Apakah Anda merasa akhir zaman sudah dekat?

“Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin. Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat. Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.” Matius 24:12-14

Tidak dapat disangkal bahwa masa depan dunia adalah sebuah tanda tanya besar, terutama sesudah terjadinya pandemi COVID-19 yang masih menimbulkan berbagai masalah sampai sekarang. Sebagian orang sadar bahwa jika malapetaka seperti itu terjadi lagi dalam waktu dekat, hidup manusia akan menjadi lebih kacau. Apakah kita sudah memasuki akhir zaman?

Pad pihak yang lain, banyak orang yang kagum melihat perkembangan teknologi yang terjadi selama abad-abad terakhir. Tidak dapat disangkal bahwa kemajuan teknologi sudah sedemikian rupa sehingga manusia makin bergantung pada teknologi, terutama teknologi komputer. Apalagi, dengan adanya AI (artificial intelligence atau kecerdasan buatan), banyak orang yang menduga bahwa di masa depan hidup-mati manusia akan bergantung pada AI. Dengan demikian, ada kemungkinan bahwa AI bisa menimbulkan berbagai masalah besar di dunia jika manusia tidak bisa menguasainya. Apakah adanya AI menunjukkan bahwa akhir zaman sudah dekat? Jawaban saya: Belum tentu.

Perkembangan AI belum tentu merupakan tanda bahwa akhir dunia sudah dekat, tetapi dapat dimengerti mengapa beberapa orang merasa tidak nyaman tentang hal itu. Seperti alat yang ampuh lainnya, AI memiliki potensi yang luar biasa dan risiko yang serius. Apakah itu mengarah pada masa depan yang lebih baik atau masalah yang signifikan tergantung pada bagaimana umat manusia memilih untuk menggunakan dan mengaturnya. Menurut Alkitab, akhir zaman ditandai dengan munculnya banyak orang yang durhaka kepada Tuhan.

Perlu dicatat, definisi akhir zaman dalam Alkitab secara umum merujuk pada masa atau periode yang meliputi berbagai peristiwa penting yang akan terjadi menjelang akhir zaman, termasuk kedatangan Kristus yang kedua, kebangkitan orang mati, penghakiman akhir, dan penggenapan Kerajaan Allah. Secara lebih detail, akhir zaman bisa diartikan sebagai masa yang ditandai dengan berbagai kesengsaraan, kesulitan, dan tanda-tanda yang mengarah pada akhir sejarah dunia. Kedatangan Kristus yang kedua kali, juga disebut Parousia, adalah peristiwa eskatologis utama di mana Kristus akan kembali untuk menghakimi dunia dan mendirikan Kerajaan Allah. Ini dapat kita baca dalam kitab Wahyu, tetapi Yesus sebenarnya sudah menerangkan hal ini semasa Ia di dunia.

Matius 24:1–14 mengisahkan bagaimana Yesus dan para murid keluar dari Bait Suci. Ini terjadi setelah kritik-Nya yang pedas terhadap ahli Taurat dan orang Farisi dalam pasal 23. Kristus juga meramalkan saat ketika Bait Suci akan dihancurkan tanpa satu batu pun tersisa di atas batu lainnya. Atas hal itu, para murid-Nya meminta informasi lebih lanjut tentang peristiwa-peristiwa yang sedang mendatangi ini.

Yesus menggambarkan musim di mana dunia akan berada dalam kekacauan – tetapi itu saja tidak akan menjadi bukti bahwa akhir telah tiba. Murid-murid-Nya akan dianiaya, dibunuh, dan dibenci demi nama-Nya. Nabi-nabi palsu akan muncul dan bahkan beberapa di antara para murid akan murtad. Yesus adalah Tuhan, dan karena itu siapapun yang menjadi pengikut-Nya seharusnya percaya atas apa yang sudah diramalkan-Nya.

Memang, salah satu bukti keilahian Yesus adalah kenyataan bahwa Ia sering meramalkan masa depan. Seringkali prediksi-prediksi tersebut berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi dalam waktu singkat setelah Ia membuat prediksi-prediksi tersebut, seperti hal penangkapan-Nya sendiri oleh orang-orang Yahudi dan kematian serta kebangkitan-Nya (Matius 16:21), atau pendirian Gereja setelah kenaikan-Nya (Matius 16:18; Kisah Para Rasul 1:4-8). Namun, salah satu prediksi Yesus yang paling mendalam dan mudah diverifikasi, berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi bertahun-tahun setelah Ia berada di bumi. Dengan sangat rinci, Yesus meramalkan kehancuran Yerusalem, sebuah peristiwa yang benar-benar terjadi hampir empat dekade setelah kenaikan-Nya ke surga. Nubuat ini tidak hanya membuktikan keilahian-Nya, tetapi juga mendukung inspirasi Ilahi atas isi Alkitab.

Yesus menggambarkan bakal adanya musim kekacauan dan penganiayaan dunia yang tak terbayangkan. Ia menunjuk pada saat tertentu ketika Bait Suci dicemarkan, saat orang-orang harus lari menyelamatkan diri. Yesus berbicara tentang kesengsaraan yang mengancam dunia yang akan dipersingkat tepat sebelum Ia kembali sebagai Raja dan Hakim. Karena tidak seorang pun mungkin tahu kapan Ia akan kembali, para pengikut-Nya harus hidup dalam kesiapsiagaan.

Yesus menggambarkan kepada para pengikutnya kenyataan pahit yang menanti mereka setelah Ia pergi (Yohanes 16:5–7) dan sebelum akhir zaman ketika Ia kembali (Wahyu 19:11–15). Ia telah mengatakan bahwa mereka akan dibenci karena pergaulan mereka dengan-Nya, bahwa mereka akan dianiaya dan dibunuh (Matius 24:9). Banyak orang yang tampaknya mengikuti Yesus akan murtad karena tekanan itu dan beberapa bahkan akan mengkhianati yang lain. Nabi-nabi palsu akan bangkit untuk mengajarkan kesalahan dan menuntun banyak orang menjauh dari kebenaran Yesus (Matius 24:10–11).

Yesus menambahkan bahwa salah satu akibat dari ajaran palsu ini adalah kekacauan: penolakan terhadap standar kebaikan dan moralitas. Mereka yang mengikuti visi menyimpang yang ditawarkan oleh nabi-nabi palsu akan meninggalkan kebenaran. Mereka akan memberontak terhadap kebajikan atau tunduk kepada Tuhan. Hasil akhir dari pelanggaran hukum yang mementingkan diri sendiri dan mengikuti diri sendiri itu adalah hilangnya kasih.

Adanya berbagai perang, terorisme, legalisasi aborsi, kebebasan memilih gender, dan hal-hal yang melawan kehendak Tuhan pada saat ini merupakan gambaran tentang kasih yang menjadi “dingin”; mengingatkan kita pada mayat: tidak hanya tidak bergerak, tetapi juga dingin dan tidak bernyawa. Ketika manusia semakin menjauh dari ajaran Kristus, kasih akan berkurang, sedemikian rupa sehingga banyak manusia yang hanya hidup untuk dirinya sendiri.

Yesus mengajarkan bahwa seluruh pesan Tuhan kepada manusia bergantung pada dua perintah Kitab Suci: mengasihi Tuhan dengan segala keberadaannya dan mengasihi sesama seperti dirinya sendiri (Matius 22:37–40). Tidak mengherankan bahwa penolakan terhadap hukum Tuhan berkorelasi dengan hilangnya kasih kepada Tuhan dan sesama.

Matius 24:13 mengarah pada salah satu pernyataan Kristus yang paling banyak diperdebatkan: hubungan antara “bertahan” dan “diselamatkan”. Seperti pernyataan Kitab Suci lainnya, mengambil ayat ini di luar konteks bisa menimbulkan salah tafsir, seolah orang Kristen harus berjuang dengan tenaga sendiri untuk mempertahankan keselamatan mereka. Keselamatan adalah karunia cuma-cuma dari Tuhan, yang tidak dapat diganggu-gugat atau dibatalkan meskipun dosa dan kelemahan masih ada dalam setiap diri orang percaya.

Surat-surat yang ditulis oleh para rasul seperti Yohanes, Petrus, dan Paulus, akan memberikan rincian yang lebih spesifik tentang kerajaan Allah yang menakjubkan. Pesan yang disampaikan murid-murid Yesus kepada dunia adalah bahwa semua orang yang beriman kepada Yesus pasti akan menerima kasih karunia keselamatan dari Allah (Kisah Para Rasul 4:12). Allah menerima kematian Yesus di kayu salib sebagai pembayaran atas dosa-dosa orang yang percaya (Roma 6:23) dan akan memberikan mereka penghargaan karena pengurbanan yang sudah Yesus jalani (2 Korintus 5:21). Singkatnya, kabar baiknya adalah bahwa semua orang yang menerima Kristus diterima di kerajaan surga melalui iman kepada Anak Allah (Efesus 2:8-9).

Pada pihak yang lain, Yesus telah menggambarkan masa-masa sulit yang akan datang bagi mereka yang mengikuti Yesus setelah Ia meninggalkan bumi (Yohanes 16:5–7). Ia telah menunjuk kepada suatu era penganiayaan yang hebat, kematian, dan kebencian terhadap siapa pun yang terkait dengan nama-Nya. Banyak orang yang dari luarnya terlihat seperti orang percaya, sebenarnya adalah orang-orang sesat yang mengikuti ajaran para nabi palsu. Mereka tidak mengenal Tuhan tetapi berpura-pura menjadi orang Kristen.

Saat ini keadaan dunia nampaknya makin buruk, dan kejahatan manusia terlihat makin meningkat. Namun, tidak satu pun dari hal ini akan menghentikan pemberitaan Injil kerajaan surgawi. Kabar baik yang Yesus khotbahkan tentang kerajaan surga adalah bahwa kerajaan itu akan datang dan akan segera ada di sini. Ia sendiri adalah Raja, dan Ia akan memerintah selamanya (Matius 4:17; 13:43; 26:29).

Selain Yudas, orang-orang yang Yesus ajak bicara (Matius 24:3) memang tetap setia selama menghadapi penganiayaan. Mereka berhasil meluncurkan penyampaian Injil ke seluruh dunia sebagai kesaksian bagi semua bangsa. Namun, mereka tidak bisa menyelesaikan pekerjaan itu.

Para pengajar Alkitab memperdebatkan kapan dan apakah seluruh dunia telah dijangkau dengan Injil kerajaan, meskipun semua setuju bahwa kabar baik ini di saat ini telah menjangkau sebagian besar bumi. Pertanyaan ini penting, karena Yesus bernubuat bahwa ketika Injil telah diberitakan kepada semua bangsa, akhir zaman akan tiba, yang berarti bahwa Ia akan kembali sebagai raja dan hakim. Ini adalah jawaban parsial-Nya kepada para pengikut-Nya tentang tanda-tanda yang menunjukkan bahwa akhir zaman sudah dekat.

Jika demikian, mungkinkah kita sekarang hidup dalam era yang sangat dekat pada akhir zaman? Ini tidak dapat kita pastikan, tetapi kita tidak perlu kuatir jika akhir zaman terjadi, karena Yesus akan menyertai kita dalam menghadapi semua masalah saat ini dan menguatkan iman kita. Pada waktu Ia datang sesudah semuanya terjadi, Ia akan mengumpulkani semua orang yang setia kepada-Nya. Halleluya!

“Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri.” Matius 24:36

Tinggalkan komentar