“Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.” 1Korintus 13: 11
Masa kanak-kanak mungkin adalah masa dimana kita bebas bermain dengan teman, masa dimana kita tidak perlu memikirkan susahnya mencari rezeki. Walaupun demikian, masa kanak-kanak agaknya bisa merupakan masa dimana kita terikat pada perintah orang lain yang lebih tua. Teringat bahwa sewaktu kecil saya ingin cepat menjadi dewasa, tetapi setelah mencapai usia tua saya ingin kembali menikmati hidup seperti kanak-kanak yang gembira. Saya ingin menjadi dewasa karena membayangkan hak orang dewasa, tapi saya terkadang ingin kembali menjadi kanak-kanak karena ingin untuk sesekali bebas dari kewajiban orang dewasa.
Apa salahnya kalau kita menjadi seperti kanak-kanak? Bukankah Yesus berkata bahwa orang yang seperti kanak-kanaklah yang bisa masuk ke surga?
“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” Matius 18: 3
Sudah tentu Yesus tidak bermaksud bahwa kita harus bertingkah laku seperti anak kecil. Apa yang dimaksudkan oleh Yesus adalah sifat anak kecil yang tulus dan mempercayai orang tuanya. Kita harus percaya kepada Tuhan untuk bisa digolongkan sebagai anak-anak Tuhan.
Sebagai anak-anak Tuhan, pertumbuhan hidup rohani terjadi pada tiga masa: masa lalu, masa sekarang, dan masa datang. Di masa lalu, sewaktu kita baru mengalami perjumpaan dengan Kristus dan mengakui bahwa Ia adalah Juruselamat kita, kita mengalami pertumbuhan yang ajaib. Dari manusia yang mati secara rohani, kita mengalami kebangkitan karena penebusan Yesus.
Dalam hidup orang Kristen, pertumbuhan iman sesudah menjadi pengikut Kristus dimungkinkan oleh kasih karunia Tuhan. Roh Kudus sudah diberikan kepada setiap orang percaya untuk bisa membimbing pertumbuhan kedewasaan rohani kita. Tetapi, tanpa adanya kesediaan dan kemauan untuk mempersilahkan Roh Kudus memimpin hidup kita, kita tidak dapat tumbuh dalam iman; dan dengan demikian kita tidak bisa menjadi dewasa secara rohani.
Mereka yang belum dewasa secara rohani akan berkata-kata seperti kanak-kanak, akan merasa seperti kanak-kanak, dan berpikir seperti kanak-kanak. Mereka bukanlah contoh orang Kristen yang baik, karena dengan sifat dan pengertian yang “kekanak-kanakan” yang ada, mereka mudah terombang-ambing dalam hidup di dunia.
Tahun demi tahun berlalu, mereka yang sudah menjadi anak-anak Tuhan seharusnya sudah bertumbuh dalam iman. Hidup mereka yang dulunya masih berbau dunia, perlahan-lahan menjadi makin menyerupai Kristus.
“Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa.” 2 Korintus 2: 15
Dalam kenyataannya, tidak semua anak Tuhan mempunyai kemauan untuk bertumbuh. Banyak orang Kristen yang pada saat ini cara hidup dan rohaninya tidak berubah banyak dari keadaan di masa lalu, sewaktu mereka baru mengaku percaya kepada Kristus. Mereka mungkin tidak sadar bahwa itu bukanlah yang dikehendaki Tuhan. Pengurbanan Kristus yang berbau harum di hadapan Allah adalah terlalu mahal untuk disia-siakan.
Pertumbuhan rohani kita tidak akan berhenti selama kita hidup di dunia. Mempelajari firman Tuhan dan melaksanakannya adalah salah satu kewajiban bagi anak-anak Tuhan untuk bisa tumbuh menjadi dewasa. Kedewasaan dan kesempurnaan yang penuh hanya bisa dicapai setelah kita ada di surga, tetapi selama kita hidup di dunia haruslah kita selalu bertumbuh dalam iman hingga kita makin sempurna sampai saatnya Tuhan memanggil kita.
“Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” Matius 5: 48
Dlm hal iman dan pertumbuhannya, Once evangelized, the rest of our life must be taught unceasingly.. gitu sih istilahnya, klau saya.
SukaDisukai oleh 1 orang