Apa yang kita harus lakukan dalam kasih?

“Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.”1 Korintus 13: 7

Ayat 1 Korintus 13:1–13 adalah salah satu bagian Alkitab yang paling disukai orang Kristen dan terkenal, tetapi Paulus menempatkannya setelah pengajarannya tentang karunia-karunia rohani – ini karena ada sebabnya. Paulus menanggapi penekanan berlebihan jemaat Korintus pada karunia-karunia rohani tertentu dengan menunjukkan kepada mereka bahwa semua karunia tidak ada nilainya jika tidak dipraktikkan melalui kasih ilahi. Beberapa karunia mungkin tampak mengesankan, tetapi jika dicoba tanpa kasih yang rela berkorban bagi orang lain, karunia-karunia itu menjadi tidak berarti, bahkan bisa merusak.

Dalam bagian kitab Korintus ini, Paulus menggunakan 14 kata kerja untuk menggambarkan apa yang dilakukan dan tidak dilakukan oleh kasih. Kasih adalah dasar bagi pengajaran Paulus dalam bab berikutnya tentang nubuat, bahasa roh, dan bahkan ibadah yang teratur. Meskipun bagian ini sering dikutip dalam suasana pernikahan, konsep yang dimaksud adalah agape: kasih ilahi yang rela berkorban dalam setiap keadaan.

Karunia-karunia rohani memang memberikan sekilas gambaran tentang apa yang dapat kita diketahui saat ini, tetapi ketika kesempurnaan datang, kita akan mengetahui segalanya. Dalam hal ini, ada satu hal yang sudah pasti: kasih adalah kebajikan terbesar. Jika kita memilih untuk saling mengasihi, itu akan menyelesaikan banyak masalah dalam hidup sehari-hari.

Dalam ayat di atas, Paulus hampir sampai pada akhir uraian singkatnya tentang seperti apa kasih sejati itu. Kata Yunani yang digunakan untuk kasih, agape, menggambarkan kasih Allah yang tanpa syarat bagi anak-anak-Nya dan bagaimana Dia menghendaki kita untuk saling mengasihi.

Seiring dengan deskripsi Paulus tentang apa yang dilakukan dan tidak dilakukan oleh kasih Kristen, jelas bagi kita bahwa kasih selalu mengesampingkan diri sendiri demi kebaikan orang lain. Lebih tepatnya, mereka yang mengasihi seperti Kristus memang mau mengesampingkan kebutuhan diri sendiri demi memenuhi kebutuhan orang Kristen lainnya. Sudah tentu, mengasihi seperti Yesus mengasihi kita tidaklah mudah kita tiru jika tidak karena karunia Tuhan.

Paulus menunjukkan bahwa kasih Allah, dalam arti tertentu, tidak ada habisnya. Kasih itu tidak membatasi komitmen-Nya kepada orang percaya lainnya. Seperti itu juga, kasih kita seharusnya bersifat langgeng, bukan untuk sementara.

Kasih dikatakan “menutupi” segala sesuatu, artinya menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkata, “sejauh ini dan tidak lebih.” Kasih tidak dibatasi oleh apa yang masuk akal atau apa yang orang lain rela untuk memberikan. Ini tidak berarti seseorang harus membiarkan dirinya terus-menerus dilukai, baik secara fisik maupun dengan cara lain, oleh sesama orang percaya atau anggota keluarga. Terkadang kasih menanggung rasa sakit dari jarak yang aman dan legal, tetapi kita harus ingat bahwa kasih yang sejati dari Allah tidak berhenti ketika sifat kita menjengkelkan atau sulit diatur.

Kasih percaya segala sesuatu. Apakah ini membuat kasih mudah tertipu? Tidak, tetapi pilihan kita untuk memercayai mereka yang mungkin menipu kita akan menghilangkan beban untuk menemukan kebohongan mereka dan memproyeksikan kepada mereka rasa hormat yang mungkin pantas atau tidak pantas mereka terima. Kita yakin bahwa orang yang dikasihi memikul beban untuk jujur ​​atau bertanggung jawab kepada Allah, dan bukan kepada kepada kita.

Kasih mengharapkan segala sesuatu. Kasih berharap untuk kemenangan dalam diri orang lain, untuk kebaikan yang menang, untuk kebenaran yang terungkap bagi mereka. Dalam Alkitab, harapan lebih dari sekadar keinginan, itu adalah keyakinan bahwa Allah akan melakukan apa yang Dia janjikan bagi orang-orang yang dipilih-Nya.

Kasih menanggung segala sesuatu. Orang Kristen sering menghadapi masa-masa sulit. Mereka yang memilih untuk mengasihi seperti Yesus tidak berhenti mengasihi ketika hidup menjadi sulit. Kasih kepada Tuhan dan sesama bertahan melewati hari-hari yang sulit dan malam-malam yang panjang.

Harapan Paulus yang teguh bagi jemaat Korintus merupakan salah satu bukti kasihnya kepada mereka. Dan pagi ini, harapan yang sama tertuju kepada kita.

“Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus.” 1 Korintus 1:8

Tinggalkan komentar