“Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?” Matius 6: 27
Australia adalah benua yang sebagian besar terdiri dari padang gurun. Luas total daratan Australia 4 kali luas daratan Indonesia tapi pendudukknya hanya sepersepuluh penduduk Indonesia. Iklim gurun menyebabkan banyak daerah sering mengalami kekeringan karena hujan yang tidak kunjung datang. Walaupun demikian, daerah itu jugalah yang sering kebanjiran jika akhirnya hujan turun.
Para petani dan peternak sapi dan domba adalah orang-orang yang harus tabah. Dalam iklim yang tidak menentu mereka hanya bisa memikirkan apa yang bisa dilakukan saat ini dan berharap agar mereka lebih beruntung di masa mendatang, karena baik musim kering yang berkepanjangan atau curah hujan yang terlalu tinggi bisa menyebabkan kematian tanaman dan ternak. Mereka tahu bahwa kekhawatiran itu tidak ada gunanya dan karena itu tetap bekerja seperti biasa dalam keadaan apapun.
Hidup manusia mungkin bisa dibayangkan sebagai hidup para petani yang bergantung pada curah hujan. Adakalanya manusia dalam hidup ini menantikan datangnya pasangan hidup, pekerjaan dan berbagai kebutuhan yang lain. Seringkali penantian itu berlangsung lama sekali dan karena itu rasa khawatir pun mulai muncul. Akankah aku mendapatkannya?
Mereka yang akhirnya mendapatkan apa yang diinginkan mungkin merasa lega. Rasa gembira muncul sesaat, namun apa yang diperoleh sering tidak seperti yang diharapkan. Rasa khawatir mula-mula muncul karena tidak adanya sesuatu, berubah menjadi rasa khawatir lain setelah datangnya sesuatu yang semula diharapkan. Hidup manusia dengan demikian tidak dapat mengalami kedamaian. Mengapa manusia selalu cenderung khawatir?
Kekhawatiran menunjuk kepada kelemahan manusia yang tidak berkuasa atas masa depannya. Seandainya manusia bisa mengatasi semua persoalan hidup, kekhawatiran tidak akan muncul. Dengan demikian, bagi orang beriman adanya kekhawatiran di dunia hanya membuktikan bahwa semua manusia bergantung kepada kemurahan Tuhan semata. Karena itu, untuk orang yang percaya kepada Tuhan, kekhawatiran sebenarnya tidak ada gunanya dan hanya memperlemah semangat hidup mereka.
Jika kekhawatiran itu harus dihindari, “kepikiran” itu lumrah. Kita sebagai manusia harus bisa memikirkan apa yang bisa terjadi dan mengambil tindakan dan keputusan. Sebagai manusia kita tahu bahwa tiap hari ada persoalan yang harus kita hadapi (Matius 6: 34). Hidup tanpa menyadari adanya berbagai kemungkinan, resiko dan bahaya adalah hidup dalam alam mimpi. Tetapi, sebagai anak-anak Tuhan kita bisa menyerahkan segala persoalan kita kepadaNya.
“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” Filipi 4: 6