Boleh khawatir tapi jangan takut

“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” Filipi 4: 6

Dalam bahasa Indonesia, rasa khawatir mungkin bisa diganti dengan kata cemas atau takut. Tetapi sebenarnya arti ketiga kata itu berbeda. Orang memang sering menyebutkan rasa khawatir atau kuatir akan sesuatu hal, tetapi belum tentu merasa cemas atau takut. Dalam bahasa Inggris pun ada istilah “worry” yang sering dipakai dalam percakapan sehari-hari – yang menunjuk kepada adanya kemungkinan akan terjadinya sesuatu yang tidak diharapkan – tetapi ini belum sampai menjurus kearah rasa cemas. Orang juga sering mengatakan bahwa keadaan bisa membuat kita was-was tetapi tidak perlu membuat kita cemas. Concerned but not alarmed.

Jika dalam ayat diatas dikatakan bahwa sebagai pengikut Kristus kita seharusnya tidak kuatir tentang apapun juga, agaknya ini bukan sehubungan dengan kekuatiran yang secara normal muncul jika kita melihat adanya sesuatu atau keadaan yang kurang baik, tetapi yang masih bisa kita hindari. Misalnya, kita memilih untuk naik kereta MRT daripada memakai mobil sendiri karena kuatir akan jalan yang macet. Kekuatiran disini adalah kekuatiran yang positif karena membuat kita bisa mengambil keputusan yang bijaksana.

Kekuatiran yang tidak baik adalah kekuatiran yang negatif, yang membuat kita merasa tidak berdaya. Rasa cemas yang membuat tubuh kita menjadi lemah, dan rasa takut yang membuat kita lumpuh. Sebagai umat Tuhan , sebenarnya agak aneh jika kita bisa merasa cemas dan takut karena kita merasa tidak bisa melakukan hal apapun dan tidak ada orang lain yang bisa menolong kita. Itu karena kita seharusnya percaya bahwa Tuhan adalah mahakuasa dan maha kasih: Ia sanggup melakukan hal apapun dan bisa menolong siapapun, terutama umatNya.

Memang suatu masalah yang kita hadapi dalam kekuatiran adalah adanya kemungkinan bahwa kekuatiran yang kecil, perlahan-lahan bisa menjadi besar, menjadi rasa was-was dan rasa cemas, dan kemudian menjadi rasa takut. Dalam penantian akan pertolongan Tuhan, seringkali kita menjadi ragu dan bertanya-tanya apakah Ia akan menolong kita dan jika itu benar, kapan Ia akan menolong kita. Dalam hal ini, ayat diatas mengatakan bahwa kita harus menyatakan keinginan kita dalam doa dan dengan rasa syukur sekalipun Ia belum menjawab doa kita.

Apa perlunya berdoa dan bersyukur? Doa tidak dimaksudkan untuk mengubah rencana Tuhan. Doa kita tidak selalu dikabulkan Tuhan. Tetapi doa berguna untuk kita, karena dengan doa kita membina hubungan yang baik dengan Tuhan, yang mengingatkan kita bahwa Ia adalah mahakuasa, mahakasih dan mahabijaksana. Doa membuat kita bisa berserah kepada Tuhan, suatu pilihan yang jauh lebih baik daripada usaha untuk mencari jalan keluar menurut keinginan kita sendiri. Doa juga membuat kita belajar untuk mengerti apa yang dikehendaki Tuhan dalam hidup kita, sehingga kita lebih bisa bersabar menantikan pertolonganNya. Jika rasa kuatir bisa menjauhkan kita dari Tuhan, doa bisa menghilangkan rasa was-was dan rasa takut. Doa yang disertai dengan rasa syukur bisa membawa kedamaian bagi kita karena adanya kesadaran bahwa Tuhan itu baik. Doa mungkin tidak mengubah keadaan, tetapi doa bisa mengubah reaksi kita terhadap keadaan – doa bisa mengubah hidup kita karena Tuhan bisa memberi rasa damai sejahtera dalam hidup kita.

“Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” Filipi 4: 7

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s