“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” Filipi 4:6

Tentunya pada zaman ini banyak orang sudah terbiasa melalukan pembayaran online, dengan memakai credit card atau melalui bank transfer. Walaupun demikian, di Indonesia rakyat biasa masih akrab dengan penggunaan uang kertas, sekalipun uang logam atau koin sudah tidak dapat digunakan sebagai alat pembayaran sejak 1 Desember 2023. Begitu pula dengan uang koin Rp500 yang memilki gambar bunga melati dan berwarna kuning keemasan, baik TE 1991 maupun TE 1997, saat ini sudah tidak dapat digunakan sebagai alat pembayaran.
Di Australia, uang plastik dengan denominasi $5, $10, $20, $50 dan $100 masih dipakai dan uang koin logam juga masih ada sekalipun jarang dipakai kecuali untuk tabungan anak-anak. Koin Australia terdiri dari 5 sen, 10 sen, 20 sen, 50 sen, satu dolar, dan dua dolar . Koin $1 dan $2 berwarna emas. Sekalipun lebih berharga, koin $2 adalah lebih kecil daripada koin $1.
Pada zaman Alkitab, koin merupakan bagian penting dari sistem ekonomi, yang memfasilitasi perdagangan dan niaga. Penggunaan koin disebutkan dalam beberapa bagian Alkitab, yang mencerminkan signifikansinya dalam kehidupan sehari-hari dan praktik keagamaan.
Koin pada zaman kuno biasanya terbuat dari logam mulia seperti emas, perak, dan perunggu. Koin-koin tersebut sering kali dicap dengan gambar penguasa atau dewa, yang menandakan otoritas dan keaslian. Pengenalan koin di Alkitab dapat ditelusuri kembali ke abad ke-7 SM, dengan bangsa Lidia sering dianggap sebagai yang pertama mencetak koin. Pada waktu itu, koin adalah syarat untuk hidup karena tanpa koin orang tidak dapat membeli barang kebutuhan sehari-hari kecuali kalau bisa melakukan tukar menukar barang/jasa (barter). Selain itu, koin juga diperlukan untuk membayar pajak kepada penguasa dan persembahan di bait suci.
Kepingan logam yang sekarang dinamakan koin dalam Alkitab sering kali melambangkan kekayaan materi dan potensi tantangan moral yang terkait dengannya. Penggunaan keping uang logam dalam narasi Alkitab berfungsi sebagai pengingat akan sifat sementara dari harta benda dan nilai kekal dari kekayaan rohani. Melalui berbagai ajaran dan perumpamaan, Alkitab mendorong orang percaya untuk memprioritaskan hubungan mereka dengan Tuhan di atas kekayaan duniawi, menggunakan sumber daya mereka untuk melayani sesama dan memajukan kerajaan Allah. Walaupun demikian, orang percaya juga membutuhkan dan menggunakan koin untuk bisa hidup di dunia.
Paulus mencatat bahwa pengalamannya telah mengajarinya untuk mencukupkan diri dengan berkat-berkat materi apa pun yang dimilikinya. Ketergantungan pada kuasa Kristus ini tidak hanya memungkinkan orang percaya untuk merasa cukup, tetapi juga menghasilkan kedamaian dalam hubungan kita dengan sesama orang Kristen. Hal ini juga menuntut keputusan yang disengaja untuk mengarahkan perhatian kita pada hal-hal yang positif.
Nasihat Paulus adalah untuk berfokus pada kemampuan kita untuk bersukacita dalam persekutuan kita dengan Kristus. Hasil dari penekanan itu seharusnya berupa sikap “masuk akal”, yang terlihat oleh semua orang. Dengan fokus yang tepat pada hal-hal positif, kita dapat mengalami kedamaian melalui kuasa Allah.
Karena Tuhan sudah dekat, atau akan segera datang kembali (Filipi 4:5), orang percaya hendaknya mengatur hidup dan pikiran mereka dengan cara-cara tertentu. Paulus memulai dengan kontras antara kekhawatiran dan doa. Ia mencatat bahwa orang percaya tidak boleh “khawatir tentang apa pun.” Ini tidak berarti sama sekali tidak ada kekhawatiran. Ini juga tidak berarti orang Kristen harus ceroboh. Sebaliknya, ini berarti orang percaya tidak boleh takut, paranoid, atau gelisah. Mengapa tidak? Orang percaya dapat berbicara langsung dengan Allah, Pencipta langit dan bumi, yang memiliki segala kuasa dan otoritas, yang memegang kendali penuh atas situasi.
Sebagai orang Kristen, kita tidak berbeda dalam kebutuhan sehari-hari. Kita tentu memerlukan uang untuk membeli berbagai jasa atau produk yang kita perlukan. Sekalipun uang koin sudah tidak atau jarang dipakai, uang dalam berbagai bentuknya selalu kita bawa kemana saja. Uang dengan demikian, bisa menjadi sesuatu yang tanpanya kita tidak dapat hidup. Karena itu banyak orang merasa khawatir jika uang menyusut atau tidak cukup. Apa yang harus kita lakukan jika “koin” kita tinggal sedikit?
Sebagai orang percaya, kita pagi ini belajar dari dari ayat di atas bahwa sebuah koin yang kita butuhkan mempunyai dua sisi. Di satu sisi kita melihat perlunya permohonan kepada Tuhan, di sisi lain kita melihat adanya rasa syukur. Dengan demikian, bagi kita orang percaya, tidak mungkin bagi kita untuk memikirkan perlunya permohonan kepada Tuhan saja, tetapi kita juga perlu bersyukur atas apa yang sudah diberikan-Nya pada saat-saat yang telah lalu.
Alih-alih merasa cemas, orang percaya harus dengan rendah hati dan penuh syukur menghampiri Allah dengan apa pun yang ada dalam pikiran mereka. Doa yang dewasa mencakup bersyukur kepada Allah atas apa yang telah Dia lakukan, selain meminta bantuan di bidang-bidang yang membutuhkan. Ini adalah resep Kristen untuk mengurangi kecemasan di semua bidang kehidupan. Ini tidak berarti orang percaya akan menjalani hidup tanpa kekhawatiran. Ini juga tidak berarti bantuan tambahan tidak akan dibutuhkan. Namun, ayat ini menunjukkan bahwa mengatasi masalah dalam hidup kita harus dimulai dengan doa.
Dalam surat Paulus kepada jemaat Filipi, ada sejumlah hal yang mungkin mereka khawatirkan. Paulus menulis surat ini ketika ia sedang menjalani tahanan rumah, atas izin Kekaisaran Romawi. Jemaat di Filipi telah mendukung pekerjaan misionarisnya, dan mereka mungkin mengkhawatirkan kesejahteraannya (Filipi 1). Rupanya, ada perselisihan di gereja dengan orang-orang yang bertindak egois, dan mereka perlu berfokus pada teladan Kristus (Filipi 2). Guru-guru palsu juga berusaha menggoyahkan keyakinan mereka kepada Kristus (dan ajaran Paulus) dengan mengajarkan bahwa suatu bentuk ketaatan kepada Hukum Taurat diperlukan untuk keselamatan (Filipi 3). Dan, akhirnya, perselisihan di gereja telah mencapai titik sedemikian rupa sehingga Paulus memanggil dua perempuan dengan nama mereka dan meminta mereka untuk rukun (Filipi 4:2).
Paulus kemudian mengakhiri suratnya dengan nasihat dalam Filipi 4:4 untuk “bersukacitalah senantiasa di dalam Tuhan. Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” Di sini, jemaat menghadapi tekanan eksternal dan masalah internal, dan mereka mungkin bertanya-tanya apakah mungkin untuk merayakannya dengan sukacita.
Jika keputusasaan atas masalah yang dibahas dalam surat itu (atau hal lainnya) merampas sukacita jemaat Filipi, maka Paulus memberikan solusinya dalam Filipi 4:6. Tidak perlu resah dan khawatir tentang keadaan. Solusinya adalah menyerahkan masalah kepada Dia yang Mahakuasa yang sungguh-sungguh dapat mengatasinya. Jemaat Filipi harus berdoa dalam segala situasi, menyampaikan permohonan mereka kepada Tuhan dan memanjatkan doa syukur atas apa yang telah Tuhan lakukan. Satu koin dengan dua sisi.
Paulus tidak berjanji bahwa Tuhan akan melakukan setiap hal yang mereka minta. Mereka tidak diberi cek kosong. Namun, ia berjanji bahwa ketika jemaat Filipi berdoa tentang berbagai hal, Allah akan mengubah jemaat Filipi itu sendiri:
“Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” Filipi 4:7
Ketika mereka sungguh-sungguh berdoa tentang masalah mereka dan memilih untuk bersyukur, Allah akan memberi mereka damai sejahtera.
Meskipun ditulis untuk jemaat Filipi, prinsip Filipi 4:6 berlaku untuk semua orang percaya. Ketika kita memiliki masalah dan kekhawatiran, kita sering lupa untuk mendoakannya. Kemudian, ketika kita berdoa, kita mungkin berpikir bahwa satu-satunya pertolongan yang dapat Allah berikan adalah mengabulkan permohonan yang telah kita ajukan dan mengubah situasi. Allah mungkin saja melakukannya. Dia memiliki kuasa untuk mengubah situasi apa pun, tetapi Dia tidak akan terbatas pada itu. Allah tidak berjanji untuk mengubah setiap situasi sesuai keinginan kita. Yang Dia janjikan adalah memberi kita damai sejahtera dalam situasi apa pun. Dengan kata lain, Allah mungkin mengubah keadaan atau mungkin tidak, tetapi Dia akan mengubah watak kita terhadapnya sehingga hal itu tidak menyebabkan kekacauan batin dalam diri kita.
Secara praktis, Filipi 4:6 memberi kita contoh doa yang perlu kita panjatkan ketika kita cemas atau khawatir. Pertama, kita menolak kekhawatiran: jangan cemas tentang apa pun. Kemudian, kita cukup meminta kepada Tuhan apa yang kita butuhkan: dalam setiap situasi, dengan doa dan permohonan, sampaikan permohonan kita kepada Tuhan. Dan kita bersyukur kepada-Nya atas semua yang telah Dia lakukan: dengan ucapan syukur. Akhirnya, kita beristirahat, mengetahui bahwa Dia mengasihi kita dan akan mengerjakan segala sesuatu untuk kebaikan kita dan kemuliaan-Nya. Damai sejahtera Allah pun menjadi milik kita karena kita bisa menghitung berkat Tuhan selama ini satu persatu.