“Kamu menyelidiki Kitab-Kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-Kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu.” (Yohanes 5:39-40)

Bagian Injil Yohanes ini merangkum poin penting tentang perbedaan antara melihat, mendengar dan percaya. Seseorang yang menolak untuk percaya tidak dapat diyakinkan, apa pun bukti yang diberikan (Yohanes 5:40). Yesus mengkritik para pemimpin agama setempat karena tidak mau mendengar suara Allah (Yohanes 5:37-38).
Ayat ini menunjukkan penyebab sebenarnya dari ketidakpercayaan orang-orang munafik religius ini. Masalah mendasarnya sama dengan semua orang yang menolak Yesus Kristus: mereka tidak percaya karena mereka tidak mau percaya. Bagi mereka, bukti sebanyak apa pun tidak akan cukup untuk mengatasi hal itu (Lukas 16:31).
Sebenarnya bukti ada banyak, terutama dalam Kitab Suci. Yesus juga menunjukkan bukti kesaksian manusia (Yohanes 5:33) dan mukjizat-mukjizat-Nya sendiri (Yohanes 5:36). Mereka dapat dikatakan buta, tuli dan bisu terhadap bukti tersebut karena mereka tidak mau percaya kepada Yesus.
Pada zaman sekarang, kita mengenal istilah “buta huruf” sebagai sebutan bagi orang yang tidak bisa membaca. Istilah ini terasa pas, karena sekalipun huruf itu ada di depan mata, orang tersebut tidak dapat menangkap maknanya. Namun, bila dipikirkan lebih dalam, ada juga sisi lain yang bisa kita bayangkan: seseorang bisa saja tahu huruf itu ada, tetapi tidak bisa menyebutkannya — seakan-akan “bisu huruf.” Atau, ada orang yang sudah didiktekan bunyi huruf berulang-ulang, tetapi tidak mampu memahami — seolah-olah “tuli huruf.”
Ketiga gambaran ini — buta, bisu, tuli — bukan hanya cocok untuk dunia literasi, yang bisa dipakai dalam tulisan bernada humor, tetapi juga bisa menjadi cermin rohani yang serius. Banyak orang Kristen hari ini mengalami kondisi serupa: buta terhadap Firman, bisu untuk bersaksi, dan tuli terhadap teguran Allah. Persis seperti keadaan sewaktu Yesus masih ada di dunia.
1. Buta Huruf Rohani: Mata Terbuka, Hati Tertutup
Orang yang buta huruf rohani sebenarnya bisa melihat Alkitab. Mereka bisa memegangnya, membuka halaman demi halaman, bahkan mungkin membacanya. Tetapi mata rohani mereka tertutup: mereka tidak menangkap pesan yang terkandung di balik huruf-huruf itu.
Paulus menuliskan dalam 2 Korintus 3:14 bahwa pikiran orang Israel menjadi tumpul, sehingga mereka tidak mengerti isi Kitab Suci, “karena hanya Kristus sajalah yang dapat menyingkapkannya.”
Banyak orang hari ini rajin membaca Alkitab sebagai rutinitas, tetapi Firman tidak menembus hati mereka. Seperti kaca mata yang buram, mereka hanya melihat huruf, bukan makna. Buta huruf rohani berarti hadir di gereja, mendengar khotbah, tetapi tidak melihat Yesus di balik semua itu.
2. Bisu Huruf Rohani: Tahu Kebenaran, Diam Membisu
Kondisi kedua adalah bisu huruf rohani. Inilah orang Kristen yang tahu Firman, tetapi tidak berani atau tidak mau mengucapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Yesus berkata dalam Matius 10:32, “Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku.” Tetapi betapa banyak dari kita yang memilih diam. Kita tahu apa yang benar, tetapi bibir kita terkunci. Kita malu bersaksi di lingkungan kerja, kita segan menegur dengan kasih, kita takut ditolak bila menyebut nama Yesus.
Bisu huruf rohani juga berarti tidak menghidupi Firman dalam perbuatan. Firman itu tersimpan di kepala, tetapi tidak keluar dalam ucapan dan tindakan. Seperti lilin yang disimpan di bawah gantang, sinarnya tidak terlihat.
3. Tuli Huruf Rohani: Mendengar, Tapi Tidak Mengerti
Jenis ketiga adalah tuli huruf rohani. Orang seperti ini sering mendengar Firman, tetapi tidak pernah menanggapi. Mereka masuk gereja, mendengar khotbah, mungkin bahkan mencatat ayat, tetapi ketika keluar, mereka tidak berubah.
Yesaya 6:9-10 menggambarkan umat yang “mendengar dengan telinga, tetapi tidak mengerti; melihat dengan mata, tetapi tidak menanggap.” Tuhan Yesus pun mengutip nubuat itu dalam pengajarannya.
Tuli huruf rohani sering terjadi karena hati yang keras, kesombongan dan kurangnya kasih. Kita mendengar teguran, tetapi menutup telinga. Kita mendengar perintah untuk mengampuni, tetapi tetap menyimpan dendam. Kita mendengar panggilan untuk melayani, tetapi lebih memilih kenyamanan.
4. Kristus Membuka Mata, Telinga, dan Lidah
Syukur kepada Allah, Yesus datang bukan hanya untuk memberi pengajaran, tetapi untuk menyembuhkan keterbatasan rohani kita. Dalam Injil, Yesus sering menyembuhkan orang buta, orang bisu, dan orang tuli. Itu bukan hanya mujizat jasmani, tetapi juga tanda rohani.
Ia membuka mata yang buta supaya kita melihat kebenaran (Lukas 24:31: “mata mereka terbuka dan mereka mengenal Dia”). Ia melepaskan lidah yang kelu supaya kita berani bersaksi (Markus 7:37: “Ia membuat orang bisu berkata-kata”). Ia membuka telinga yang tuli supaya kita mendengar suara-Nya (Markus 7:35: “terbukalah telinganya”).
Inilah kabar baik Injil: kita yang buta, bisu, dan tuli secara rohani dapat dipulihkan oleh Yesus. Tanpa Yesus, kita tidak berdaya.
5. Dari Buta Firman ke Melek Firman
Ada perbedaan besar antara sekadar mengenal huruf-huruf Firman dengan mengalami hidup dalam Firman. Orang Farisi pada zaman Yesus sangat tekun menyelidiki Kitab Suci. Mereka tahu hukum Taurat, mereka hafal ayat-ayat, tetapi mereka gagal melihat Yesus sebagai pusat dari Kitab itu.
Yesus menegaskan dalam ayat pembukaan dari Yohanes 5:39-40 bahwa huruf-huruf Kitab Suci bersaksi tentang Dia, tetapi orang Yahudi tetap tidak mau datang kepada-Nya. Mereka berhenti pada huruf, tetapi tidak sampai kepada hidup.
Kita pun bisa jatuh pada jebakan yang sama. Kita bisa menjadi “ahli huruf” Alkitab, pandai mengutip ayat, tetapi tidak hidup di dalamnya. Firman seharusnya bukan hanya informasi, tetapi transformasi kehidupan. Hidup lama yang penuh dosa diubah menjadi hidup baru dalam terang-Nya.
Jangan sekadar membaca Alkitab sebagai buku biasa, tetapi mintalah Roh Kudus membuka mata hati kita. Turutlah perintah Tuhan dan janganmengabaikannya dalam ketulian. Janganlah kita bisu, tapi bagikanlah kebenaran, baik lewat kesaksian maupun lewat tindakan kasih. Tapi semua ini tidak mudah jika kita bergantung pada diri sendiri. Kita harus jujur mengakui bahwa seringkali kita ini buta, bisu, dan tuli huruf rohani. Tetapi syukur, Yesus datang untuk menyembuhkan kita. Ia ingin membuka mata kita agar melihat kebenaran, membuka telinga kita agar mendengar suara-Nya, dan membuka mulut kita agar berani mengaku dan bersaksi.
Pertanyaan reflektif:
- Apakah Anda membaca Alkitab hanya untuk kewajiban, ataukah sungguh-sungguh mencari Kristus di dalamnya?
- Apakah telinga rohani Anda peka mendengar suara Tuhan, ataukah Anda memilih tuli terhadap perintah-Nya?
- Apakah Anda hanya tahu Firman, ataukah juga bersuara dan bertindak sesuai Firman?
Doa Penutup:
Tuhan Yesus, ampunilah aku yang sering buta terhadap Firman-Mu, bisu untuk bersaksi, dan tuli terhadap suara-Mu. Bukalah mataku agar aku melihat kemuliaan-Mu. Bukalah telingaku agar aku mendengar panggilan-Mu. Bukalah mulutku agar aku berani menyatakan kasih-Mu. Jadikan aku bukan hanya pembaca huruf, tetapi pelaku Firman yang hidup. Amin.