Tetapi Yesus menjawab: ”Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” Matius 4:4

Apakah Anda suka makan roti? Saya percaya, semua orang di Indonesia suka makan roti tertentu sebagai makanan pelengkap. Tapi itu bukan untuk mengganti nasi karena agaknya “belum terasa makan kalau belum makan nasi”. Walaupun demikian, mungkin tidak ada orang yang merasa sudah cukup dengan makan nasi saja. “Empat sehat, lima sempurna” sudah menjadi motto makan sehat sejak lama, dan semua orang tentunya berusaha untuk tidak makan nasi saja, sekalipun nasi adalah makanan utama di Indonesia.
Bagaimana nasi bisa menjadi makanan utama rakyat Indonesia? Padi sebenarnya telah masuk ke Indonesia sejak sekitar 1500 SM, kemungkinan berasal dari India atau Indocina. Namun, nasi baru benar-benar menjadi makanan pokok secara nasional setelah Indonesia merdeka. Hal ini terjadi seiring dengan fokus pemerintah dalam pembangunan pertanian melalui program Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun) pada 1969–1974.
Beras kemudian dijadikan simbol kemakmuran oleh negara. Pemerintah mendorong produksi dan konsumsi beras secara masif sebagai bagian dari target swasembada pangan. Akibatnya, makanan lokal seperti tiwul, jagung, dan sagu mulai tergeser dan perlahan ditinggalkan oleh masyarakat. Bahkan, beras sempat dijadikan komoditas politik. Sejak saat itu, nasi menjadi makanan utama sebagian besar masyarakat Indonesia. Tak hanya soal rasa atau gizi, tetapi juga menyangkut citra sosial. Bagaimana kalau makan nasi dijadikan salah satu syarat untuk hidup kita? Ya itu boleh saja karena orang harus makan untuk bisa hidup; kecuali kalau Anda mau mengganti nasi dengan roti seperti dalam ayat di atas.
Matius 4:1–11 menggambarkan godaan Yesus di padang gurun. Setelah berpuasa selama 40 hari dan malam, Yesus menghadapi tiga godaan dari Setan. Setiap godaan berusaha untuk memikat Kristus agar menyalahgunakan kuasa-Nya; untuk segera mengambil apa yang telah dijanjikan Allah Bapa untuk disediakan di kemudian hari. Yesus menolak setiap godaan dengan mengutip dari Kitab Ulangan, menolak untuk memberontak terhadap rencana Allah Bapa. Akhirnya, Yesus menolak untuk menyembah iblis sebagai ganti kerajaan-kerajaan di bumi. Ia menyuruh iblis untuk pergi, dan para malaikat datang melayani-Nya.
Apa artinya hidup bukan dari roti saja? Bukankah kita memang butuh makan? Tuhan Yesus menyatakan bahwa bukan hanya makanan yang memberi manusia kehidupan. Tanpa Firman Allah yang diberikan secara ilahi, makanan apa pn tidak akan tersedia. Kita tidak hidup hanya dengan roti saja, tetapi dengan segala sesuatu yang keluar dari mulut Tuhan—yaitu, apa pun dan segala sesuatu yang Allah pilih untuk diberikan kepada kita. Hanya Allah yang merupakan sumber kehidupan dan segala sesuatu dalam kehidupan itu bagi umat-Nya (Yohanes 15:1-5; Yohanes 14:6). Dialah segalanya bagi kita.
Selain itu, ada beberapa poin penting yang harus kita pahami:
Yesus Tidak Bisa Berdosa, Bukan Sekadar Tidak Mau Berdosa
Dalam pencobaan di padang gurun, Yesus dicobai bukan karena Ia bisa berdosa, tetapi untuk menunjukkan bahwa Ia tidak bisa berdosa.
- Ia adalah Anak Allah yang kudus, inkarnasi dari Allah sendiri (Yohanes 1:14).
- Sebagai manusia sejati, Ia lapar. Tapi sebagai Allah sejati, Ia tidak mungkin berdosa.
Mengapa Setan Tetap Mencobai Yesus?
Pertanyaan yang sering muncul: Mengapa Setan mencobai Yesus, jika ia tahu siapa Yesus itu?
- Mungkin Setan tidak percaya sepenuhnya bahwa Yesus adalah Allah.
- Mungkin ia tahu, tetapi ingin menjatuhkan Yesus dalam kelemahan manusia-Nya.
- Mungkin karena kesombongan, Setan tetap berusaha menggagalkan rencana Allah.
- Atau mungkin untuk memikat Kristus agar menyalahgunakan kuasa-Nya.
Ini adalah pelajaran bagi kita: Setan tidak berhenti hanya karena kita rohani. Semakin kita dekat dengan Allah, semakin kita menjadi sasaran pencobaan. Tapi puji Tuhan, Yesus telah menang, dan kita akan menang bersama-Nya (1 Yohanes 4:4).
Ketika Manusia Mencobai Tuhan
Sikap mencobai Tuhan tidak hanya dilakukan oleh Setan. Banyak orang yang menolak percaya, dan tetap menantang Tuhan:
- Mereka berkata, “Kalau Tuhan itu ada, buktikan!”
- Mereka berkata, “Kalau Tuhan baik, kenapa dunia seperti ini?”
- Mereka berkata, “kalu Tuhan mahakuasa, tentu Dia kan segera bertindak!”
Pagi ini, kita harus mengerti bahwa iman sejati tidak menuntut bukti, tetapi menyambut kebenaran firman Tuhan. Jangan jatuh ke dalam dosa mencobai Tuhan dengan ketidakpercayaan, ketegaran hati, atau hidup yang sembarangan.
Yesus mengajarkan kita untuk hidup di dunia ini dengan arah mata ke surga.
“Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu.” (Matius 6:33)
Jadi kita akan tetap bekerja. Kita tetap berumah tangga. Kita tetap sekolah. Tapi semua itu bukan tujuan utama. Tujuan hidup kita adalah memuliakan Allah, karena kita sudah dimiliki oleh-Nya. Biarlah kita menjadikan firman sebagai makanan utama, bukan pelengkap. Hidup kita akan kuat, jiwa kita akan segar, dan kita akan menang dalam setiap pencobaan, karena kita hidup dalam kuasa firman Tuhan.
Dunia ini sementara. Firman Allah kekal.
Dunia ini fana. Kerajaan Allah abadi.
Maka hiduplah menurut apa yang kekal, bukan yang fana.