikut-Nya selama 40 hari dan kemudian naik ke surga (Kisah Para Rasul 1:9-11).
- Kenaikan menandakan bahwa kehadiran fisik Yesus di bumi telah berakhir, tetapi misi-Nya berlanjut melalui para pengikut-Nya.
- Para Murid Mewarisi Misi Yesus
- Sebelum kenaikan-Nya, Yesus mengutus para pengikut-Nya untuk melanjutkan pekerjaan-Nya:
“Kamu akan menjadi saksi-Ku… sampai ke ujung bumi.” (Kisah Para Rasul 1:8)
“Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku…” (Matius 28:19) - Ini menjadikan mereka wakil-wakil Yesus di bumi, yang dipanggil untuk mewartakan Injil dan mewujudkan ajaran-ajaran-Nya.
- Para Murid Menjadi Terang Dunia
- Yesus berkata kepada murid-murid-Nya:
“Kamu adalah terang dunia… Hendaklah terangmu bercahaya di depan orang lain, supaya mereka melihat perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga.” (Matius 5:14-16) - Sementara Yesus juga berkata bahwa Dia adalah “terang dunia” (Yohanes 8:12), melalui kenaikan-Nya, terang-Nya terus bersinar melalui para murid.
- Kehidupan dan misi mereka sekarang dimaksudkan untuk memantulkan terang Yesus di dunia yang gelap.
- Roh Kudus Memungkinkan Peran Mereka
- Setelah kenaikan-Nya, Yesus mengutus Roh Kudus pada hari Pentakosta (Kisah Para Rasul 2), yang memberdayakan para murid untuk menjalani identitas mereka sebagai terang.
- Tanpa Roh, cara hidup dan kesaksian mereka tidak akan memiliki kuasa dan bimbingan ilahi.
Dengan demikian, kita bisa mengerti bahwa
- Yesus naik ke surga → Kehadiran fisik-Nya tidak terlihat lagi.
- Ia mengutus para murid → Mereka menjadi kehadiran-Nya yang terlihat di bumi.
- Mereka sekarang adalah “terang dunia” → Melaksanakan misi-Nya dengan kuasa Roh Kudus.
Kenaikan Yesus tidak mengakhiri pekerjaan-Nya. Yesus justru melipatgandakannya melalui para pengikut-Nya, yang sekarang menjadi tubuh-tubuh pembawa terang-Nya di dunia.
Terang adalah simbol penting dalam pandangan orang Yahudi. Sama seperti budaya Yunani yang menghargai pengetahuan, atau budaya Romawi yang menghargai kemuliaan, atau budaya barat modern yang menggembar-gemborkan kebebasan, standar ideal budaya Ibrani adalah terang. Konsep ini sangat berperan dalam penjelasan Alkitab tentang kesalehan dan kebenaran (Amsal 4:18–19; Matius 4:16; Yohanes 8:12; 2 Korintus 4:6).
Secara rohani, tidak ada terang di dunia ini selain dari Yesus Kristus. Namun, terang-Nya bersinar melalui setiap orang yang menjadi milik-Nya. Dengan cara ini, terang Kristus disebarkan ke dalam kegelapan di setiap sudut umat manusia. Bahwa terang ini dimaksudkan untuk terlihat oleh dunia juga penting. Yesus menambahkan metafora ini dengan merujuk pada sebuah kota yang terletak di atas bukit. Kota itu tidak dimaksudkan untuk disembunyikan; kota di atas bukit dimaksudkan untuk dilihat dan ditemukan bahkan dalam kegelapan malam. Pada zaman Kristus, tembok-tembok di sekeliling kota di atas bukit sering kali terbuat dari batu kapur putih, yang relatif mudah dilihat, bahkan pada malam yang redup.
Malam hari bisa sangat gelap pada zaman Yesus. Bagi kita yang terbiasa dengan lampu listrik, kegelapan malam di dunia kuno mungkin agak menakutkan. Di luar rumah, pada malam tanpa bulan atau mendung orang-orang akan kesulitan melihat tangan mereka di depan mata mereka sendiri. Di dalam rumah, cahaya tersedia dalam bentuk api, termasuk lampu minyak. Saat rumah-rumah menjadi gelap setelah matahari terbenam, lampu akan dinyalakan dan, jika tersedia, disebarkan di sekitar rumah. Penempatan adalah kuncinya. Lampu-lampu akan diletakkan di atas dudukan di tempat yang optimal untuk menyediakan cahaya sebanyak mungkin ke ruangan. Inilah inti dari komentar Yesus dalam ayat ini: mengapa seseorang menyalakan lampu di malam hari dan kemudian meletakkan sebuah gantang di atasnya? Mereka tidak akan melakukannya, kata Yesus. Cahaya lampu dimaksudkan untuk dilihat dengan cara yang sama seperti cahaya Kristus dimaksudkan untuk dilihat di dunia.
Dengan cara yang sama, terang Kristus tidak dimaksudkan untuk disembunyikan di bumi. Terang itu dimaksudkan untuk bersinar terang dari semua orang yang menjadi milik Kristus. Terang itu dimaksudkan untuk mudah ditemukan oleh mereka yang masih berada dalam kegelapan. Yesus akan menambahkan poin ini dalam ayat berikutnya bahwa terang Kristus tidak boleh ditutupi dalam kehidupan para pengikut-Nya. Terang itu dimaksudkan untuk dilihat. Sebagai orang percaya, kita tidak boleh hanya tinggal dalam lingkungan gereja atau keluarga kita dan tidak mempunyai minat untuk berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat luas yang ada.
Orang Kristen sejati adalah satu-satunya sumber cahaya rohani, yaitu cahaya Kristus. Cahaya itu dimaksudkan untuk dilihat, jadi Yesus memberi tahu para pengikut-Nya untuk tidak menyembunyikannya atau menutupinya dengan alasan apa pun. Melakukan pekerjaan yang diberikan oleh Tuhan adalah cara para pengikut-Nya akan menyebarkan cahaya-Nya. Gagal melakukan pekerjaan baik itu, sama seperti menutupi satu-satunya lampu di ruangan yang gelap; menyembunyikan cahaya membuat lampu itu tidak berguna. Terang dimaksudkan untuk dilihat oleh mereka yang berada dalam kegelapan. Terang tidak ada nilainya jika ditutupi dan disembunyikan.
Para pengikut juga wajib memperlihatkan terang Yesus dengan melakukan perbuatan baik yang Allah inginkan bagi mereka. Bahkan jika mengikut Kristus mendatangkan penganiayaan dari dunia (Matius 5:11–12), orang percaya diperintahkan untuk tetap bertahan untuk memancarkan terang itu ke dalam dunia yang gelap. Demikianlah hendaknya terang kita bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat cara hidup kita dan memuliakan Tuhan.
Dalam pelajaran lain, Yesus menjelaskan lebih lanjut tentang arti melakukan perbuatan baik. Poin penting yang Ia sampaikan kemudian dalam Khotbah di Bukit melibatkan motivasi yang tepat (Matius 6:1). Perbuatan baik yang dilakukan demi Allah, dengan cara dan tujuan yang mendatangkan kemuliaan bagi Allah, seharusnya dilakukan agar dapat dilihat. Namun, dalam situasi sekarang, di mana dunia cenderung memuji orang dari tampak luarnya, lebih baik tindakan itu dilakukan “secara rahasia” untuk menghindari kesombongan dan keangkuhan.
“Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” Matius 6:2-4
Pagi ini, kita menyadari bahwa Kristus adalah satu-satunya terang rohani di dunia, dan kebenaran itu disebarkan melalui umat-Nya: murid-murid-Nya, yang berarti orang Kristen yang dilahirkan kembali. Orang percaya berbuat baik kepada orang lain untuk menunjukkan kebenaran (Yohanes 14:6), dan untuk membawa kemuliaan bagi Tuhan.