Ketika Tuhan Berkata “Tidak” — Tetaplah Percaya di Tengah Kekecewaan

“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Roma 8:28

Saat saya menempuh studi sarjana, saya selalu mendapatkan hasil yang baik setiap tahun. Namun, di luar dugaan, saya gagal di salah satu mata kuliah pada ujian akhir. Saya sangat terpukul. Waktu itu saya sedang mempersiapkan diri untuk mendapatkan beasiswa pascasarjana ke luar negeri, dan tiba-tiba semuanya terasa seperti hancur berantakan. Saya sedih, kecewa, bahkan marah kepada Tuhan — mengapa hal ini harus terjadi sekarang?

Saya pikir, saya harus menunda rencana studi saya. Tapi ternyata, komite beasiswa tetap menerima saya, walaupun saya masih punya satu mata kuliah yang harus diselesaikan. Saya menyelesaikan mata kuliah itu dan melangkah maju. Bertahun-tahun kemudian, saya menyadari bahwa Tuhan sedang mengajarkan saya sesuatu yang jauh lebih penting daripada sekadar keberhasilan akademik. Tuhan ingin saya belajar untuk rendah hati — menyadari bahwa setiap keberhasilan hanyalah karena anugerah-Nya, dan supaya saya selalu bergantung kepada-Nya, bukan pada kekuatan diri sendiri.

Dalam hidup, memang kita sering mengalami saat-saat ketika kita merasa dikecewakan — oleh orang lain, oleh keadaan, bahkan oleh Tuhan. Kita sudah berdoa, percaya, dan berharap… tapi jawaban yang datang ternyata berbeda, atau bahkan berupa “Tidak.”

Di tengah kekecewaan seperti itu, sering muncul pertanyaan dalam hati:

“Masih bisakah aku percaya kepada Tuhan?”

Jawabannya yang jujur adalah — Bisa. Tapi bukan karena segala sesuatu terasa baik. Kita bisa percaya kepada Tuhan karena Dia melihat lebih jauh dari apa yang kita lihat. Hikmat-Nya lebih tinggi. Kasih-Nya lebih dalam. Rencana-Nya lebih besar.

Kadang Dia berkata, “Tidak,” untuk melindungi kita dari jalan yang justru akan menyakiti kita.

Kadang Dia berkata, “Tunggu,” karena waktunya belum tiba.

Kadang Dia berkata, “Ya,” tetapi dengan cara yang sama sekali berbeda dari apa yang kita bayangkan.

Alkitab tidak pernah menjanjikan hidup yang bebas dari kesedihan, kekecewaan, atau depresi. Bahkan Yesus sendiri, Anak Allah, pernah menangis (Yohanes 11:35). Dia mengerti rasa sakit hatimu. Dia memahami air matamu. Dan Dia berjanji: “Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.”

Saat Anda tidak melihat jawabannya, percayalah pada hati-Nya.

Saat Anda tidak memahami jalan-Nya, berpeganglah pada janji-Nya.

Saat Anda merasa ingin menyerah, ingatlah: Tuhan tetap bekerja — bahkan di tengah luka Anda.

Roma 8:28 tidak berkata bahwa segala sesuatu akan terasa baik. Tapi firman itu menegaskan bahwa segala sesuatu akan Tuhan pakai untuk mendatangkan kebaikan bagi hidup kita. Itu termasuk kekecewaan, penundaan, dan patah hati. Tuhan sedang menenun sebuah kisah pengharapan dan penebusan yang jauh lebih besar dari apa yang dapat kamu bayangkan.

Anda tidak dilupakan. Anda tidak ditinggalkan. Dan Anda sungguh dikasihi -Nya.

Pertanyaan Refleksi:

  • Apa kekecewaan yang selama ini Anda simpan di dalam hati?
  • Bagaimana pengenalan akan hikmat dan kasih Tuhan dapat mengubah cara pandang Anda terhadap kekecewaan itu?
  • Janji Tuhan yang mana yang ingin Anda pegang hari ini?

Doa Penutup:

Bapa, aku datang kepada-Mu dengan segala kesedihan dan kekecewaanku. Aku tidak selalu mengerti mengapa semua ini terjadi, tetapi aku ingin tetap percaya kepada-Mu. Ingatkan aku bahwa Engkau selalu bekerja, bahkan saat aku tidak melihatnya. Ajarkan aku untuk berserah pada hikmat-Mu, waktu-Mu, dan kasih-Mu yang sempurna. Dekap aku saat aku merasa lemah. Terima kasih karena Engkau tidak pernah meninggalkanku. Di dalam nama Yesus, aku berdoa. Amin.

Tinggalkan komentar