Hal menebus waktu

“Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.” Efesus 5:15–16

Sering saya melihat adanya beberapa orang yang pergi ke gym, tapi memakai waktunya untuk lebih lama duduk di alat latihan, bukannya untuk berolahraga, tapi untuk bermain dengan ponsel mereka. Saya heran mengapa mereka tidak dapat berolahraga tanpa memegang HP. Hal itu bukan saja merugikan mereka sendiri, tetapi juga orang lain yang ingin memakai alat yang sama. Lebih mengherankan, bukan anak muda saja yang terobsesi dengan HP, tetapi juga mereka yang tergolong tua.

Dalam ayat di atas, Rasul Paulus tidak menulis nasihat bukan hanya bagi orang muda atau mereka yang masih aktif bekerja. Ia berbicara kepada seluruh umat percaya, tanpa pengecualian usia. “Perhatikanlah dengan saksama bagaimana kamu hidup,” katanya. Artinya, hidup tidak boleh dijalani secara otomatis, apalagi pasif atau pasrah. Ada panggilan untuk kesadaran, kewaspadaan, dan pilihan yang disengaja dalam menggunakan waktu.

Renungan hari ini berfokus pada hidup di hari tua, sekalipun berguna juga untuk mereka yang masih muda.

Usia lanjut sering dipandang sebagai masa untuk melambat, beristirahat, dan “menjalani hari apa adanya.” Tubuh memang tidak lagi sekuat dahulu, dan ruang aktivitas fisik menjadi terbatas. Namun firman Tuhan mengingatkan bahwa hidup Kristen tidak pernah diukur terutama dari kekuatan tubuh, melainkan dari kebijaksanaan dalam menggunakan waktu.

Kebosanan yang sering dialami di usia lanjut bukan sekadar persoalan kurangnya kegiatan, tetapi kerap berakar pada pikiran yang tidak lagi diarahkan pada makna. Ketika tanggung jawab besar telah selesai, ada godaan untuk membiarkan waktu berlalu tanpa tujuan rohani maupun intelektual.

Hari-hari bisa diisi dengan rutinitas yang aman, tetapi tidak menumbuhkan. Inilah yang secara halus dapat menjadikan seseorang “bebal” bukan karena kurang cerdas, melainkan karena berhenti menggunakan hikmat. Orang yang sedemikian mungkin secara bercanda disebut sebagai “pengacara” yang berarti “pengangguran banyak acara”.

Paulus mengontraskan hidup orang bebal dengan hidup orang arif. Orang arif bukanlah orang yang sibuk tanpa henti, tetapi orang yang menebus waktu (redeeming the time). Kata “menebus” (atau “membeli”) menyiratkan tindakan aktif untuk menyelamatkan waktu dari kesia-siaan.

Kisah Maria dan Marta dalam Alkitab, yang sering direnungkan terkait dengan “menebus waktu” atau memprioritaskan hal-hal yang penting, mengajarkan tentang  prioritas antara pelayanan aktif (Marta) dan waktu bersekutu secara pribadi dengan Tuhan (Maria).  Cerita ini terdapat dalam Injil Lukas 10:38-42.

Ketika Yesus mengunjungi rumah mereka di Betania, kedua saudari yang masih muda ini menunjukkan sikap yang berbeda: 

  • Marta sibuk sekali mempersiapkan dan melayani segala sesuatu untuk menjamu Yesus dan murid-murid-Nya. Ia merasa terbebani dengan pekerjaannya dan mengeluh kepada Yesus karena Maria tidak membantunya.
  • Maria memilih untuk duduk diam dekat kaki Tuhan Yesus dan terus mendengarkan pengajaran-Nya, menyingkirkan kesibukan lain untuk fokus pada hadirat Yesus. 

Respons Yesus terhadap keluhan Marta memberikan pelajaran kunci mengenai prioritas hidup dan penggunaan waktu bagi semua orang, tua dan muda:

“Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.” (Lukas 10:41-42).

Menebus waktu dengan demikian berarti menyadari bahwa setiap hari adalah anugerah yang bernilai, bahkan—atau justru—ketika hari-hari terasa sunyi dan sederhana. Waktu ditebus ketika pikiran tetap dipakai untuk merenung, belajar, berdoa, dan memahami kehendak Tuhan dengan lebih dalam.

Di usia senja, kesempatan untuk berpikir jernih dan reflektif sering kali justru lebih besar. Tidak lagi dikejar ambisi, pikiran dapat diarahkan pada hal-hal yang kekal: kebenaran firman, hikmat hidup, dan warisan iman bagi generasi berikutnya. Ketika pikiran dibiarkan menganggur, kebosanan mudah masuk. Tetapi ketika pikiran diarahkan kepada Tuhan, waktu yang tampaknya kosong berubah menjadi ladang pertumbuhan rohani.

Pada saat ini hari Natal dan kesibukan dalam keluarga, gereja, dan masyarakat sudah lewat, tetapi rasa capai mungkin masih terasa. Natal, bagi banyak orang, adalah masa sibuk. Firman Tuhan pagi ini tidak memanggil kita sekadar untuk sibuk mengisi waktu, melainkan untuk menggunakannya dengan arif. Kita harus sadar bahwa seperti Marta, semua kesibukan yang kita maksudkan untuk Tuhan, belum tentu membawa kebaikan untuk kita atau memuliakan Tuhan.

Selama Tuhan masih memberi napas, Dia masih memberi panggilan untuk hidup dengan sadar, bertanggung jawab, dan bermakna. Bagi kita yang masih muda, penggunaan waktu secara bijaksana menentukan masa depan kita secara jasmani dan rohani. Bagi kita yang sudah tua, usia lanjut bukan masa penurunan rohani, melainkan kesempatan untuk menebus waktu dengan hikmat yang telah ditempa sepanjang hidup.

Doa Penutup:

Tuhan, ajar kami memperhatikan bagaimana kami hidup, di setiap musim kehidupan. Tolong kami menebus waktu yang Kau berikan, bukan dengan kesibukan kosong, tetapi dengan hikmat, iman, dan kerinduan untuk terus bertumbuh di dalam-Mu. Amin.

Tinggalkan komentar