Lalu Yesus berhenti dan memanggil mereka. Ia berkata: “Apa yang kamu kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Jawab mereka: “Tuhan, supaya mata kami dapat melihat.” Maka tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan, lalu Ia menjamah mata mereka dan seketika itu juga mereka melihat lalu mengikuti Dia. Matius 20: 32 – 34

Australia seperti banyak negara lain, mengalami perubahan iklim yang tidak pernah dialami sebelumnya. Sudah beberapa tahun ini curah hujan menurun, dan bahkan terhenti sama sekali di beberapa daerah. Banyak orang yang menghubungkan perubahan ini dengan kegiatan manusia yang menyebabkan berbagai polusi udara, dan untuk itu manusia haruslah mau mengubah cara hidupnya. Tetapi masih banyak juga orang yang yakin bahwa semua ini adalah bagian dari siklus perubahan iklim dunia. Bagi mereka, musim kering yang berkepanjangan ini akan berakhir pada suatu saat, seperti apa yang pernah terjadi pada abad-abad yang silam. Selain itu, ada orang yang percaya bahwa semua yang terjadi adalah kehendak Tuhan, dan karena itu kita harus menerimanya. Siapakah yang bisa mempengaruhi Tuhan dan memaksaNya untuk berubah pikiran?
Hidup manusia mungkin bisa juga menghadapi kemarau yang panjang. Jika penderitaan datang silih berganti dan tidak kunjung hilang, perasaan gundah kita mungkin akan muncul. Apakah yang harus aku lakukan? Sebagian orang yang melihat kesulitan yang kita alami mungkin akan berkomentar bahwa “semua itu terjadi karena kesalahan yang diperbuatnya”. Walaupun demikian, ada juga orang yang berpendapat bahwa kesusahan dan kegembiraan adalah bagian hidup manusia. Mereka mungkin menasihati kita agar jangan berputus asa, karena semua yang pahit akan berlalu pada saatnya. Tetapi, ada juga orang-orang lain yang menasihati kita agar kita menerima semua itu sebagai kehendak Tuhan. Tuhah sudah menentukan segala yang terjadi di bumi dan di surga, baik hal yang baik maupun yang terlihat kurang baik. Tuhan yang mahakuasa tentunya tidak dapat kita bantah.
Dalam ayat di atas, diceritakan bahwa ketika Yesus dan murid-muridNya keluar dari Yerikho, orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. Ketika itu, dua orang buta yang duduk di pinggir jalan dan yang mendengar bahwa Yesus lewat, berseru memanggil Yesus memohon belas kasihanNya. Sebagai orang buta pada zaman itu hidup tentunya sangat berat. Mungkin, apa yang mereka bisa lakukan sehari-harinya adalah meminta-minta belas kasihan orang lain. Sebagai Anak Allah, Yesus tentu tahu apa yang dibutuhkan mereka, tetapi Ia tetap bertanya: “Apa yang kamu kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Atas pertanyaan Yesus, mereka menjawab: “Tuhan, supaya mata kami dapat melihat.”Permohonan yang menarik karena mereka tidak meminta uang atau benda lain, tetapi memohon kesembuhan. Kesembuhan ajaib tentu tidak dapat dilakukan oleh manusia biasa.
Pantaskah permohonan orang buta itu kepada Yesus, Anak Allah? Bukankah Tuhan tahu apa yang mereka butuhkan sebelum mereka memohonkannya? Tidakkah permohonan orang buta itu keterlaluan? Bahwa Tuhan yang sudah “membuat” mereka buta sekarang diminta untuk mencelikkan mata mereka? Kedua pertanyaan ini adalah pertanyaan yang sering dipikirkan oleh orang Kristen yang berada dalam penderitaan dan kesulitan hidup. Peperangan batin sering muncul antara keinginan untuk memohon dan keinginan untuk berserah.
Sebagian orang Kristen memang percaya bahwa Tuhan menentukan apa saja yang terjadi di dunia. Jika kurang dari itu, Tuhan bukanlah Tuhan yang mahakuasa, begitu pendapat mereka. Apa saja yang terjadi di dunia harus terjadi sesuai dengan rencanaNya, dan karena itu tidak ada “kejutan” bagi Tuhan. Pada pihak yang lain ada orang Kristen yang percaya bahwa karena dunia ini sudah jatuh dalam dosa, banyak hal yang jahat dan kejam yang terjadi; tetapi itu bukan karena perbuatan Tuhan. Tuhan yang mahatahu tidak akan “terkejut” atau “heran” melihat adanya penderitaan dan kejahatan di antara manusia, karena Ia yang mahakuasa tetap bisa menggenapi rencanaNya dalam keadaan apapun. Selain itu, Tuhan belum tentu menghendaki adanya penderitaan tertentu pada manusia, tetapi Ia selalu menghendaki manusia sepenuhnya menyadari kuasa dan kasihNya dalam setiap keadaan.
Bagaimana dengan kedua orang buta itu? Yesus bisa melihat bahwa orang buta itu menderita, tetapi juga tahu bahwa mereka percaya bahwa Ia bisa menolong mereka. Yesus tahu bahwa mereka percaya bahwa Ia adalah Tuhan yang mahakuasa dan mahakasih. Tuhan yang mahakuasa bisa berbuat apa saja yang diinginkanNya dan membiarkan apa saja untuk terjadi di dunia; tetapi Tuhan yang mahakasih adalah Tuhan yang mendengarkan permohonan manusia yang percaya. Maka tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan, lalu Ia menjamah mata mereka dan seketika itu juga mereka melihat lalu mengikuti Dia. Karena kuasa dan kasih Yesus, kedua orang buta itu menjadi celik secara jasmani dan rohani.
Pagi ini adakah penderitaan yang kita alami? Adakah hal-hal yang membebani kita sehingga kita merasa bahwa hidup ini hampa? Tuhan yang mahatahu tentu bisa melihat apa yang kita derita. Ia ingin agar kita memanggilNya, memohon pertolongan. Ia ingin agar kita menyadari bahwa Tuhan yang mahakuasa mempunyai rencana yang baik bagi setiap umatNya, dan itu bisa berarti bahwa apa yang kita alami sekarang, baik itu manis atau pahit, adalah bagian dari rencanaNya untuk hidup kita. Tetapi, kita juga harus sadar bahwa rencana Tuhan tidak dapat dihalangi oleh keterbatasan manusia dan dunia. Karena itu kita tetap bisa menyatakan keinginan kita dalam doa permohonan kita kepadaNya. Tidak ada seorang pun yang tahu apa yang direncanakan Tuhan dalam hidupnya, tetapi setiap orang harus sadar bahwa Tuhan adalah mahakasih, dan Ia bisa memakai berbagai cara untuk mewujudkan rencanaNya. Karena Ia mahakuasa dan mahakasih, kita bisa makin dekat kepadaNya dan tidak ragu untuk berdoa!