Lebih Kejam dari Burung Nazar: Singa yang Mengintai

“Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.” 1 Petrus 5:8

Pada awal tahun 1990-an, sebuah foto menyayat hati mengguncang dunia. Foto itu menampilkan seorang anak Sudan yang kelaparan, tergeletak di tanah dalam posisi meringkuk, terlalu lemah untuk bergerak. Di belakangnya berdiri seekor burung nazar—diam, menunggu. Menunggu saat anak itu mati agar bisa disantap. Foto yang dibuat oleh Kevin Carter ini memenangkan Penghargaan Pulitzer karena kejujurannya yang brutal, tetapi bagi banyak orang, itu adalah gambaran dari keputusasaan dunia.

Fotografer Kevin Carter meninggal pada umur 33 akibat bunuh diri karena kombinasi faktor, termasuk trauma menyaksikan kekerasan dan penderitaan sebagai jurnalis foto, dan juga kritik seputar foto di atas. Tekanan batin yang luar biasa, terutama setelah temannya meninggal, dan dampak emosional dari pekerjaannya, pada akhirnya berkontribusi pada depresi dan keputusannya untuk mengakhiri hidupnya.

Foto di atas telah memengaruhi perasaan banyak orang, sekalipun kabarnya anak Sudan itu bisa diselamatkan. Dunia ini kejam dan Tuhan mungkin juga terasa begitu. Bagi Charles Templeton, mantan penginjil yang dulunya sangat dekat dengan Billy Graham, foto itu menjadi titik balik dalam imannya. Dalam bukunya Farewell to God (Selamat Tinggal kepada Tuhan) ia menulis bahwa saat melihat foto itu, ia tidak lagi bisa mempercayai keberadaan Allah yang penuh kasih. Penderitaan itu terlalu dalam, dan suara Tuhan terlalu sunyi.

Di segala zaman, banyak orang mengalami hal serupa—terhantui oleh gambar penderitaan, tragedi perang, atau rasa sakit pribadi—dan bertanya: Di mana Tuhan? Jika Ia baik, mengapa Ia tidak menghentikan semua ini? Namun iman Kristen justru mengajak kita menyelami kenyataan yang lebih dalam. Iman Kristen tidak menyangkal penderitaan atau menutup mata terhadap kejahatan. Alkitab justru mengungkapkan kebenaran yang lebih gelap: ada musuh sejati di balik penderitaan ini—makhluk yang lebih mengerikan daripada burung nazar yang menunggu. Ia adalah iblis, perusak badan dan pembinasa jiwa kita.

Pemangsa yang Tak Terlihat

Rasul Petrus menulis bahwa iblis itu seperti singa yang mengaum—bukan hanya menonton penderitaan, tapi aktif mengincar mangsa. Ia tidak hanya menunggu kita jatuh. Ia berputar-putar, menyusun jebakan, membisikkan kebohongan, dan menyerang ketika kita paling lemah. Kadang serangannya langsung—melalui kelaparan, penyakit, perang, dan penganiayaan. Namun sering juga ia menyerang secara halus—melalui keraguan, keputusasaan, kecemasan, dan kemarahan terhadap Tuhan. Dan kita tahu bahwa ada banyak orang Kristen yang seperti Ayub, mengalami serangan fisik dan serangan batin dari iblis.

Iblis bukan hanya ingin tubuh kita menderita. Ia ingin jiwa kita binasa.

Di foto anak Sudan itu, dunia melihat burung nazar. Tapi Alkitab mengungkapkan bayangan yang lebih gelap di baliknya—seekor singa yang menunggu jiwa manusia kehilangan harapan. Iblis mencuri sukacita. Ia tidak menyerang tubuh kita saja, ia mau membunuh pengharapan. Ia ingin membinasakan iman kita. Dan ia memakai penderitaan badani sebagai senjata utamanya. Ia ingin menelan kita hidup-hidup.

Singa yang Dihadapi oleh Anak Domba

Mengapa Tuhan membiarkan iblis terus berkeliaran? Mengapa Ia tidak langsung menghentikannya? Saya tidak bisa menjawabnya.

Alkitab mungkin tidak memberikan semua jawaban logis seperti yang kita inginkan, tetapi Alkitab menyatakan adanya pribadi yang datang turun tangan. Ia adalah Yesus. Dan ketika Ia datang, Ia tidak datang sebagai filsuf atau pemimpin politik. Ia datang sebagai Hamba yang menderita, sebagai Anak Domba, untuk menghadapi si singa.

Di kayu salib, Yesus masuk ke dalam penderitaan dunia sepenuhnya—ditolak, disiksa, disalibkan. Ia tidak hanya menyaksikan penderitaan manusia, tetapi menanggungnya. Jadi, dalam penderitaan apa pun kita tidak akan sendirian.

Tuhan Semesta Alam telah datang menanggung penderitaan umat manusia, untuk mengalahkan musuh terbesar kita. Di salib, Anak Domba melawan Singa. Dan meski singa mengaum, Anak Domba menang.

Pengharapan di Tengah Medan Perang

Ya, dunia ini gelap. Sangat gelap. Sampai sekarang, anak-anak masih mati karena kelaparan. Ya, burung-burung nazar masih menunggu. Di balik setiap burung nazar, mungkin ada singa. Tetapi di atas singa, ada takhta, dan pada takhta itu duduk Kristus yang bangkit.

Tuhan tidak meninggalkan kita. Ia memanggil kita untuk tetap sadar, berjaga-jaga, dan melawan Iblis. Ia memberikan kita Roh Kudus, Firman-Nya, dan komunitas umat percaya sebagai perlengkapan rohani dalam peperangan ini. Perjuangan ini berat, tapi kemenangan sudah dijamin. Ia sudah menjanjikan hari di mana burung nazar tidak lagi mengitari korban, air mata akan dihapus, dan kematian akan dikalahkan

“Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.” Wahyu 21:4

Dari Keputusasaan Menuju Doa

Mungkin seperti Carter dan Templeton, Anda pernah merasa goyah oleh penderitaan dunia. Mungkin Anda sendiri sedang dalam pergumulan berat. Jika demikian, Anda tidak sendirian. Tetapi jangan biarkan singa itu mencuri pengharapan Anda.

Berserulah kepada Tuhan. Bawa pertanyaan Anda kepada-Nya. Bergumul dalam doa. Jangan berhenti hanya pada kekecewaan. Pandanglah salib. Di sanalah jawaban Allah dimulai—bukan dengan penjelasan, tapi dengan pengorbanan.

Dan jika saat ini Anda sedang diserang oleh Iblis, ingatlah: Anda bukan korban tak berdaya. Anda adalah anak Allah, yang dijaga oleh Gembala Agung, yang rela mati agar Anda tidak bisa ditelan oleh singa.

Pertanyaan Reflektif:

  • Pernahkah Anda mengalami momen di mana penderitaan membuat Anda meragukan kasih atau keadilan Allah? Bagaimana Anda meresponsnya?
  • Apa arti peringatan bahwa Iblis “seperti singa yang mengaum”?
  • Di bagian mana dari hidup Anda Anda merasa paling rentan?
  • Bagaimana salib Kristus membantu Anda menghadapi kejahatan dan penderitaan dengan iman, bukan dengan keputusasaan?
  • Siapa di sekitar Anda yang mungkin sedang bergumul dalam diam karena kehilangan pengharapan? Bagaimana Anda bisa mendampingi mereka?

Doa Penutup:

Tuhan, kadang kami tidak kuat melihat penderitaan di dunia ini. Kami melihat anak-anak mati kelaparan, perang, dan kejahatan, dan rasanya seperti Engkau diam. Tapi Engkau telah datang—bukan hanya untuk melihat, tapi untuk menderita bersama kami dan mengalahkan musuh kami. Tolong kami tetap sadar, berjaga, dan melawan Iblis dengan kekuatan dari-Mu. Ajar kami menaruh pengharapan pada salib dan kebangkitan-Mu. Jadikan kami pembawa terang dan kasih-Mu di dunia yang gelap ini. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.

Tinggalkan komentar