Jangan lupa: Kita adalah umat yang tersisa

“Tetapi pada waktu itu sisa orang Israel dan orang yang terluput di antara kaum keturunan Yakub, tidak akan bersandar lagi kepada yang mengalahkannya, tetapi akan bersandar kepada TUHAN, Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tetap setia.” Yesaya 10:20

Yesaya 10 mengutuki orang di Israel dan Yehuda yang menggunakan hukum untuk mengambil keuntungan dari orang miskin. Orang-orang ini tidak akan luput dari penghakiman Tuhan. Selanjutnya, Yesaya menggambarkan orang Asyur sebagai tongkat penghakiman Tuhan terhadap umat-Nya.

Yesaya 10:20–34 menggambarkan kelompok yang tersisa, yang akan diselamatkan di Israel dan yang akan membangun kembali kepercayaan kepada Tuhan. Hanya sedikit orang Israel yang akan diselamatkan, namun Tuhan mendesak umat-Nya untuk tidak takut kepada orang Asyur. Kemarahan-Nya akan segera beralih dari Israel ke arah Asyur. Dia akan menggunakan kekuatan supranatural-Nya untuk mengakhiri penindasan Asyur atas Israel. Bahkan jika pasukan Asyur yang besar berbaris sampai ke tepi Yerusalem, Tuhan akan menghancurkan mereka seperti menebas hutan.

Dari ayat di atas kita membaca tentang adanya kelompok sisa yang setia kepada Tuhan. Dari ayat itu muncul frase “Gereja Sisa” atau “Gereja yang tersisa’ (“Remnant church), yang mungkin jarang disebutkan dalam hereja Protestan dan Katolik. Kata “remnant” menunjuk kepada arti “sisa” dan ini dihubungkan dengan sisa orang Israel yang tetap setia kepada Tuhan dalam ayat di atas. Secara sederhana frase “Remnant church” di zaman ini mennjuk kepada umat Kristen yang akan masih bertahan sampai akhir zaman.

Perlu dicatat bahwa Remnant Church (Gereja Sisa) tidak sama dengan Remnant Fellowship (Persekutuan Sisa). Yang terakhir adalah adalah sebuah organisasi keagamaan yang berdiri sejak tahun 1986 di Memphis, Tennessee, dan program penurunan berat badan yang didirikan oleh Gwen Shamblin, seorang ahli gizi. Pada tahun 1999, Shamblin dan yang lainnya memulai sebuah gereja, Remnant Fellowship Church (Gereja Persekutuan Sisa), di Nashville, Tennessee. Segera setelah itu, Shamblin secara terbuka menyangkal doktrin Alkitab tentang Trinitas. Remnant Fellowship adalah sebah bidat atau gereja sesat.

Ide tentang umat yang tersisa muncul di seluruh Kitab Suci. Dalam Perjanjian Lama, umat yang tersisa mengacu pada mereka yang tetap setia selama masa penghakiman atau pembuangan (Yesaya 10:20–22, Mikha 2:12). Hal itu tidak didefinisikan oleh kesempurnaan tetapi oleh kasih karunia pemeliharaan Allah. Dalam Perjanjian Baru, Paulus merujuk kepada suatu sisa yang dipilih oleh kasih karunia (Roma 11:5), menekankan bahwa Allah selalu menyimpan umat yang setia bagi diri-Nya—bukan karena jasa mereka, tetapi karena belas kasihan-Nya.

Selain ayat di atas, Wahyu 12:17 mengidentifikasi adanya suatu kelompok di akhir zaman yang “menaati perintah-perintah Allah dan memiliki kesaksian Yesus.” Beberapa denominasi di zaman ini menafsirkan hal ini sebagai merujuk kepada diri mereka sendiri, sebagai Remnant Church yang berupa suatu komunitas yang dibangkitkan dengan pesan yang berbeda dari denominasi lain. Namun, “gereja sisa” dalam Alkitab adalah semua kelompok yang menaati hukum Allah dan saksi Kristus yang selalu dicirikan oleh kerendahan hati, ketergantungan pada kasih karunia, dan pelayanan kepada orang lain—bukan dalam hal keunggulan rohani.

“Maka marahlah naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi keturunannya yang lain, yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus.” Wahyu 12:17

Ide tentang “umat yang tersisa” telah lama membentuk teologi, identitas, dan misi beberapa denominasi. Namun, identitas ini dapat disalahpahami atau disalahgunakan—menjadi sumber eksklusivisme atau elitisme spiritual, di mana gereja melihat dirinya sebagai satu-satunya kelompok yang setia. Keadaan ini tentunya bisa diperburuk dengan kenyataan bahwa kebanyakan denominasi saat ini tidak menekankan kenyataan bahwa semua orang Kristen yang setia dalam iman adalah tergolong dalam umat yang tersisa.

Teologi umat sisa yang berpusat pada Kristus menegaskan:

  • Bahwa keselamatan adalah oleh kasih karunia melalui iman, bukan dengan menjadi bagian dari denominasi tertentu.
  • Bahwa umat sisa Tuhan dipanggil untuk mencerminkan karakter-Nya, bukan hanya untuk mempertahankan doktrin gereja.
  • Bahwa misi umat sisa adalah untuk meninggikan Yesus di hadapan dunia—bukan untuk memuliakan gereja sendiri.

Identitas kita sebagai umat yang tersisa bisa memainkan peran yang kuat dalam menyatukan denominasi global yang beragam. Harapan eskatologis—kepercayaan bahwa kita hidup di fase akhir sejarah—bisa membantu menyelaraskan kepercayaan, praktik ibadah, dan prioritas misi. Urgensi Kedatangan Yesus yang kedua dan harapan umat Kristen dalam menghadapi akhir zaman bisa membantu menyatukan identitas umat Kristen di seluruh dunia. Pendekatan seperti itu juga dapat memperkuat kerendahan hati ekumenis, membuka gereja sebagai tubuh Kristus yang lebih luas melalui pendekatan wawasan rohani dari komunitas Kristen lainnya.

Yesus adalah umat sisa yang utama—Dia yang tetap setia, menanggung penghakiman dosa, dan sekarang mengundang semua orang untuk menjadi bagian dari umat tebusan-Nya. Jika kita ingin menjadi umat yang tersisa, kita harus bersedia untuk mengajak orang lain untuk bergabung dalam iman. Panggilan kita adalah untuk memberitakan Injil yang kekal (Wahyu 14:6), bukan sekadar memperingatkan tentang cara hidup yang baik. Pesan kiita harus berpusat pada kasih karunia Tuhan (Sola Gratia) akan mengundang orang-orang ke dalam hubungan dengan Yesus, bukan sekadar ke dalam sistem doktrinal. Kita harus menekankan transformasi karakter melalui Roh Kudus, bukan upaya manusia atau kepatuhan kepada aturan gereja. Kita wajib menegaskan bahwa umat Allah ditemukan di mana pun Roh-Nya bekerja, bukan hanya dalam satu denominasi.

Pagi ini kita disadarkan bahwa umat Kristen adalah umat pilihan Tuhan. Identitas sebagai umat yang tersisa bukanlah lambang keunggulan tetapi panggilan untuk menjadi hamba Kristus. Jika kita ingin tetap relevan dan setia di akhir zaman, ia harus menolak godaan eksklusivisme dan memfokuskan kembali pesannya pada kasih karunia Allah dalam Yesus Kristus. Umat yang tersisa tidak terpelihara karena mereka sempurna, tetapi karena Allah setia. Dan kesetiaan itu dinyatakan paling jelas di kayu salib. Umat Kristen dipanggil untuk memberitakan pesan harapan, bukan ketakutan—Injil kebenaran melalui iman, bukan kebenaran melalui afiliasi. Hanya dengan demikian dunia akan melihat umat yang tersisa bukan sebagai umat yang sombong, tetapi sebagai umat yang mencerminkan Anak Domba. Segala puji untuk Tuhan. Soli Deo Gloria.

Tinggalkan komentar