“Orang yang sabar besar pengertiannya, tetapi siapa yang cepat marah membesarkan kebodohan.” Amsal 14:29

Dalam kehidupan sehari-hari, kita dihadapkan pada berbagai jenis keputusan—ada yang harus segera diambil, ada yang membutuhkan waktu dan perenungan, dan ada pula yang menentukan arah hidup kita secara keseluruhan. Dalam Amsal 14:29, kita diingatkan bahwa kesabaran adalah tanda dari orang yang memiliki pengertian yang besar. Sebaliknya, ketidaksabaran dan kemarahan yang cepat justru menunjukkan kebodohan.
Renungan hari ini mengajak kita untuk merenungkan tiga kata: tenang, sabar, dan bijaksana. Ketiganya bukan sekadar sifat baik, melainkan buah dari hidup yang takut akan Tuhan.
- Tenang untuk Keputusan Jangka Pendek
Sering kali keputusan jangka pendek datang dalam situasi yang menegangkan: ketika terjadi konflik, ketika harus merespons secara cepat, atau ketika emosi sedang memuncak. Dalam momen seperti itu, kemampuan untuk tetap tenang adalah anugerah. Ketika kita tenang, kita memberi ruang bagi Roh Kudus untuk menuntun pikiran dan hati kita agar tidak terjebak dalam reaksi spontan yang merugikan.
Menjadi tenang tidak berarti pasif. Justru, itu menunjukkan kekuatan dalam pengendalian diri. Dalam ketenangan, kita bisa melihat situasi dengan lebih jernih dan membuat keputusan yang tidak didasarkan pada kemarahan atau ketakutan.
- Sabar untuk Keputusan Jangka Panjang
Keputusan jangka panjang, seperti memilih pasangan hidup, pekerjaan, tempat tinggal, atau bahkan keputusan pelayanan, membutuhkan kesabaran. Kesabaran adalah bentuk kepercayaan bahwa Tuhan bekerja dalam waktu-Nya. Banyak orang kehilangan arah karena mengambil jalan pintas dan tidak bersedia menunggu waktu Tuhan.
Amsal mengajarkan bahwa orang yang sabar memiliki pengertian. Ia bisa melihat lebih jauh, tidak hanya terpaku pada apa yang ada di depan mata. Ia belajar untuk menunggu, merenung, dan mendengarkan suara Tuhan sebelum bertindak. Ini adalah bukti bahwa hikmat sedang bekerja dalam dirinya.
- Bijaksana untuk Semua Keputusan
Hikmat bukan hanya dibutuhkan dalam keputusan besar. Bahkan keputusan kecil setiap hari—apa yang kita katakan, bagaimana kita bersikap, bagaimana kita mengatur waktu—semuanya memerlukan hikmat. Namun, hikmat bukanlah sesuatu yang kita miliki secara alami. Alkitab berkata bahwa permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan!
“Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian.” Amsal 9:10
Ini berarti bahwa hanya ketika kita hidup dalam relasi yang benar dengan Tuhan—menghormati, tunduk, dan mencari kehendak-Nya—kita bisa menerima hikmat yang sejati. Hikmat bukan hasil dari banyak pengalaman saja, tetapi hasil dari hati yang melekat pada Tuhan. Hikmat yang sesuai dengan kehendak Tuhan hanya dapat dimiliki mereka yang dekat dengan Tuhan. Hikmat yang benar selalu berdasarkan kasih.
“Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.”1 Korintus 13:4
Maka, jika kita ingin menjadi orang yang bijaksana, langkah pertama adalah membangun hidup yang berakar pada Firman Tuhan dan dipenuhi oleh doa. Kita belajar mendengar, bukan hanya berbicara. Kita belajar mengerti, bukan hanya menilai. Dan kita harus selalu mau bertanya kepada Tuhan yang mahakasih sebelum mengambil tindakan.
Kesimpulan:
Ketika kita hidup dalam takut akan Tuhan, kita akan menerima hikmat dari-Nya. Hikmat itu akan memampukan kita untuk:
- Tenang dalam menghadapi tekanan keputusan jangka pendek
- Sabar dalam menanti jawaban atas keputusan jangka panjang
- Bijaksana dalam setiap keputusan yang kita ambil
Ketiga sikap ini tidak muncul secara otomatis, tetapi tumbuh seiring kita berjalan bersama Tuhan setiap hari.
Pertanyaan Reflektif:
- Dalam situasi seperti apa Anda paling mudah kehilangan ketenangan? Apa yang bisa Anda lakukan untuk lebih tenang?
- Apakah ada keputusan besar dalam hidup Anda yang sedang menunggu jawaban? Sudahkah Anda bersabar dan menantikan Tuhan?
- Bagaimana Anda membangun hidup yang takut akan Tuhan agar Anda bisa bertumbuh dalam hikmat?
Doa Penutup:
Tuhan, terima kasih untuk Firman-Mu hari ini. Ajarlah aku untuk menjadi pribadi yang tenang, sabar, dan bijaksana. Tolong aku untuk tidak cepat marah, tidak gegabah dalam mengambil keputusan, dan selalu mengandalkan Engkau dalam setiap langkah hidupku. Tanamkanlah dalam hatiku rasa takut akan Engkau, agar hikmat-Mu memenuhi hidupku. Dalam nama Yesus aku berdoa. Amin.