Siapa yang bisa serupa dengan Yesus?

“Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.” Roma‬ ‭8‬:‭29‬‬

Tidak ada kerinduan yang lebih luhur bagi seorang percaya daripada menjadi seperti Kristus. Kita mungkin mengagumi sifat-Nya, kekudusan-Nya, kelembutan-Nya, ketegasan-Nya terhadap dosa, dan kasih-Nya kepada orang yang paling tidak layak. Tetapi kekaguman saja tidak pernah cukup. Kekaguman hanya menempatkan Yesus sebagai contoh; tetapi panggilan Allah adalah menjadikan Dia sebagai gambaran yang harus diwujudkan dalam hidup kita. Paulus menulis dengan tegas bahwa mereka yang dipilih Tuhan “ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya” (Roma 8:29). Artinya, keserupaan dengan Kristus bukanlah pilihan tambahan, tetapi inti dari identitas orang percaya.

Namun, bagaimana kita memahami panggilan ini? Bukankah menjadi seperti Kristus terasa terlalu mulia bagi manusia yang rapuh, berdosa, dan sering jatuh dalam kegagalan? Bukankah perintah untuk menjadi seperti Dia—yang sempurna, tanpa dosa, tak bercacat—terdengar seperti sebuah tuntutan yang mustahil dipenuhi?

Justru di sinilah keindahan kasih karunia bekerja. Allah tidak memanggil manusia untuk mencapai sesuatu yang tidak Ia sediakan kekuatannya. Ia tidak menuntut keserupaan itu melalui kemampuan manusia, tetapi melalui karya Roh Kudus yang diam di dalam orang percaya. Keserupaan dengan Kristus bukanlah hasil kerja keras manusia tanpa pertolongan; itu adalah buah dari penyerahan diri, ketaatan, dan perjalanan yang setia dalam bimbingan Roh.

Panggilan yang tidak otomatis

Roma 8:29 sering disalahpahami sebagai ayat yang membuat orang percaya bersikap pasif. “Kalau saya dipilih, pasti saya berubah.” Tetapi Alkitab justru menunjukkan bahwa pemilihan Allah tidak pernah meniadakan tanggung jawab manusia untuk berjalan dalam kebenaran. Karena itu Yesus berkata:

“Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku” (Matius 7:21).

Ayat ini hadir seperti tamparan yang membangunkan kita dari rasa aman palsu—bahwa mengakui Yesus, mengetahui doktrin yang benar, atau menjadi bagian dari komunitas Kristen tidak otomatis menjadikan seseorang serupa dengan Kristus.

Di sinilah keselarasan kedua ayat itu terlihat begitu jelas. Paulus menyatakan bahwa Allah menentukan orang pilihan untuk menjadi serupa dengan Anak-Nya. Yesus menyatakan bahwa hanya mereka yang melakukan kehendak Bapa yang masuk dalam Kerajaan Sorga. Maka renungan ini membawa kita pada satu kesimpulan yang penting: orang pilihan adalah mereka yang hidupnya dikerjakan oleh Roh Kudus sehingga mampu melakukan kehendak Bapa.

Orang pilihan bukan hanya mereka yang didefinisikan oleh doktrin, tetapi oleh transformasi hidup. Bukan hanya yang memiliki pengakuan iman di bibir, tetapi ketaatan dalam tindakan. Bukan hanya yang mengetahui kebenaran, tetapi yang menyerahkan diri untuk dibentuk oleh kebenaran itu.

Mengapa keserupaan dengan Kristus tidak mungkin dicapai oleh kekuatan sendiri

Siapa yang bisa menjadi seperti Kristus? Jawabannya jelas: tidak seorang pun, kecuali Allah sendiri yang mengerjakannya dalam hati orang percaya. Kita tidak mampu menciptakan kasih seperti Kristus dengan kekuatan kita. Kita tidak mampu memadamkan keinginan daging dengan tekad manusia. Kita tidak mampu mengampuni musuh, menahan lidah, merendahkan diri, menjaga kekudusan, dan tetap setia di tengah pencobaan hanya dengan moralitas atau disiplin pribadi.

Jika keserupaan dengan Kristus hanya bergantung pada usaha manusia, maka semua orang, tanpa kecuali, akan gagal. Keserupaan itu adalah karya Roh Kudus. Ia yang menginsafkan, mengajar, menegur, menguatkan, memperbaharui, dan memampukan.

Ketika kita membaca Injil, kita melihat betapa sering murid-murid gagal: mereka salah mengerti, takut, lemah, bahkan menyangkal. Tetapi setelah Roh Kudus datang, mereka berubah menjadi pribadi-pribadi yang rela mati demi Injil. Ketika Roh Kudus bekerja, hal yang mustahil pun terjadi. Sifat manusiawi yang tidak mungkin memancarkan karakter Kristus tiba-tiba berubah bagaikan besi yang dimasukkan ke dalam api: besi tidak menjadi api, tetapi ia dipenuhi panas dan cahaya api. Demikian juga orang percaya tidak menjadi Allah, tetapi hidup mereka dipenuhi karakter Anak Allah.

Mengapa sebagian orang tidak pernah mengalami perubahan

Jika demikian, mengapa ada orang yang bertahun-tahun beribadah, bertumbuh dalam komunitas Kristen, tetapi tetap sama? Mengapa ada yang tahu begitu banyak tentang teologi tetapi hidupnya tidak pernah memantulkan kasih Kristus?

Jawabannya kembali pada panggilan Yesus dalam Matius 7:21: “melakukan kehendak Bapa-Ku”. Banyak orang berseru “Tuhan, Tuhan” tanpa benar-benar membuka hidupnya bagi karya Roh Kudus. Mereka mendengar firman, tetapi menolaknya. Mereka menerima pengajaran, tetapi tetap memelihara dosa tertentu. Mereka ikut pelayanan, tetapi hati tidak mau dibentuk. Mereka ingin keselamatan Kristus, tetapi menolak salib-Nya. Mereka ingin janji-Nya, tetapi menghindari disiplin-Nya.

Keserupaan dengan Kristus hanya terjadi pada orang yang mau berjalan menurut bimbingan Roh Kudus. Roh bekerja, tetapi manusia harus menyerah. Roh memimpin, tetapi manusia harus mengikuti. Roh menegur, tetapi manusia harus bertobat. Roh memberi kekuatan, tetapi manusia harus memilih taat.

Orang pilihan tidak ditandai oleh hidup yang tanpa dosa, tetapi oleh hati yang tidak mau hidup dalam dosa. Mereka mungkin jatuh, tetapi mereka tidak tinggal dalam kejatuhan. Mereka mungkin lemah, tetapi mereka kembali mencari pertolongan Roh. Mereka mungkin menangis, tetapi mereka tidak menyerah. Ada kerinduan yang konsisten dalam hati mereka: menjadi seperti Kristus.

Keserupaan dengan Kristus adalah perjalanan

Menjadi seperti Kristus bukanlah sebuah titik, melainkan sebuah perjalanan yang berlangsung seumur hidup. Allah tidak menuntut kesempurnaan yang instan. Ia memanggil kita untuk berjalan bersama-Nya setiap hari, menjalani proses pemurnian yang kadang menyakitkan tetapi selalu membuahkan sukacita.

Perubahan itu bisa muncul perlahan—melunaknya hati, menurunnya kemarahan, meningkatnya kesabaran, bertumbuhnya pengampunan, kepekaan terhadap dosa, dan kasih yang semakin menyerupai Kristus. Orang luar mungkin tidak langsung melihat perubahan itu, tetapi Roh Kudus sedang bekerja di hati, membentuk dari dalam ke luar.

Dan pada akhirnya, keserupaan dengan Kristus bukanlah tentang apa yang kita capai, tetapi tentang siapa yang sedang membentuk kita.

Hidup di bawah bimbingan Roh Kudus

Bagaimana kita berjalan di dalam bimbingan Roh?

Pertama, dengan membuka firman setiap hari. Roh Kudus memakai firman untuk mengarahkan, memperbaiki, dan membentuk hati. Tanpa firman, kita berjalan tanpa kompas.

Kedua, dengan memelihara kepekaan hati melalui doa. Doa bukan hanya meminta, tetapi membiarkan Tuhan berbicara dan membentuk kehendak kita agar selaras dengan kehendak-Nya.

Ketiga, dengan hidup dalam pertobatan yang terus-menerus. Orang yang dipimpin Roh adalah orang yang cepat bertobat ketika ditegur, bukan cepat membela diri.

Keempat, dengan ketaatan kecil sehari-hari. Terkadang keserupaan dengan Kristus tidak muncul dari keputusan besar, tetapi dari kebiasaan kecil: memilih jujur, memilih mengampuni, memilih mengalah, memilih berkata benar, memilih berlaku lembut.

Jadi, siapa yang bisa menjadi seperti Kristus? Bukan mereka yang kuat, pintar, atau berbakat. Bukan mereka yang paling disiplin atau paling religius. Jawabannya sederhana dan sekaligus dalam:

Orang pilihan—yaitu mereka yang mau berjalan menurut bimbingan Roh Kudus.

Mereka yang menyerahkan diri untuk dibentuk oleh firman.

Mereka yang memilih taat dan setia walau terasa berat.

Mereka yang membuka hati untuk ditegur, dibentuk, dan diperbaharui.

Mereka yang mau berkata setiap hari: “Tuhan, aku ingin menjadi seperti Kristus. Pimpinlah aku.”

Dan bagi mereka inilah, janji Roma 8:29 menjadi kenyataan—Allah sedang, dan akan terus, membentuk mereka menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya.

Kiranya renungan ini menolong kita menyerahkan diri lebih dalam kepada karya Roh Kudus, sebab hanya Dialah yang mampu membuat kita menjadi seperti Kristus.

Tinggalkan komentar