Antara Natal dan Rasa Damai

“Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: ”Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia.” ‭‭Matius‬ ‭2‬:‭13‬‬

“Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu.” Matius 2:16

Para pelayat di Australia mengheningkan cipta pada hari Minggu kemarin untuk mengenang para korban serangan teroris di Pantai Bondi. Peringatan itu adalah bagian dari hari refleksi nasional untuk menandai satu minggu sejak peristiwa tanggal 14 Desember 2025, di mana penembakan massal terjadi di Pantai Bondi di Sydney, Australia, pada saat perayaan Hanukkah yang dihadiri oleh sekitar seribu orang. Dua orang bersenjata membunuh 15 orang, termasuk seorang anak. Jika kita renungkan, adalah menyedihkan bahwa damai di bumi adalah jauh dari kenyataan.

Natal memang selalu diidentikkan dengan damai di bumi. Namun ketika kita membaca kisah Natal dalam Alkitab, ternyata tidak semuanya indah dan tenang. Di Betlehem, setelah Yesus lahir, terjadi peristiwa yang sangat menyedihkan: bayi-bayi dibunuh atas perintah Raja Herodes. Kisah ini sering membuat orang bertanya, mengapa hal buruk bisa terjadi, terutama di saat Natal?

Di tengah kisah itu, ada orang-orang Majus dari Timur. Mereka datang dari jauh untuk mencari dan menyembah Yesus. Mereka mengikuti bintang, menempuh perjalanan panjang, dan membawa persembahan terbaik. Mereka tidak berniat jahat. Mereka hanya ingin bertemu Sang Raja yang dijanjikan Tuhan. Namun setelah mereka pergi, tragedi itu terjadi.

Penting untuk kita pahami: orang Majus tidak bersalah atas pembunuhan bayi-bayi di Betlehem. Kejahatan itu adalah pilihan Herodes sendiri. Tuhanlah yang melindungi orang Majus dengan memperingatkan mereka lewat mimpi agar tidak kembali kepada Herodes. Mereka taat, lalu pulang melalui jalan lain.

Kisah ini mengajarkan sesuatu yang sangat menenangkan: tidak semua hal buruk terjadi karena kesalahan kita. Dalam hidup, banyak orang memikul beban yang terlalu berat. Kita mungkin sering menyalahkan diri sendiri atas masa lalu, atas keputusan orang lain, atau atas peristiwa yang tidak bisa kita kendalikan. Ada rasa bersalah yang terus kita bawa, meskipun sebenarnya itu ada di luar kemampuan atau tanggung jawab kita.

Firman Tuhan berkata:

“Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri” (Galatia 6:4).

Artinya, Tuhan meminta kita melihat dengan jujur apa yang menjadi bagian kita—bukan memikul semua hal yang terjadi di sekitar kita.

Natal mengajak kita untuk berdamai dengan masa lalu.

Apa yang sudah terjadi, tidak selalu bisa diperbaiki. Tetapi kita bisa memilih untuk tidak terus hidup dalam penyesalan dan rasa bersalah. Yesus lahir bukan untuk menambah beban hidup manusia, melainkan untuk membebaskan.

Orang Majus tidak tinggal di Betlehem selamanya. Mereka pulang ke negeri mereka. Mereka melanjutkan hidup dengan tenang karena mereka tahu telah melakukan apa yang Tuhan kehendaki. Mereka taat, dan itu cukup.

Natal juga mengingatkan kita untuk melihat ke depan.

Tuhan tidak menuntut kita mengendalikan semua orang atau semua keadaan. Tuhan hanya meminta kita setia dalam hal-hal yang Dia percayakan kepada kita hari ini—dalam keluarga, pekerjaan, pelayanan, dan hubungan dengan sesama.

Damai Natal bukan berarti hidup tanpa masalah. Damai Natal adalah ketenangan hati karena kita tahu: saya sudah melakukan bagian saya, sisanya saya serahkan kepada Tuhan.

Natal ini, marilah kita belajar melepaskan beban yang bukan milik kita, menerima pengampunan atas kekeliruan kita dan menyambut kasih Tuhan, serta melangkah ke depan dengan hati yang tenang. Seperti orang Majus, marilah kita pulang melalui jalan yang Tuhan tunjukkan—jalan damai.

Doa Penutup:

Tuhan yang baik,

Terima kasih untuk Natal dan kelahiran Yesus, Sang Juruselamat kami. Terima kasih karena Engkau tidak bermaksud membebani kami dengan rasa bersalah yang tidak pernah berakhir. Ajarlah kami untuk berdamai dengan masa lalu, setia pada tanggung jawab kami hari ini, dan percaya kepada-Mu untuk masa depan. Berikan kami hati yang tenang dan damai dalam menjalani hidup.

Di dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.

Tinggalkan komentar