Apakah Anda masih berlari dengan penuh semangat?

“Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.” Filipi 3:13-14

Filipi 3:12—4:1 menjelaskan sikap yang tepat yang seharusnya dimiliki orang Kristen sejati terhadap proses “sanctification” atau “pengudusan”. Ini adalah jalan bertahap seumur hidup untuk menjadi semakin serupa dengan Yesus. Jika kita benar-benar pengikut Kristus, tempat kita dalam kekekalan sudah terjamin sejak kita percaya kepada-Nya, tetapi butuh waktu untuk melihat tindakan dan sikap kita berubah menjadi serupa dengan-Nya.

Memang selama hidup di dunia tidak ada orang yang sempurna, dan Paulus sadar akan hal itu, tetapi ia mendorong setiap orang Kristen sejati untuk meniru fokus tunggalnya dalam mengejar Yesus. Paulus juga meratapi mereka yang menolak Injil, yang mungkin mengaku Kristen, tetapi tidak pernah berubah dari hidup lama mereka; karena mereka sudah membuat sebuah pilihan yang akan mengakibatkan kebinasaan mereka.

Paulus merinci riwayat hidup Yahudinya yang mengesankan. Ia menyebutkan hal ini hanya untuk menekankan betapa kecilnya arti hal-hal tersebut dibandingkan dengan iman kepada Kristus. Bahasa Paulus di sini tajam dan langsung ke intinya. Ia kemudian menjelaskan bagaimana fokus seorang Kristen seharusnya murni kepada Kristus, sama seperti seorang pelari berkonsentrasi pada tujuannya agar dapat berlari secara efektif.

Mungkin kita merasa bahwa kita sudah menjadi orang percaya sejak muda, lahir dalam keluarga Kriten, sudah banyak mempelajari firman Tuhan, dan merasa sudah cukup taat kepada Tuhan. Tetapi Paulus berkata bahwa kita tidak patut menyia-nyiakan waktu yang masih ada. Daripada melihat ke masa lalu atau ke diri kita sendiri, kita seharusnya melihat ke depan, ke keabadian bersama Tuhan.

Paulus terus memusatkan pandangannya pada garis finis karena seluruh tujuan hidupnya adalah mendapatkan Kristus:

“Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus” Filipi 3:7-8

Tujuan Paulus adalah kesempurnaan, tetapi ia belum mencapainya. Ia bukannya tanpa cela, dan ia juga tidak berharap mencapai kesempurnaan sebelum kematiannya. Sebaliknya, ia menggunakan analogi seorang pelari dalam perlombaan untuk menggambarkan motivasi kehidupan rohaninya. Seperti seorang pelari yang berdedikasi, ia memiliki satu tujuan. Sebagaimana seorang pelari tidak dapat berhasil kecuali ia berkonsentrasi pada perlombaan yang dihadapinya, Paulus juga tidak dapat berhasil bertumbuh di dalam Kristus jika ia membiarkan hal-hal lain mengganggunya.

Melanjutkan analogi berlari, Paulus juga memilih untuk hidup dengan prinsip penting: tetap fokus pada jalan di depannya. Seorang pelari tidak dapat melihat ke belakang dan tetap fokus pada tujuan di depannya. Kedua gagasan ini saling bertentangan. Tujuan seorang pelari adalah berfokus pada langkah selanjutnya menuju tujuannya agar tidak jatuh tersandung. Tujuan rohani Paulus dinyatakan secara langsung di sini: “hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.”

Orang Kristen dapat belajar dari masa lalu, tetapi kita tidak terikat pada hal-hal yang telah kita lakukan. Daripada terbelenggu oleh pengalaman masa lalu, kita dapat terus maju, karena kita tahu bahwa kita adalah manusia berdosa yang sudah menerima pengampunan Kristus. Kehidupan rohani Paulus pun sama. Ia tidak akan melihat kembali langkah-langkah sebelumnya, tetapi berfokus untuk meningkatkan setiap langkah dalam perlombaannya hingga mencapai tujuan bersama Kristus. Paulus memiliki tujuan yang jelas: berada di surga bersama Tuhan. Ia menantikan pahala tertinggi atas pelayanannya yang setia.

Dalam kitab Korintus, Paulus membandingkan mahkota seorang atlet dengan hadiah kekal orang percaya:

“Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi.” 1 Korintus 9:23

Apa hal-hal yang ada di belakang kita, yang bisa menghambat kemajuan rohani kita? Seperti yang sudah ditulis sebelumnya, ada banyak hal yang bisa membuat kita tidak bisa berlari dengan sepenuh tenaga. Tetapi, di antara semua itu, memendam emosi seperti kepahitan dan ketidakmauan untuk mengampuni orang lain dapat memperlambat kita dan bahkan membuat kita terkunci di masa lalu. Mengungkit-ungkit konflik dan mengungkit kembali kejadian-kejadian yang menyakitkan hanya akan membuka luka lama.

Rasul Petrus mendesak kita untuk berhenti melakukan hal-hal ini:

“Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah. Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan” 1 Petrus 2:1-2

Rasa bersalah dan putus asa atas dosa-dosa masa lalu juga dapat membuat kita terbelenggu di masa lalu. Namun, Allah tidak mengungkit-ungkit dosa masa lalu kita, dan kita pun seharusnya tidak (1 Yohanes 1:7-9).

Pagi ini, kita disadarkan bahwa kehidupan Kristen harus dijalani dengan mata kita tertuju kepada Yesus Kristus. Dia adalah prioritas utama yang membuat hidup kita berharga. Tujuan tertinggi kita adalah mengenal-Nya lebih baik, seperti yang dikatakan Paulus:

“Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya.” Filipi 3:10

Tinggalkan komentar