“Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas!” Wahyu 3: 15
Tiap tahun di Australia, ratusan orang terkena penyakit pneumonia (radang paru-paru) gara-gara infeksi bakteri legionella yang sering ditemukan berkembang biak dalam air stagnan yang suam-suam kuku. Mereka yang fisiknya lemah bisa tewas karena penyakit ini. Karena itu, pemerintah menganjurkan agar air panas dari keran mempunyai temperatur setidaknya 60 derajat Celcius untuk mematikan bakteria yang mungkin berkembang biak disitu. Air keran yang suam-suam kuku sebaiknya tidak diminum tetapi air yang dingin boleh diminum langsung dari keran.
Ayat Alkitab yang menyebutkan soal air dingin, air panas dan air suam-suam kuku hanyalah ada dalam kitab Wahyu. Sungguh mengherankan bahwa pada saat kitab itu ditulis, Tuhan memperingatkan jemaat Kristen di Laodikia tentang kemiripan hidup mereka dengan air yang suam-suam kuku, yang tidak enak untuk diminum. Air yang tidak bisa menyegarkan atau menghangatkan tubuh, dan hanya bisa membawa rasa mual kepada orang yang meminumnya. Air serupa pada zaman ini diketahui sebagai air yang mungkin mengandung bakteria yang bisa mengganggu kesehatan dan bahkan menyebabkan kematian.
Mengapa Tuhan menegur jemaat di Laodikia secara tajam seperti itu? Apakah kekurangan mereka? Jemaat di Laodikia sebenarnya jemaat yang tidak berkekurangan dari segi materi. Mereka adalah orang-orang yang sukses (Wahyu 3: 17). Tetapi, dalam kekayaan dan kesuksesan mereka, jemaat ini belum berhasil untuk hidup benar. Hidup iman mereka mengalami stagnasi. Bagai sebuah barang, mereka hanya tampak indah dari bungkusnya, tetapi busuk isinya!
Di zaman modern ini orang Kristen yang pasif, stagnan dan suam-suam kuku mungkin jauh lebih banyak persentasenya jika dibandingkan dengan zaman dulu. Apalagi, dengan kemajuan ekonomi sebuah bangsa atau kemakmuran manusia, kenyamanan materi mungkin lebih disukai daripada pertumbuhan rohani. Banyak orang Kristen yang lebih tertarik pada soal memperoleh berkat Tuhan daripada berusaha hidup menurut perintahNya. Mereka itu tidak menyadari bahwa orang yang benar-benar beriman tidak hanya sekedar ikut-ikutan tetapi harus giat memuliakan nama Tuhan.
Bagi mereka, pergi ke gereja setiap minggu sudah dirasa sebagai tugas yang sudah dilaksanakan dengan baik. Diluar gereja, hidup mereka tidak ada bedanya dengan orang lain: hidup untuk kenikmatan duniawi, tidak peduli akan orang lain dan sibuk menambah harta. Mereka yang hanya mengenal Tuhan dari cerita orang lain, tetapi tidak punya pengalaman pribadi dengan Tuhan. Celakanya, mereka tidak sadar bahwa di hadapan Tuhan mereka adalah orang-orang yang melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang. Mereka mungkin belum benar-benar bertobat!
Pagi ini kita harus meneliti hidup kita. Apakah kita orang yang mengaku Kristen hanya karena pergi ke gereja atau pernah mendengar kisah tentang Yesus? Ataukah kita adalah orang yang benar-benar mau mempelajari firmanNya, menjalankan perintahNya, dan mengenal Kristus secara pribadi? Hanya kita yang bisa menjawabnya jika kita mendengar suara ketukanTuhan dalam hati kita.
“Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.” Wahyu 3: 20