“Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku” (Mazmur 119:105).

Setiap orang Kristen yang benar-benar lahir baru pasti akan mengakui satu hal penting: dulu kami bodoh. Bukan karena kekurangan intelektual, melainkan karena tidak mengenal siapa Tuhan yang sejati.
Kita dulu hidup dengan hikmat dunia, mengikuti arus zaman, dan percaya pada kekuatan sendiri. Namun, semuanya itu tidak membawa kita pada pengenalan akan Allah. Seperti tertulis dalam Efesus 4:18: “Pikiran mereka gelap, dan mereka jauh dari hidup yang berasal dari Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka.”
Inilah realita manusia tanpa Tuhan—terputus dari sumber hikmat sejati. Mereka bisa cerdas secara akademis, sukses dalam karier, bahkan menjadi tokoh masyarakat. Tetapi selama mereka belum mengenal Kristus, mereka tetap berada dalam kegelapan rohani. Paulus menyebut ini sebagai kebodohan rohani, karena mereka tidak tahu jalan hidup yang benar, dan tidak mampu menyenangkan Tuhan (Roma 8:7–8).
Namun, kasih karunia Allah begitu besar. Ia tidak membiarkan kita tinggal dalam kebodohan itu. Melalui firman-Nya dan karya Roh Kudus, Tuhan membuka mata kita. Ia menanamkan kerinduan dalam hati untuk mencari kebenaran. Firman Tuhan menjadi alat utama dalam transformasi ini. Seperti yang dikatakan pemazmur di atas: “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku” (Mazmur 119:105).
Hanya dengan membaca dan menyelami firman Tuhan, dan dengan pertolongan Roh Kudus, kita mulai memahami siapa Tuhan yang Mahabesar itu. Pengertian itu bukan hanya pengetahuan, tetapi pengenalan pribadi akan Allah. Hikmat sejati bukan soal tahu banyak hal, tetapi mengenal Dia yang menciptakan dan menebus kita. Itulah awal dari kebijaksanaan sejati: “Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN” (Amsal 9:10).
Kini orang percaya yang dulunya bodoh secara rohani, dipanggil menjadi terang dunia. Bukan karena mereka pintar atau hebat, melainkan karena mereka membawa terang Kristus. Yesus berkata, “Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi” (Matius 5:14). Dengan hidup yang diubahkan, mereka menjadi saksi tentang kasih, pengampunan, dan kebenaran Allah.
Ini adalah transformasi yang luar biasa. Dari orang berdosa yang tidak tahu apa-apa tentang Tuhan, menjadi duta besar Kristus (2 Korintus 5:20). Hidup kita bukan lagi untuk diri sendiri, melainkan untuk menyatakan kemuliaan-Nya. Bahkan meski dunia tetap menganggap kita ‘bodoh’ karena iman dan ketergantungan kita kepada Tuhan, kita tahu bahwa dalam Kristus, kita telah menerima hikmat sejati (1 Korintus 1:30).
Pertanyaan Reflektif:
1. Apakah saya masih mengandalkan hikmat dunia, atau saya sungguh-sungguh mencari hikmat dari firman Tuhan?
2. Apakah saya membiarkan Roh Kudus bekerja mengubahkan hati dan pola pikir saya setiap hari?
3. Apakah hidup saya menjadi terang yang mencerminkan Kristus di tengah dunia yang gelap?
Doa Penutup;
Tuhan, aku mengakui bahwa dulu aku hidup dalam kebodohan rohani. Aku tidak mengenal Engkau, dan pikiranku gelap oleh dosa dan kesombongan. Terima kasih karena Engkau tidak membiarkanku tinggal dalam keadaan itu. Melalui firman-Mu dan karya Roh Kudus, Engkau membuka mataku dan mengajarkanku tentang kasih dan kebenaran-Mu. Tolong aku untuk terus hidup dalam terang-Mu, menjadi saksi bagi dunia, dan memuliakan nama-Mu. Dalam nama Yesus aku berdoa, Amin.