“Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin.”Matius 24:12

Data sedunia cukup jelas: di banyak negara Barat, kekristenan merosot. Gereja ditinggalkan, Alkitab jarang dibaca, dan generasi muda merasa iman itu kuno. Tapi Alkitab sudah lama memperingatkan tentang hal itu. Yesus berkata, “Kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin”. Juga, Paulus menulis bahwa orang akan “memalingkan telinganya dari kebenaran” (2 Timotius 4:4).
Sebagian orang mengira ini tanda manusia makin pintar. Ilmu dan teknologi membuat mereka merasa tak perlu Tuhan. Tuhan itu tidak relevan, kata mereka. Tapi Firman berkata: “Mereka menyangka bahwa mereka bijaksana, tetapi mereka telah menjadi bodoh” (Roma 1:22). Penolakan terhadap Allah bukanlah buah kecerdasan, melainkan hati yang sombong dan keras, dan itu sudah dinyatakan oleh Yesus.
Yesus sudah menjelaskan kepada para murid kenyataan pahit yang menanti mereka setelah Ia pergi (Yohanes 16:5-7) dan sebelum akhir zaman ketika Ia kembali (Wahyu 19:11-15). Ia telah berfirman bahwa mereka akan dibenci karena persekutuan mereka dengan-Nya, bahwa mereka akan dianiaya dan dibunuh (Matius 24:9). Banyak orang yang tampaknya mengikuti Yesus akan murtad karena tekanan itu, dan beberapa bahkan akan mengkhianati yang lain. Nabi-nabi palsu akan muncul untuk mengajarkan kesesatan dan menyesatkan banyak orang dari kebenaran Yesus (Matius 24:10-11). Nabi-nabi palsu ini bukan hanya ada dalam gereja, tetapi juga bisa ditemukan dalam masyarakat dan bahkan dalam keluarga.
Yesus menambahkan bahwa salah satu akibat dari ajaran sesat ini adalah kekacauan: penolakan terhadap standar kebaikan dan moralitas dari Tuhan. Itu bisa juga kita lihat di zaman ini, di mana banyak orang, Kristen maupun bukan Kristen, tidak lagi menganggap bahwa moralitas itu penting. Mereka yang mengikuti visi menyimpang yang ditawarkan oleh nabi-nabi palsu akan meninggalkan kebenaran. Mereka akan memberontak terhadap kebajikan dan tidak mau tunduk kepada Allah. Akibat akhir dari pelanggaran hukum yang mementingkan diri sendiri dan mengikuti diri sendiri itu adalah hilangnya kasih. Citra kasih yang menjadi “dingin” mengingatkan kita pada mayat: bukan sekadar tak bergerak, melainkan mati dan tak bernyawa. Semakin jauh manusia dari ajaran Kristus, kasih mereka pun akan semakin berkurang. Mereka akan mementingkan diri sendiri dan hidup untuk kenyamanan.
Banyak orang tahu bahwa Yesus mengajarkan bahwa seluruh pesan Allah kepada umat manusia bergantung pada dua perintah utama: mengasihi Allah dengan segala keberadaannya dan mengasihi sesama manusia seperti dirinya sendiri (Matius 22:37-40). Tidak mengherankan jika penolakan terhadap hukum Allah berkorelasi dengan hilangnya kasih kepada Allah dan sesama.
Tidaklah mengherankan bahwa dunia yang katanya “makin maju” ini justru makin menderita secara rohani. Kasus gangguan kejiwaan, depresi, dan kehilangan arah hidup melonjak, terutama di kalangan kaum muda. Banyak yang merasa hampa, cemas, dan putus asa, walau dikelilingi kemudahan teknologi dan hiburan tanpa batas. Mereka mencari arti hidup di tempat yang salah, sementara Sumber Hidup yang sejati diabaikan. Mereka kemudian tenggelam dalam air yang keruh.
Bahaya terbesar adalah kita merasa aman karena dunia memuji “kemajuan” ini, mendewakan cara pemikiran manusiawi, padahal kita sedang berjalan menuju kebinasaan. Iblis tidak selalu menghancurkan iman dengan kekerasan; kadang ia melakukannya dengan kenyamanan dan kesibukan yang membuat kita lupa Tuhan. Hal ini sangat berbahaya, karena bukan saja kita hancur secara rohani, anak cucu kita pun akan mengalami masa depan yang suram dalam kehidupan spiritual mereka.
Mereka yang jauh dari Tuhan bukan saja kehilangan berkat-Nya, tetapi mungkin juga kehilangan kesempatan untuk hidup bahagia di masa depan. Pertanyaannya: Apakah kasih kita kepada Tuhan hari ini lebih hangat daripada tahun lalu? Atau malah semakin dingin? Semua itu ada dalam tanggung jawab kita. Kiranya kita sadar, kembali merendahkan hati, dan setia berpegang pada Kristus — sebelum pintu kasih karunia tertutup.
Doa Penutup:
Tuhan Yesus, kami mengaku bahwa hati kami sering menjadi dingin di tengah kesibukan dan kenyamanan dunia ini. Ampuni kami jika kami pernah mengabaikan Engkau. Pulihkan kasih kami kepada-Mu, hangatkan iman kami, dan berikan keberanian untuk tetap setia sampai akhir. Tolonglah generasi muda yang tersesat dan terluka secara batin, agar mereka menemukan pengharapan hanya di dalam Engkau. Dalam nama Yesus kami berdoa. Amin.