Hidup ini bukan fantasi

“Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.” Yohanes 14: 27

Pagi ini saya membaca di surat kabar bahwa ada banyak anak muda yang sekarang mempunyai kecanduan baru. Bukan narkoba, tetapi video game. Mereka yang kecanduan video game banyak yang kemudian menjadi “manusia aneh” yang lupa segalanya. WHO (World Health Organization) yaitu Organisasi Kesehatan Dunia dari PBB secara resmi sudah mengkategorikan kecanduan ini sebagai kelainan jiwa yang mungkin membutuhkan perawatan psikologi intensif. Dunia ini nampaknya makin gila saja, dengan majunya teknologi manusia sekarang mempunyai berbagai sarana untuk merusak diri sendiri, merusak hidup orang lain, dan juga menghancurkan generasi mendatang.

Mereka yang sudah menjadi orangtua, seringkali merasa masygul melihat keadaan zaman ini. Untuk membesarkan anak ongkosnya tidak kecil. Belum lagi segala tenaga dan perhatian yang harus dicurahkan untuk bisa mendidik anak-anak mereka supaya menjadi orang yang baik dan berguna. Tetapi, seringkali pengaruh dunia adalah sangat besar dan mereka yang kurang beruntung kemudian bisa terseret arus. Tidak hanya anak-anak, orang dewasa dan bahkan orangtua sendiri bisa jatuh kedalam perangkap iblis. Dalam hal ini, mereka yang tidak mengenal Kristus mudah untuk berjalan di jalan yang gelap, dimana kenikmatan dan kenyamanan duniawi membuat mereka seolah hidup dalam dunia fantasi.

Hidup di dunia ini sebenarnya penuh tantangan dan setiap orang mempunyai tanggung-jawab pribadi untuk menggunakan hidupnya dengan sebaik-baiknya. Apalagi, untuk orang Kristen hidup adalah untuk memuliakan Tuhan yang mahakuasa, dan bukan untuk mencari kepuasan pribadi. Dengan demikian, hidup yang bukan fantasi adalah hidup yang seringkali mengandung resiko, ancaman, rintangan, kegagalan, dan hal-hal lain yang tidak menyenangkan. Itu tidak mengherankan karena dunia ini adalah dunia yang sudah jatuh ke dalam dosa (Kejadian 3: 17 – 19).  Yang justru aneh ialah jika orang ingin melarikan diri dari kenyataan dan tidak mau lagi untuk berjuang dalam hidup. Tidak hanya diri sendiri yang dirugikan, tetapi juga keluarga, gereja, masyarakat dan negara.

Memang, dalam menghadapi segala kesulitan hidup ini kita mudah menjadi takut. Kita sering gelisah dan gentar karena masa depan yang tidak menentu. Keadaan sosial, ekonomi, lingkungan dan hukum yang kita alami dalam hidup ini juga sering membuat kita menjadi kecil hati. Apa lagi yang bisa kita lakukan? Murid-murid Yesus mungkin merasakan hal yang serupa ketika mereka ditinggalkan Yesus. Tetapi Yesus yang pernah menjadi manusia tahu bahwa jika manusia harus berjuang sendirian, mereka akan merasa lemah karena sumber kekuatan mereka bukanlah diri mereka sendiri. Manusia memang sering tidak tahu bahwa sumber kehidupan mereka adalah Tuhan, dan kesadaran akan adanya Tuhan yang mahakasih akan memberi mereka kekuatan dan kedamaian.

Pagi ini, ayat diatas mengingatkan kita bahwa Yesus sudah berjanji kepada murid-muridNya – dan itu termasuk kita – bahwa Ia akan memberikan damai sejahtera yang tidak serupa dengan apa yang ditawarkan dunia. Damai sejahtera yang ditawarkan oleh dunia adalah bersifat sementara, sedang apa yang diberikan Yesus adalah kekal. Apa yang nampak gampang, indah dan nikmat di dunia justru seringkali adalah fantasi yang membawa malapetaka, tetapi damai sejahtera dari Kristus adalah karuniaNya yang membuat kita sadar bahwa kepada Tuhan kita boleh menyerahkan hidup kita sepenuhnya. Tuhan yang tahu apa yang kita butuhkan, Ia jugalah yang akan memberi kita keberanian untuk menghadapi hidup ini dan menjadi umatNya yang berguna untuk kemuliaanNya.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s