“Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.” Ibrani 5:14

Pernahkah Anda memperhatikan bagaimana kaum remaja berkomunikasi? Di zaman serba digital ini, media sosial digunakan kaum remaja untuk membagikan berbagai hal. Mulai dari kisah, kesuksesan, dan bahkan kenakalan dirinya sendiri. Mungkin Anda heran mendengar bahwa pada zaman sekarang mereka membanggakan kenakalannya di media sosial. Namun faktanya ada yang sengaja membuat film tentang kenakalan atau kejahatan yang dilakukan mereka (semperti mencuri mobil atau menganiaya sesama remaja) untuk di pamerkan di media.
Sebenarnya kenakalan dikalangan remaja banyak sekali jenisnya. Di Australia, penggunaan narkoba, pencurian mobil dan perampokan adalah beberapa kejahatan remaja yang akhir-akhir ini menjadi pokok pembicaraan. Mirisnya sebagian remaja ini bangga atas apa yang mereka perbuat. Malahan seakan ada perlombaan tentang siapa yang paling hebat dalam melakukan kejahatan dan mengelabui polisi. Mereka merasa lebih unggul jika berhasil melakukan kenakalan yang lebih dibandingkan dengan yang lain.
Kejadian seperti ini merupakan bukti kesalahan berpikir dikalangan remaja. Tetapi, dalam banyak kejadian, ini disebabkan karena tidak adanya figur orang tua yang bisa mendidik mereka. Dengan demikian, lingkungan menjadi salah satu faktor utama perubahan pola pikir remaja, yang diperkuat dengan maraknya media sosial yang berisi hal-hal yang tidak baik. Kaum remaja yang sedemikian mungkin tidak pernah bisa menjadi dewasa, karena secara rohani dan moral mereka masih tetap seperti bayi.
Menarik sekali bahwa ayat di atas membicarakan tentang makanan orang dewasa. Ketika seorang anak masih sangat kecil, mereka hanya bisa mengonsumsi susu. Makanan yang lebih padat berada di luar jangkauan mereka; mereka hanya dapat memproses sesuatu yang khusus ditujukan untuk bayi. Demikian pula, mereka yang belum dewasa secara rohani hanya dapat menangani hal-hal rohani yang sederhana. Mereka mungkin belum mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat. Mereka hanya bisa melihat segala sesuatu dari segi kemudahan, kenyamanan dan keindahan dari luar.
Hal kurang mampu membedakan apa yang baik dan buruk adalah umum dalam hidup kekristenan, terutama bagi seorang yang baru bertobat. Namun, jika seseorang tetap berada dalam keadaan bayi rohani ini, padahal seharusnya mereka sudah cukup dewasa untuk menerima makanan rohani yang lebih padat, maka mereka sendirilah yang harus disalahkan (Efesus 4:11-15). Menurut penulis Kitab Ibrani, pembacanya akan kehilangan beberapa makna yang lebih dalam yang akan ia uraikan (Ibrani 5:11), karena mereka “lamban dalam hal mendengar.” Dalam konteks ini, “lamban” tersebut berarti kemalasan dan apatis, atau dengan kata lain, pengabaian.
Sebagaimana seorang anak harus dilatih untuk bertumbuh, bukan hanya susu, tetapi juga makanan padat, demikian pula kedewasaan rohani seorang Kristen harus bertumbuh melalui usaha dan pengalaman. Ayat sebelumnya menggunakan istilah apeiros untuk menggambarkan bayi-bayi rohani ini, yang berarti mereka belum berpengalaman atau belum terampil. Kedewasaan rohani tidak ada hubungannya dengan usia, karena kita bisa saja tetap menjadi orang Kristen yang belum dewasa untuk waktu yang sangat lama. Sebaliknya, proses pendewasaan melibatkan pengembangan kemampuan untuk menerapkan iman kita secara praktis selama kita hidup di dunia.
Dalam konteks kitab Ibrani, hal ini berkaitan erat dengan upaya yang sungguh-sungguh. Hal ini menuntut seseorang untuk “lebih giat lagi” dalam beriman (Ibrani 2:1). Artinya, orang Kristen harus mengikuti kehendak Allah tanpa rasa ragu-ragu (Ibrani 4:11). Kedewasaan menuntut seseorang untuk belajar menggunakan alat rohani terbesar kita, Firman Allah (Ibrani 4:12), untuk membantu kita dalam membedakan apa yang baik dan apa yang buruk. Ini lebih dari sekadar dilema moral—tetapi juga merujuk pada pemahaman akan perbedaan antara ajaran teologis yang benar dan saleh dengan ajaran teologis yang keliru.
Dalam kenyataannya, tidak hanya kaum remaja yang senang menikmati hidup dalam kebebasan duniawi. Banyak orang yang sudah dewasa secara jasmani, tetapi secara rohani mereka masih belum bisa membedakan apa yang baik dan buruk. Apa yang terasa nikmat bagi mereka mungkin dipandang baik. Jadi, kesuksesan, kenyamanan, dan kekayaan mungkin dipandang sebagai bukti kebenaran iman dan cara hidup mreka.
Memang ada banyak orang yang mengaku sebagai pengikut Kristus, tetapi hidup mereka bertolak belakang dengan harga penebusan yang sudah dibayar Kristus di kayu salib-Nya. Cara hidup seperti itu hanya akan berakhir pada kehancuran rohani. Mereka memikirkan hal-hal duniawi dan tidak melayani Allah. Hidup mereka hanya untuk memuaskan keinginan diri sendiri. Mereka melakukan segala macam hal yang memalukan, bahkan merasa bangga atas semuanya itu. Mereka mungkin merasa yakin bahwa karunia Tuhan akan membenaskan mereka dari tanggung jawab atas dosa mereka.
Hari ini, ayat di atas mengajak setiap orang percaya untuk terus bertumbuh secara rohani. Mereka yang lebih dewasa seharusnya membimbing mereka yang kurang dewasa.Yang penting dalam hal ini, kita tidak boleh mundur dari tingkat kedewasaan rohani yang sudah kita capai, sebab semakin lama kita menjadi orang percaya, seharusnya kita menjadi semakin dewasa dan semakin dekat kepada Dia.
Doa Penutup:
Ya Tuhan Bapa kami yang mahakasih. Ampunilah kami jika kami mengaku sebagai umat-Mu, tetapi masih hidup menurut cara kami sendiri. Kami sering ingin menjadi umat-Mu tanpa mau terikat pada hukum dan firman-Mu. Kami tidak mau melaksanakan apa yang kami pandang sulit untuk dilakukan, dan karena itu kami kurang bisa menjadi dewasa dalam iman. Kami bertingkah laku seperti bayi, yang hanya tahu makanan yang lunak. Kami mau disebut sebagai orang Kristen tanpa harus hidup menurut Firman.
Sekarang kami mohon agar Engkau tetap sudi memimpin kami dalam hidup, karena kami masih sering memilih apa yang paling mudah untuk dilakukan. Biarlah Roh Kudus-Mu memimbing kami untuk bisa membedakan apa yang baik dan buruk, dan menguatkan kami dalam memilih jalan yang sempit untuk menuju ke arah kebenaran. Dalam nama Yesus Kristus. Amin.