“Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat.” Lukas 6: 35
Tuhan itu mahakasih dan kasihNya kepada umatNya tidaklah dapat diukur. Itu adalah apa yang diyakini setiap orang percaya, yang sudah merasakan betapa besar kasih Tuhan yang sudah mengurbankan AnakNya yang tunggal untuk menebus dosa mereka. Apakah Tuhan juga mengasihi mereka yang tidak percaya kepada Yesus? Pertanyaam ini mungkin mudah dijawab jika Yesus datang ke dunia hanya untuk menyelamatkan orang tertentu. Adanya orang yang yang tidak percaya dan yang tidak akan menerima keselamatan mungkin bisa ditafsirkan sebagai kebencian Tuhan kepada mereka.
Jika Tuhan memang membenci orang-orang tertentu, umat Kristen mungkin dengan mudah bisa meniru Dia – mengasihi orang tertentu dan membenci yang lain. Lalu bagaimana dengan perintah Yesus agar kita mengasihi sesama kita seperti kita mengasihi diri kita sendiri? Apakah sesama kita adalah orang yang seiman, orang yang segolongan dan orang yang baik kepada kita? Ayat diatas dan ayat-ayat sebelumnya menunjukkan bahwa orang Kristen bukan hanya harus mengasihi orang yang baik kepada kita, tetapi juga musuh-musuh kita. Itu karena Tuhan baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat. Tuhan yang mahakasih ternyata adalah Tuhan yang mengasihi semua orang tanpa perkecualian. Tuhan yang mahakasih adalah Tuhan yang bukan hanya mengasihi mereka yang mengasihiNya. Tuhan yang mahakasih adalah Tuhan yang memelihara semua orang dan memberi kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan menjadi pengikutNya.
Jika Tuhan adalah mahakasih, sebagai manusia kita mempunyai keterbatasan. Tidak mudah bagi kita untuk meniru Dia. Bagaimanapun kita berusaha mengasihi sesama kita, tidaklah mudah bagi kita untuk melupakan bahwa ada orang-orang tertentu yang kelihatannya tidak pantas untuk menerima kasih kita. Jika kita dengan mudah mau mendoakan orang yang seiman atau yang mereka yang sudah berbuat baik kepada kita, perasaan segan ada dalam hati kita untuk mengharapkan apa yang baik bagi mereka yang kita anggap jahat. Dalam hidup sehari-hari, mungkin sulit bagi kita untuk melupakan mereka yang pernah berlaku semena-mena dan menjahati kita, tetapi tidaklah sukar untuk melupakan mereka dalam doa kita. Bukankah mereka bukan anak Tuhan?
Apa yang kita pikirkan tidaklah sama dengan apa yang Tuhan pikirkan. Jika kita tidak bisa mengasihi orang-orang tertentu, kita akan heran membaca dalam Alkitab bahwa Yesus mengunjungi orang-orang yang dianggap parasit masyarakat dan bahkan makan bersama mereka.
Pada waktu ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi melihat, bahwa Ia makan dengan pemungut cukai dan orang berdosa itu, berkatalah mereka kepada murid-murid-Nya: “Mengapa Ia makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” Markus 2: 16
Pagi ini Tuhan mungkin mendengar keluhan kita bahwa Ia seolah kurang mau membedakan mereka yang sudah menjadi pengikutNya dengan mereka yang belum mengenalNya atau mereka yang membenciNya. Mengapa Tuhan seolah tidak peduli akan kejahatan yang mereka lakukan? Mereka bukan umat Tuhan! Tidak layakkah kita mengasihi mereka yang mengasihi Tuhan dan membenci mereka yang bukan umatNya? Tidak bolehkah kita membenci mereka yang berbuat jahat kepada kita?
Yesus tahu apa yang kita rasakan dan berkata: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.” Semua orang, termasuk kita, adalah orang berdosa patut menerima kebinasaan. Tetapi Tuhan sudah menebus dosa kita dengan darah Yesus. Ia yang mengasihi semua manusia, ingin agar banyak orang mau mengikut Dia ketika mereka melihat betapa besar kasih Tuhan yang memancar dari dalam hidup kita.