“Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya.” Amsal 16:9

Selama berabad-abad, para teolog telah memperdebatkan apa artinya bagi pria dan wanita untuk diciptakan menurut gambar Allah (Kejadian 1:26-27). Belum ada definisi yang diterima secara universal, tetapi terdapat kesepakatan luas mengenai setidaknya beberapa hal yang membentuk gambar ilahi. Salah satu aspeknya adalah bahwa manusia memiliki pikiran dan kehendak. Sebagian orang memikirkan kemampuan ini sebagai kehendak bebas (free will). Seperti Allah, kita memiliki niat, kita membuat rencana, dan kita memilih tindakan tertentu. Lebih lanjut, kita semua merasa setidaknya bisa mengendalikan apa yang kita biasa lakukan setiap hari, seperti makan apa, berbaju warna apa dan sebagainya. Betapa pun kita mencoba menyangkalnya, kita semua merasa bertanggung jawab atas pilihan kita (Rm. 1:18-2:29).
Pada pihak yang lain, Alkitab mengajarkan kita untuk tidak pernah membiarkan kenyataan ini membodohi kita dengan percaya bahwa kita memiliki keputusan akhir atas apa yang kita capai. Free will adalah kemampuan untuk memilih, tetapi bukan untuk memastikan bahwa apa yang kita kehendaki akan terjadi. Ada satu kehendak yang selalu mengalahkan kehendak kita, yaitu kehendak ilahi. Allah, “yang mengerjakan segala sesuatu menurut keputusan kehendak-Nya” (Efesus 1:11), memiliki keputusan akhir karena Dialah yang menetapkan langkah-langkah kita, seperti yang kita baca dalam bacaan hari ini. KIta mungkin tidak sadar bahwa Tuhan bisa mengizinkan atau menolak pilihan kita, bisa menyuruh atau menetapkan kita untuk berbuat atau mengalami sesuatu, dan apa yang terjadi adalah sesuai dengan apa yang ditetapkan-Nya.
Dalam tafsirannya atas kehendak bebas manusia dan kedaulatan Tuhan, Matthew Henry mencatat bahwa setiap manusia adalah “makhluk yang berakal budi, yang memiliki kemampuan untuk merancang bagi dirinya sendiri” dan “makhluk yang bergantung, yang tunduk pada arahan dan kekuasaan Penciptanya.” Ini adalah suatu paradox. Paradoks adalah sebuah pernyataan atau proposisi yang tampaknya tidak masuk akal atau bertentangan, namun jika diselidiki dapat terbukti berdasar atau benar. Kita harus berpegang teguh bahwa manusia memiliki kebebasan untuk membuat keputusan mereka sendiri, sementara pada saat yang sama pilihan mereka berada di bawah kedaulatan Tuhan.
Kebebasan manusia berarti kita selalu melakukan apa yang ingin kita lakukan dalam situasi apa pun. Memang, banyak situasi tampaknya tidak memberi kita pilihan yang baik. Namun demikian, begitu kita berada dalam situasi seperti itu, kita selalu memilih pilihan yang tampaknya terbaik bagi kita. Jika semua hal sama, kita biasanya tidak ingin seseorang melukai kita, tetapi jika pilihannya adalah antara melukai kita untuk mengangkat usus buntu yang meradang atau meninggal karena radang usus buntu, pilihan operasi kita menunjukkan bahwa kita lebih ingin hidup daripada mati. Kita bebas memilih operasi karena saat itu itulah yang paling ingin kita lakukan.
Walaupun demikian, karena adanya kedaulatan Allah, pilihan kita itu terkadang dibuat sesuai dengan hasil yang telah Dia tetapkan, dan kita mencapai apa yang kita inginkan. Di lain waktu, pilihan yang telah kita tetapkan tidak sesuai dengan hasil yang telah Dia tetapkan, dan rencana kita pun gagal. Namun dalam kedua kasus tersebut, tujuan Allah tidak pernah gagal. Langkah kita ditetapkan sesuai dengan apa yang telah Dia rancang (Amsal 16:9), karena Dia memiliki keputusan akhir dalam ciptaan-Nya.
Kebebasan manusia dan kedaulatan ilahi berada dalam hubungan yang kompleks dan misterius. Meskipun Allah menetapkan semua pilihan kita—bahkan pilihan yang akhirnya gagal karena tidak sesuai dengan hasil yang telah Dia tetapkan—kita tidak pernah dapat menyalahkan-Nya atas dosa dan kekeliruan kita. Kita juga tidak dapat lepas dari tanggung jawab atas tindakan kita. Kita telah salah memahami firman Tuhan jika kita menganggap pilihan-pilihan kita merupakan penentu akhir perjalanan hidup kita, tetapi kita juga telah salah memahaminya jika kita mengingkari kebebasan dan tanggung jawab manusia.
Apa yang Anda lakukan ketika menghadapi keputusan penting? Anda berdoa, memohon hikmat dari Tuhan. Anda mencari nasihat dari orang percaya yang dewasa, yang melalui pengalaman dan hikmat mereka membantu Anda memikirkan apa yang baik. Anda mempelajari Firman Tuhan, yang menyingkapkan motif dan niat hati Anda. Anda pergi ke gereja, di mana Anda menemukan dorongan dan persekutuan untuk menopang iman Anda.
Anda ingin rencana Anda (dan keinginan terdalam Anda) mencerminkan rencana Tuhan. Anda bertumbuh dalam pemahaman Anda akan Firman Tuhan, sehingga hidup Anda dapat menjadi cerminan (meskipun terkadang redup) dari apa yang penting bagi-Nya. Karena itu, Anda harus merencanakan dengan bijaksana, penuh kasih, dan cermat.
Anda seharusnya merasa terhibur karena Tuhan yang menetapkan rencana-rencana Anda: “TUHANlah yang menentukan langkahnya” (Amsal 16:9). Tidak ada yang terjadi tanpa Tuhan. Dia berdaulat atas segalanya, termasuk rencana-rencana kita. Seperti yang dikatakan Amsal 16:1, “Manusia dapat merencanakan dalam hati.” Saya mungkin berkata, “Ini rencanaku,” tetapi Tuhan yang menetapkan rencanaku. Dia yang membuatnya berhasil atau membiarkannya gagal. Dia yang mengendalikan apa yang terjadi. Itu seharusnya melenyapkan kesombongan Anda atas keyakinan yang Anda tanamkan pada rencana-rencana Anda. Tidak ada yang Anda rencanakan terjadi di luar kehendak Tuhan.
Jika Tuhan menetapkan segalanya, apakah kita adalah robot-robot-Nya? Bukan! Kita bukan robot yang sudah diprogram sebelumnya. Tuhan memberi kita kebebasan untuk merencanakan dan mengatur jalan ke depan. Sebagai manusia yang digambarkan dalam gambar-Nya, kita diberi kemampuan untuk menyusun strategi, membentuk, dan memilih. Jika kita mendapat tawaran pekerjaan yang bagus di kota lain, kita akan mencari nasihat, berdoa, dan membaca Firman Tuhan, tetapi pada akhirnya, kita memutuskan untuk menerima atau menolak tawaran itu.Tuhan berjalan di depan Anda untuk menetapkan jalan Anda. Dia yang mengatur jalan Anda. Apakah Anda selalu mendapatkan apa yang Anda rencanakan? Tidak. Sama seperti seorang anak yang orang tuanya melihat apa yang terbaik untuknya, Tuhan tahu apa yang terbaik untuk kita.
Perhatikan akhir dari Amsal 16:1: “Manusia dapat menimbang-nimbang dalam hati, tetapi jawaban lidah berasal dari pada TUHAN.” Tuhan menciptakan mulut Anda. Dia memberi Anda ucapan dan kata-kata. Anda mungkin membuat dan bisa menguraikan rencana yang rumit, tetapi keputusan akhir datang dari-Nya. Jika Anda menghadapi masa depan yang tidak pasti, sungguh melegakan bahwa rencana Anda tidak terjadi di luar tangan Tuhan. Tuhan yang menentukan masa depan Anda. Dia memegang hidup Anda di tangan-Nya.
Seseorang dapat merencanakan setiap aspek kehidupannya; namun Allah-lah yang pada akhirnya memutuskan apa yang akan terjadi. Para penulis Perjanjian Baru seperti Paulus (Roma 9:20-21) dan Yakobus (Yakobus 4:13-15) memperkuat gagasan ini. Ayub 42:2 menyatakan, “Aku tahu, bahwa Engkau dapat melakukan segala sesuatu, dan bahwa tidak ada rencana-Mu yang gagal”. Itu tidak berarti usaha perencanaan manusia itu salah—tetapi apa yang kita rencanakan perlu dipersiapkan dengan semangat kerendahan hati dan ketaatan kepada Dia yang mahakuasa.
Yesaya 53:6 menggambarkan manusia sebagai domba yang telah menyimpang dari Allah. Kita semua telah tersesat, dan betapapun cerdasnya seseorang, ia tidak dapat melawan kebijaksanaan Tuhan.
“Aku tahu, ya TUHAN, bahwa manusia tidak berkuasa untuk menentukan jalannya, dan orang yang berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan langkahnya.” Yeremia 10:23
Namun demikian, jika seseorang mencari kehendak Allah dan berjalan oleh Roh dalam terang Firman Allah, Tuhan akan berkenan dan membimbing langkahnya. Semoga kita sadar bahwa frasa “Ora et Labora” (berdoa dan bekerja) adalah satu hal yang harus kita praktikkan dalam hidup ini.