“Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.” 1 Petrus 5:8

1 Petrus 5:1–11 memberikan instruksi khusus kepada para penatua tentang cara memimpin kawanan domba Allah dengan rela, penuh semangat, dan melalui teladan mereka sendiri. Seperti mereka, kita semua harus hidup dalam kerendahan hati terhadap satu sama lain dan terhadap Allah yang menentang orang yang sombong. Dalam kerendahan hati, kita menyerahkan kekhawatiran kita kepada Bapa yang memelihara kita. Dalam kesiapan, kita harus tetap berpikiran jernih, waspada terhadap musuh kita, si iblis, yang berusaha menghancurkan kita. Kita tidak boleh berdiam diri, tetapi harus berani melawannya dengan berfokus untuk tetap teguh dalam iman kita dan percaya bahwa Allah akan menepati janji-janji-Nya.
Dalam kenyataanya, bagaimana seharusnya orang percaya hidup, percaya tentang adanya iblis yang nyata: musuh rohani kita yang punya agenda untuk mencelakai mereka? Jawaban Petrus atas pertanyaan itu dimulai dengan ayat ini: Sadarlah. Berjaga-jagalah. Ini adalah ketiga kalinya dalam surat ini Petrus mendesak para pembacanya untuk berpikiran jernih (1 Petrus 1:13; 1 Petrus 4:7). Seperti itulah, penting bagi kita untuk memperhatikan, dengan pikiran yang serius, apa yang terjadi dalam hidup kita dan di dunia di sekitar kita.
Petrus menulis bahwa ada bahaya di balik penganiayaan yang dihadapi beberapa pembacanya. Ada agenda yang mendalam, jauh melampaui agenda orang-orang yang mungkin melakukan penganiayaan itu. Iblis, bukan manusia yang mungkin mencelakai kita, adalah musuh sejati orang percaya Kristen. Iblislah yang sering memakai pria dan wanita, yang kita kenal sebagai musuh atau teman kita, untuk mencelakai kita secara jasmani maupun rohani di zaman ini, melalui berbagai cara, baik di dunia nyata maupun maya.
Kehidupan iman orang percaya memang bukanlah jalan yang selalu mulus. Ada saat-saat kita merasakan sukacita yang besar, karena kasih Tuhan begitu nyata. Namun ada pula waktu di mana kita merasa lelah, lalai, tidak peduli, tergoda, bahkan jatuh dalam dosa. Rasul Petrus menuliskan peringatan yang sangat serius kepada jemaat: ada musuh besar yang selalu mengintai, yaitu Iblis. Ia tidak mungkin nampak seperti sahabat, terapi ia adalah singa lapar yang mengaum dan mencari mangsa.
Musuh kita, iblis, ingin melahap kita, untuk menyebabkan kerusakan yang nyata. Kata Yunani di sini adalah katapiein, yang secara harfiah berarti “menelan,” atau “menenggelamkan.” Petrus telah menjelaskan bahwa tempat kita dalam kekekalan bersama Bapa kita aman. Iblis tidak dapat mengambilnya dari kita, tetapi ia berusaha merusak iman kita sementara kita hidup di dunia. Ia ingin rasa takut menggoyahkan ketundukan kita kepada Bapa, dan berdusta untuk mendistorsi pemahaman kita tentang kebaikan dan kebenaran Allah. Karena ia tidak dapat menyentuh jiwa orang percaya, iblis berusaha membuat kita menjadi orang Kristen yang lemah dan tidak efektif.
Seruan ini bukan sekadar teori. Petrus sendiri pernah mengalami kejatuhan: ia menyangkal Yesus tiga kali pada malam penangkapan. Ia tahu betul bagaimana Iblis bekerja—memanfaatkan kelengahan, ketakutan, dan kelemahan manusia. Maka, peringatan ini datang dari pengalaman pribadi, sekaligus dorongan kasih seorang gembala kepada domba-domba Kristus.
Alkitab tidak pernah menggambarkan Iblis sebagai sekadar simbol kejahatan, melainkan pribadi yang nyata. Ia adalah musuh Tuhan dan umat-Nya. Cara kerjanya sering halus, cerdik dan penuh tipu daya, dan selalu berusaha menjauhkan manusia dari Allah. Dalam pikiran, iblis menabur keraguan, ketakutan, iri hati, atau kebencian. Pikiran negatif yang dibiarkan tumbuh bisa menjadi akar dosa. Dalam perkataan, iblis bisa mendorong lidah manusia untuk menyakiti, memfitnah, atau menyebar gosip dan hoax. Dalam kesempatan lain, iblis membuat manusia menjadi takut, khawatir dan apatis, sehingga lidah manusiamenjadi kelu dan tidak dapat membantah kepalsuan dan fitnah. Padahal Amsal 18:21 berkata, “Hidup dan mati dikuasai oleh lidah, dan siapa yang suka menggemakannya akan memakan buahnya”.
Dalam perbuatan, godaan bisa datang lewat kesenangan sesaat, kompromi kecil, atau dorongan untuk mengikuti arus dunia. Ironisnya, tidak hanya dengan melakukan yang jahat kita jatuh dalam dosa, tetapi juga dengan tidak melakukan yang baik: dan ini termasuk melakukan apa yang tidak baik untuk mendapat hasil yang terlihat baik. Yakobus 4:17 menegaskan, “Jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.” Selain itu, dalam hidup sehari-hari, bersikap diam, pasif, atau acuh ketika kita seharusnya menolong, bersaksi, atau menyatakan kebenaran—semua itu pun membuka celah bagi dosa.
Karena Iblis tidak pernah berhenti bekerja Iblis selalu “berjalan keliling.” Artinya, ia tidak pernah lelah. Ia terus mencari celah sekecil apa pun dalam hidup kita. Jika kita lengah, ia siap menerkam. Karena kita masih lemah Kita bukan manusia sempurna. Ada saat ketika hati kita panas, pikiran kacau, kuatir atau tubuh lemah. Justru di saat-saat itu, pencobaan terasa paling kuat.
Karena waktu kita singkat, setiap hari sebenarnya adalah kesempatan untuk hidup benar. Tetapi, dalam pergaulan masyarakat, ada banyak orang yang berusaha menyerang iman kita. Mereka mengkritik iman kita, menmbuat kita terlihat bodoh di hadapan orang lain karena kepercayaan kita, memfintah atau menyerang kita dengan apa yang tidak senonoh. Jika kita berdiam diri dan menyia-nyiakan waktu dengan tidur rohani, kita makin lama akan makin khawatir dan lemah sehingga kita kehilangan kesempatan untuk memuliakan Tuhan.
Seruan Paulus agar kita sadar (be sober-minded) berarti menjaga pikiran tetap jernih. Jangan biarkan diri dikuasai oleh hawa nafsu, dendam, ambisi atau rasa takut dan kekhawatiran. Kesadaran rohani membuat kita mampu melihat bahaya sejak awal. Paulus juga menyuruh kita untuk berjaga-jaga (be watchful), agar kita, sama seperti prajurit yang berjaga di malam hari, bisa berwaspada terus-menerus. Setiap keputusan kecil bisa membuka jalan menuju dosa atau ketaatan.
Berpegang pada firman Mazmur 119:11 berkata, “Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau.” Firman Tuhan adalah pelita yang menuntun langkah kita di tengah kegelapan dunia. Hidup dalam doa, Yesus sendiri mengajarkan, “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan” (Matius 26:41). Doa bukan sekadar rutinitas, melainkan saluran kuasa Allah yang meneguhkan kita. Bersandarlah pada Roh Kudus, karena kita tidak mampu melawan dengan kekuatan sendiri. Roh Kudus memberi kuasa untuk berkata “tidak” pada dosa dalam bentuk apa pun (Roma 8:13). Hiduplah dalam persekutuan (Ibrani 10:25) supaya kita bisa saling menguatkan, menegur, dan menopang dalam iman jika kita dihadapkan pada serangan jasmani maupun rohani dari mereka yang membenci umat Tuhan.
Banyak orang Kristen (termasuk saya sendiri) menyadari bahwa tidak jarang jatuh dalam perangkap Iblis. Kadang bukan karena ingin berbuat jahat, melainkan karena lalai. Saat diserang orang lain, mudah sekali marah. Saat pikiran kosong, mudah sekali melakukan kekeliruan. Saat takut dikritik atau takut kehilangan teman, memilih untuk diam padahal seharusnya bersuara.
Kesadaran ini bukan untuk membuat kita putus asa, melainkan untuk mendorong kita kembali kepada Tuhan. Sebab firman-Nya berkata, “Tetapi Allah setia dan Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu” (1 Korintus 10:13).
Hidup orang Kristen adalah perjalanan penuh perjuangan. Iblis memang nyata, tetapi kemenangan kita pun nyata dalam Kristus. Kuncinya adalah sadar, berjaga-jaga, dan selalu melekat pada Tuhan. Jangan memberi kesempatan kepada si jahat, sekecil apa pun.
Pertanyaan Reflektif:
- Apakah kita sedang lengah terhadap tipu daya duniawi?
- Apakah ada area hidup kita yang sengaja kita biarkan bebas tanpa pengawasan rohani?
- Apakah kita memilih diam, padahal seharusnya bertindak dalam kasih dan kebenaran?
Doa Penutup:
Tuhan Yesus, terima kasih atas firman-Mu hari ini. Engkau mengingatkan kami bahwa musuh kami, si Iblis, terus mengintai seperti singa yang lapar. Ampunilah kami bila sering lengah, bila kami jatuh dalam dosa karena pikiran, perkataan, atau perbuatan kami. Bahkan ketika kami memilih diam, kami sadar itu pun bisa menjadi dosa.
Tolonglah kami, ya Roh Kudus, untuk selalu sadar dan berjaga-jaga. Ajari kami hidup dalam firman, dalam doa, dan dalam persekutuan dengan sesama. Tuntunlah langkah kami supaya kami tidak jatuh ke dalam pencobaan. Kami percaya, bersama-Mu, kami lebih dari pemenang.
Dalam nama Yesus Kristus, Sang Pemenang, kami berdoa. Amin.