“Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.” Matius 7: 26 – 27
Sejak beberapa hari yang lalu, beberapa daerah di negara bagian Queensland mengalami hujan lebat dan angin kencang yang disebabkan oleh topan tropis, Tropical Cyclone Owen, yang hampir saja mendarat dengan telak. Sekalipun topan ini kemudian berubah menjadi angin kencang saja, hujan yang turun dengan deras membuat beberapa daerah menjadi banjir.
Bulan Desember dan Januari di utara Australia memang biasanya bulan dimana hujan lebat dan topan sering terjadi, karena itu mereka yang ingin berekreasi dengan mobil ke daerah itu, menghindari bulan-bulan itu. Mereka yang memang tinggal di daerah itu sudah terbiasa dengan keadaan cuaca, tetapi harus tetap selalu bersiap sedia untuk menghadapi topan yang sering muncul. Mereka yang rumahnya berpotensial untuk kebanjiran, haruslah berusaha untuk memperbaki saluran air hujan; begitu juga rumah yang rumahnya kurang stabil, haruslah berusaha memperkuat struktur rumahnya agar tidak roboh jika angin kencang datang.
Dalam Matius 7: 24 – 27, Tuhan Yesus memberi perumpamaan tentang orang bijaksana yang membangun rumahnya diatas batu dan orang yang bodoh yang mendirikan rumahnya diatas pasir. Rumah orang yang bijaksanalah yang bisa bertahan ketika hujan dan banjir datang. Mereka yang bijaksana adalah orang yang mendengarkan firman Tuhan dan melaksanakannya, sehingga ketika badai kehidupan datang mereka tetap teguh dalam iman.
Dalam kenyataannya, badai kehidupan dialami setiap orang. Badai itu juga tidak hanya muncul sekali saja, tetapi bisa terjadi berulang kali. Menjadi umat percaya, bukanlah berarti bahwa kita akan bebas dari persoalan. Persoalan hidup bisa muncul karena Tuhan ingin mendidik anak-anakNya (Ibrani 12: 5 – 10).
Mereka yang sudah merasa yakin bahwa rumah mereka berdiri diatas batu, seringkali harus menghadapi badai-badai yang besar. Karena itu datangnya berbagai badai kehidupan bisa membuat mereka menjadi was-was, dan bahkan merasa tertekan dan sedih. Mengapa Tuhan membiarkan badai kehidupan menghantam kita?
Apa yang terjadi pada waktu badai datang? Rumah orang akan diombang-ambingkan oleh kekuatan angin, dan kerusakan mungkin terjadi di beberapa bagian rumah, sekalipun rumah itu berdiri diatas batu. Mereka yang bijaksana akan bisa bersikap positif dan menerima badai sebagai kenyataan hidup yang harus diterima, dan bahkan menggunakan kejadian itu sebagai kesempatan untuk menganalisa kelemahan yang ada, agar perbaikan bisa dilakukan.
Memang goncangan dan kerusakan akibat badai adalah hal yang bisa membawa duka, tetapi jika badai demi badai kita bisa lewati dengan bimbingan Tuhan, rasa damai dan keyakinan kita akan semakin besar di masa mendatang, sekalipun badai besar mendatangi.
“Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya. Sebab itu kuatkanlah tangan yang lemah dan lutut yang goyah; dan luruskanlah jalan bagi kakimu, sehingga yang pincang jangan terpelecok, tetapi menjadi sembuh.” Ibrani 12: 11 – 13