“Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel.”” — Matius 2:6
“Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan.” — Lukas 22:26

Dunia memiliki ukuran kebesaran yang jelas: siapa yang berkuasa, siapa yang dikenal, siapa yang berada di pusat perhatian. Kita terbiasa berpikir bahwa sesuatu yang besar harus dimulai dari tempat yang besar, oleh orang yang besar, dan dengan cara yang besar. Namun sejak awal, Alkitab menunjukkan bahwa Allah bekerja dengan cara yang berbeda.
Ketika para imam dan ahli Taurat diminta menunjukkan di mana Mesias akan lahir, mereka mengutip nubuat Mikha: Betlehem. Sebuah kota kecil, jauh dari hiruk-pikuk Yerusalem, pusat kekuasaan politik dan agama. Betlehem bukan tempat yang strategis, bukan pula kota yang disegani. Namun justru dari sanalah Sang Juruselamat dunia dilahirkan. Allah memilih yang kecil untuk menghadirkan karya yang paling besar: keselamatan bagi umat manusia.
Pilihan Allah ini bukan kebetulan. Ia sedang menyatakan sebuah prinsip Kerajaan-Nya. Kebesaran tidak selalu muncul dari tempat yang terlihat penting. Nilai sejati tidak ditentukan oleh ukuran di mata dunia. Yang menentukan adalah kehendak Allah dan ketaatan manusia. Bayi yang lahir di kota kecil itu kelak akan mengubah arah sejarah, bukan dengan pedang atau takhta, melainkan dengan kasih, pengorbanan, dan ketaatan sempurna kepada Bapa.
Beberapa puluh tahun kemudian, Yesus yang lahir di Betlehem itu duduk bersama murid-murid-Nya. Anehnya, di tengah perjalanan bersama Sang Mesias, para murid masih memikirkan siapa yang terbesar di antara mereka.
Jelas bahwa para murid membawa pola pikir dunia ke dalam percakapan rohani. Padahal, Yesus sangat menyukai orang yang rendah hati, karena Allah menentang orang sombong tetapi mengasihi orang yang rendah hati, dan orang rendah hati akan ditinggikan oleh-Nya.
Yesus lalu berkata dengan lembut tetapi tegas bahwa dalam Kerajaan Allah, yang terbesar justru adalah yang melayani.
Yesus membalikkan cara pandang mereka. Pemimpin bukanlah orang yang menuntut dilayani, melainkan yang rela merendahkan diri. Yang besar bukan yang paling berkuasa, tetapi yang paling mau mengosongkan diri demi orang lain.
Ia tidak hanya mengajarkan hal ini, tetapi juga menghidupinya. Raja yang lahir di kota kecil itu juga adalah Raja yang membasuh kaki murid-murid-Nya dan akhirnya menyerahkan nyawa-Nya di kayu salib.
Dua peristiwa ini—kelahiran Yesus di Betlehem dan ajaran-Nya tentang kepemimpinan—diikat oleh satu kebenaran yang sama sekalipun berbeda konteks: dalam Kerajaan Allah, kebesaran lahir dari kerendahan hati. Dari yang kecil muncullah yang besar. Dari pelayanan tersembunyi muncullah kemuliaan kekal.
Renungan ini menantang kita untuk memeriksa kembali hati kita. Mungkin kita merasa peran kita kecil, pelayanan kita tidak terlihat, atau hidup kita jauh dari pusat perhatian. Namun Allah tidak mencari yang besar menurut ukuran dunia. Ia mencari hati yang mau taat, rendah hati, dan setia.
Jika hari ini kita dipanggil untuk melayani dalam hal-hal yang dianggap kecil, baik di rumah, gereja, kantor, sekolah, atau masyarakat, janganlah meremehkannya. Bisa jadi Allah sedang menumbuhkan sesuatu yang besar melalui kesetiaan yang sederhana. Dalam Kerajaan-Nya, tidak ada pelayanan yang sia-sia, dan tidak ada ketulusan dan kerendahan hati yang luput dari perhatian-Nya.
Dari Betlehem yang kecil lahirlah keselamatan yang besar. Dan dari hati yang mau melayani, Allah menghadirkan kebesaran yang kekal.
Doa Penutup:
Tuhan yang Mahabesar,
Terima kasih karena Engkau bekerja dengan cara yang sering tidak kami mengerti.
Engkau memilih yang kecil, yang sederhana, dan yang rendah hati untuk menyatakan kebesaran-Mu.
Ajarlah kami untuk setia dalam hal-hal kecil, rendah hati dalam pelayanan, dan tidak mengejar kebesaran menurut ukuran dunia.
Bentuklah hati kami agar serupa dengan hati Kristus, yang rela menjadi hamba demi menghadirkan keselamatan yang besar.
Di dalam nama Yesus kami berdoa.
Amin.