“Kasih tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri.” 1 Korintus 13:5

Anda tahu apa arti istilah “kepo”? Itu adalah bahasa gaul untuk orang yang ingin tahu segalanya (dari kata kaypoh di Singapura, artinya ingin tahu urusan orang lain). Orang yang sedemikian dikenal sebagai “control freak” jika mereka juga ingin mengontrol semua gerak gerik orang lain:
- Membuat aturan berlebihan dan detail yang tidak perlu.
- Tidak percaya orang lain bisa melakukan tugas dengan baik, sehingga mengambil alih pekerjaan.
- Sangat kaku terhadap rencana dan marah besar saat terjadi perubahan.
- Sulit menerima kritik dan jarang mengakui kesalahan.
- Fokus mengubah orang lain agar sesuai ekspektasinya.
- Cenderung menyalahkan orang lain atau keadaan saat gagal.
Biasanya orang kepo senang melakukan snooping around. Dalam bahasa Inggris, itu adalah kata kerja yang artinya mengintip, mencari-cari, atau mengorek-ngorek informasi pribadi orang lain secara sembunyi-sembunyi untuk kepentingan pribadi.
Istilah kepo dan snooping around sering dipakai untuk bercanda. Tetapi, kepo adalah hal yang serius. Ada banyak dosa yang mudah dilihat mata—dosa perbuatan, dosa perkataan, dosa moral yang mencolok. Namun kegiatan snooping around dari orang yang kepo adalah dosa yang bekerja diam-diam, hampir tidak terdengar, tetapi pelan-pelan merusak hubungan, menghancurkan kepercayaan, dan menodai karakter.
Rasa ingin tahu sebenarnya bukan hal buruk. Alkitab mendorong kita menjadi orang yang haus belajar, bijaksana, dan bertumbuh. Namun rasa ingin tahu berubah menjadi dosa ketika kita menggunakan itu untuk menelanjangi kehidupan orang lain tanpa izin, apalagi jika dengan iktikad jelek. Snooping muncul ketika seseorang merasa berhak tahu lebih banyak daripada seharusnya—tentang keadaan keluarga, pergumulan pribadi, masa lalu, masalah rumah tangga, atau kelemahan pelayanan dari orang lain.
Sikap “usil” seperti ini, sekalipun umum di Indonesia, bertentangan langsung dengan kasih, sebab kasih tidak memaksa masuk, tidak menyerobot, dan tidak memanfaatkan kerentanan orang lain untuk keuntungan diri. Kasih tidak mendobrak pintu yang tertutup; sebaliknya, kasih menunggu, menghargai, dan menjaga privasi.
Di gereja-gereja yang sehat, kepercayaan adalah pondasi relasi. Namun di gereja yang mulai disusupi budaya snooping, anggota menjadi tidak aman. Mereka merasa selalu diawasi, dinilai, atau diintip. Tidak ada lagi ruang bagi kerentanan dan kejujuran, karena setiap cerita dapat disalahgunakan atau disebarkan.
- Gosip: karena informasi yang didapat secara rahasia hampir selalu dibocorkan kepada orang lain.
- Fitnah: sebab informasi yang setengah matang mudah sekali diputar sesuai selera.
- Manipulasi: orang yang tahu rahasia diam-diam bisa menekan atau mengendalikan pihak lain. Ini yang dinamakan control freak.
- Penghakiman: sebab seseorang mulai merasa tahu seluruh konteks, padahal hanya melihat sebagian kecil.
- Kesombongan rohani: ketika seseorang merasa dirinya lebih suci atau lebih benar setelah melihat kelemahan orang lain.
Snooping sering muncul sebagai ciri khas kultus dan gereja yang tidak sehat (gereja toksik). Mengapa snooping sangat umum dalam lingkungan ini? Karena kultus dan gereja toksik bertahan dengan kontrol ketat, bukan kasih.
Kultus dan gereja toksik memiliki pola yang sama: mereka mengintip kehidupan pribadi anggotanya, mereka memata-matai relasi, mereka meminta laporan tentang anggota lain, mereka memaksa transparansi sepihak, mereka menggunakan informasi untuk mempertahankan kekuasaan. Tidak ada kebebasan di dalamnya., sehingga orang lain takut salah bicara, salah melangkah, atau berbagi pergumulan. Semuanya terasa diawasi. Ini bertentangan dengan Injil.
Yesus tidak membangun Gereja melalui pengawasan, tetapi melalui kasih, delegasi dan kepercayaan. Ia tidak memeriksa kelemahan murid-murid-Nya untuk mempermalukan, tetapi untuk memulihkan dan memampukan.
Komunitas Kristen yang sehat ditandai oleh keterbukaan hati, bukan keterbukaan paksa. Oleh kepercayaan, bukan rasa curiga. Oleh kerahasiaan yang dijaga, bukan informasi yang disalahgunakan untuk kepentingan pribadi.
Alkitab mengajar bahwa salah satu tanda kedewasaan rohani adalah keheningan yang suci.
Paulus menulis:
“Dan anggaplah sebagai suatu kehormatan untuk hidup tenang, untuk mengurus persoalan-persoalan sendiri dan bekerja dengan tangan, seperti yang telah kami pesankan kepadamu,”
1 Tesalonika 4:11
Artinya, berhentilah mencampuri urusan orang lain yang bukan tanggung jawab kita. Orang Kristen yang mengasihi orang lain tidak suka menimbulkan masalah yang bisa dhindari. Mereka tidak memakai hidung mereka untuk mengendus masalah pribadi orang lain. Mereka juga tidak duduk dengan tangan terlipat dan mengharapkan orang lain untuk menyediakan segala sesuatu untuk mereka.
Budaya kepo hanya bisa berhenti jika dimulai dari hati yang dipulihkan oleh kasih karunia. Beberapa sikap yang membangun:
- Belajar hidup dengan batas – hormati privasi sesama sebagaimana kita ingin privasi kita dihormati.
- Tolak gosip – jika kita tidak boleh tahu, jangan mencari tahu.
- Lindungi informasi orang lain – jadilah tempat aman, bukan sumber kebocoran.
- Berdoa daripada menyelidiki – serahkan hal-hal tersembunyi kepada Tuhan. Bangun kepercayaan, bukan kontrol – biarkan kasih memimpin relasi.
Kecenderungan kepo dan kontrol akan padam di tangan orang yang hatinya teguh di dalam Kristus. Semoga damai Natal meyakinkan kita bahwa dalam Kristus kita aman, dan karena itu kita tidak perlu mencari keamanan dari informasi tentang kesalahan orang lain.
Doa Penutup:
Tuhan Yesus, Engkau mengenal hati kami lebih dalam daripada yang kami sadari. Kami akui bahwa terkadang rasa ingin tahu kami melewati batas, dan kami mengorek hal-hal yang bukan bagian kami. Bersihkan hati kami dari kecenderungan menghakimi, dari keinginan untuk tahu yang tidak perlu, dari ketidakamanan yang mendorong kami kehilangan integritas.
Ajarlah kami hidup dengan kasih yang menghormati privasi sesama. Bentuklah kami menjadi pribadi yang dapat dipercaya, yang menjaga rahasia, yang tidak mencari celah orang lain, dan yang berjalan di dalam terang tanpa tipu.
Kiranya komunitas kami menjadi tempat yang aman, penuh kepercayaan, dan dipimpin oleh Roh-Mu, bukan oleh rasa curiga. Dalam semua hal, ajar kami meneladani-Mu—Raja yang tidak memata-matai, tetapi mengasihi dan memulihkan.
Dalam nama Yesus kami berdoa. Amin.