Dua Sisi Koin: Untung–Ruginya Menjadi Kristen

“Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?” Markus 8:36-37

Jika kita melihat situasi dunia saat ini, tentu kita bisa merasakan persaingan antar negara maju yang semakin meningkat. Di dunia yang modern ini, kebutuhan rakyat di negara mana pun bertambah besar. Seiring dengan itu, keinginan setiap negara maju untuk menguasai hasil alam di dunia dan untuk mengontrol perdagangan internasional ikut juga membesar.

Dengan kecenderungan setiap negara untuk mengadopsi prinsip kapitalisme, rakyatnya juga ingin untuk memperoleh apa yang terbaik di dunia. Bahkan, di negara komunis seperti Tiongkok orang bersemboyan “it is glorious to get rich” (menjadi kaya itu mulia). Generasi baru di kota-kota besar (Beijing, Shanghai, Shenzhen) sekarang hidup dalam budaya konsumtif: mobil mewah, real estate, teknologi, bahkan gaya hidup ala Barat.

Kita harus mengakui bahwa kita sering melihat dunia ini seolah-olah memiliki segala yang kita butuhkan untuk hidup bahagia dan berkecukupan—dan itu pada awalnya, memang demikian (Kejadian 1:29-31). Namun, bahkan pada saat itu, tidak ada yang lebih berharga di dunia ini selain hidup kita—potensi jiwa kita yang kekal untuk hidup kekal di surga bersama Allah. Yesus mengetahui hal ini ketika Setan menawarkan dunia kepada-Nya (Matius 4:8-10). Karena itu, Ia menolak tawaran kenyamanan duniawi dan mengajarkan kita untuk melakukan hal yang sama.

Yesus secara konsisten mengutuk keinginan manusia akan “dunia.” Terlepas dari harapan hampir semua orang, Dia tidak datang untuk membawa pengaruh politik bagi Israel. Ia mengkritik orang-orang munafik seperti orang Farisi karena memutarbalikkan kegiatan ibadah kepada Allah, yaitu memberi (Matius 6:1) dan berdoa (Matius 6:5), yang menjadi upaya untuk mendapatkan pujian dunia. Ia juga mengatakan bahwa kekayaan duniawi menciptakan penghalang yang kuat antara calon pengikut Kristus dan kerajaan Allah (Markus 10:17-25). Mengapa begitu?

Dalam hidup, kita sering membuat keputusan berdasarkan perhitungan untung dan rugi. Kita memilih pekerjaan, investasi, atau relasi dengan mempertimbangkan: “Apakah ini menguntungkan saya? Apa kerugiannya?” Prinsip ini wajar dan manusiawi. Namun, ketika berbicara tentang iman Kristen, perhitungan untung-rugi ini justru sering diputarbalikkan. Banyak manusia yang memandang bahwa menjadi orang percaya itu tidak hanya sia-sia, tetapi juga akan membawa kerugian. Dan banyak juga yang berpandangan bahwa jika orang benar-benar taat akan firman Tuhan, ia akan menjadi orang yang kurang berhasil dalam usahanya karena adanya batasan-batasan moral.

Jika dilihat secara obyektif, pada zaman sekarang untuk menjadi orang Kristen di negara kita tidaklah membawa ancaman, pelecehan, dan penistaan seperti yang dialami oleh murid-murid Yesus pada zamannya. Pada pihak yang lain, menolak Kristus tetap membawa kerugian besar — yaitu hilangnya keselamatan kekal.

Marilah kita sekarang mempetimbangkan “dua sisi koin”: satu sisi adalah keuntungan menjadi Kristen, sisi lain adalah risiko kehilangan bila menolak Kristus.

1. Sisi Pertama: Tidak Ada Kerugian Menjadi Kristen

Secara manusiawi, apa sebenarnya yang hilang kalau seseorang menjadi Kristen?

Menjadi Kristen berarti menerima anugerah Allah yang menghapus dosa. Itu bukan kerugian, melainkan pelepasan dari belenggu. “Jika Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka.” (Yohanes 8:36). Banyak orang mencari arti hidup melalui harta, karier, atau relasi, tetapi tetap kosong. Menjadi Kristen berarti hidup mendapat tujuan: memuliakan Allah. Itu bukan kerugian, melainkan kepenuhan.

Dunia menawarkan kebahagiaan yang rapuh. Iman Kristen memberi damai sejahtera yang melampaui akal. (Filipi 4:7).Dunia hanya bisa memberi jaminan sementara. Kristus memberi jaminan kekal. Rasul Paulus berkata: “Penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.” (Roma 8:18).

Jadi, tidak ada kerugian sejati dalam menjadi Kristen. Bahkan jika secara duniawi kita harus kehilangan harta, kedudukan, atau relasi, semua itu tidak sebanding dengan keuntungan mengenal Kristus (Filipi 3:7-8).

2. Sisi Kedua: Risiko Menolak Kristus

Sebaliknya, apa risiko yang dihadapi orang yang menolak Kristus?

Hidup tanpa dasar rohani. Orang bisa sukses di dunia, tetapi tetap merasa kosong. Tanpa Kristus, manusia seperti kapal tanpa jangkar, mudah goyah diterpa badai hidup. Penolakan terhadap Kristus juga berarti tetap hidup dalam perbudakan dosa, tanpa kuasa pembebasan. Roma 6:23 berkata: “Upah dosa ialah maut.” Hilangnya keselamatan kekal adalah risiko terbesar, menolak Kristus berarti kehilangan hidup kekal. “Barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman.” (Yohanes 3:18).

Jika kita membandingkan, sisi pertama koin hanya berisi keuntungan, sedangkan sisi kedua koin penuh dengan kerugian. Maka, dari sudut pandang logis sekalipun, pilihan menjadi Kristen adalah keputusan yang paling masuk akal.

3. Mengapa Orang Tetap Menolak?

Lalu mengapa banyak orang tetap menolak, padahal menjadi Kristen tidak merugikan?

Manusia lebih suka kegelapan (Yohanes 3:19). Dosa memberi kenikmatan sesaat, dan manusia enggan meninggalkannya. Takut konsekuensi sosial dan ekonomi. Di banyak budaya, menjadi Kristen bisa berarti ditolak keluarga atau rekan sekerja. Di bidang ekonomi, menjadi Kristen berarti harus hidup dan bekerja dengan jujur. Adanya kesombongan hati membuat manusia ingin menyelamatkan diri dengan kebaikan sendiri, bukan tunduk pada anugerah. Iblis membutakan pikiran manusia (2 Korintus 4:4), dan kuasa rohani inilah yang menghalangi orang melihat terang Injil.

Inilah ironi: orang menolak kasih karunia yang sebenarnya tidak merugikan; hanya karena hati mereka mengeras, mereka tetap ingin untuk bebas melakukan apa saja yang mereka sukai.

4. Perhitungan Allah Bukan Seperti Perhitungan Dunia

Manusia menghitung untung-rugi dengan kacamata dunia, tetapi Allah memandang jauh ke depan. JIka dunia berkata: “Kalau ikut Yesus, kamu rugi. Kamu tidak bisa menikmati hidup bebas.” Firman Tuhan sebaliknya berkata: “Barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.” (Markus 8:35).

Perspektif dunia menghitung dari sekarang ke hari esok. Perspektif Allah menghitung dari kekekalan ke kekinian. Inilah sebabnya banyak orang terjebak: mereka memilih keuntungan sesaat, tetapi rugi besar untuk selamanya.

5. Ilustrasi: Seperti Menukar Koin Emas dengan Koin Tembaga

Bayangkan seseorang memegang koin emas yang nilainya sangat besar. Lalu ia menukarnya dengan koin tembaga hanya karena koin itu lebih berkilau di bawah lampu. Secara logika, itu keputusan bodoh. Demikian pula orang yang menolak Kristus. Mereka menukar keselamatan kekal dengan kesenangan sementara. Mereka memilih koin tembaga dunia daripada koin emas Injil. Yesus sendiri berkata: “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya?” (Markus 8:36).

Pagi ini, jika Anda belum percaya, jangan menunda tawaran keselamatan Yesus (Yohanes 3:16). Keselamatan bukan sekadar teori. Jika menjadi Kristen tidak merugikan, apa lagi yang ditunggu?

Jika Anda sudah percaya, doakanlah mereka yang masih menolak. Ingat, masalahnya bukan kurang bukti, tetapi hati yang belum terbuka. Hanya Roh Kudus yang bisa melunakkan. Dalam pelayanan kita, jangan takut dianggap “bodoh” karena memilih Kristus. Paulus berkata: “Pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.” (1 Korintus 1:18).

Kehidupan iman memang seperti koin dengan dua sisi. Menjadi Kristen → tidak ada kerugian sejati, bahkan keuntungan kekal. Menolak Kristus → tampak bebas sesaat, tetapi berakhir dengan kerugian yang tak terbayangkan. Karena itu, jangan tertipu oleh kilau koin dunia yang sementara. Pilihlah Kristus, Sang Jaminan hidup kekal.

Doa Pentup:

Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau sudah mengingatkanku akan dua sisi kehidupan ini. Ampuni aku bila kadang masih tertarik pada “keuntungan dunia” yang sesaat. Tuntun aku untuk melihat bahwa di dalam Engkau ada keuntungan sejati, yaitu keselamatan yang kekal. Tolong aku juga untuk menjadi saksi bagi orang-orang yang masih menolak-Mu, supaya mereka tidak rugi untuk selama-lamanya. Amin.

Tinggalkan komentar