Apakah kekuatanku, sehingga aku sanggup bertahan, dan apakah masa depanku, sehingga aku harus bersabar? Apakah kekuatanku seperti kekuatan batu? Apakah tubuhku dari tembaga? Bukankah tidak ada lagi pertolongan bagiku, dan keselamatan jauh dari padaku? Ayub 6: 11-13

Dengan adanya pandemi COVID-19, masa depan berbagai negara menjadi suram. Bukan saja karena banyak rakyat yang sudah menjadi korban virus yang 20 kali lebih menular dari virus flu, tetapi karena juga karena keadaan ekonomi yang sudah menyebabkan jutaan orang yang kehilangan pekerjaan. Di Australia, diperkirakan ada 600 ribu orang yang sudah kehilangan pekerjaan dalam sebulan terakhir. Sekalipun wabah mulai teratasi dan rakyat mulai bisa melakukan perjalanan terbatas dalam negara bagian masing-masing, masih beberapa bulan lagi sebelum rakyat bisa bepergian dengan bebas dalam negeri. Itupun jika gelombang kedua serangan virus tidak terjadi. Keadaan yang seperti ini membuat banyak orang yang mengalami beban pikiran yang berat dan bahkan mengalami depresi karena masa depan yang tidak menentu.
Memang jika ada yang lebih bisa membuat orang gelisah, itu adalah masa depan yang suram. Masa depan yang suram membuat setiap orang menjadi masygul karena merasa bahwa tidak ada yang bisa diperbuatnya. Jika seluruh negara dan bahkan seluruh dunia mengalami pandemi dan resesi, itu terasa sebagai suatu hal yang terlalu besar untuk ditolak atau diperangi seorang manusia. Apakah kekuatanku, sehingga aku sanggup bertahan, dan apakah masa depanku, sehingga aku harus bersabar? Begitulah seruan Ayub yang menghadapi bencana hidupnya, dan mungkin juga seruan kita saat ini. Ini sulit dijawab karena kita yang tidak tahu apa yang terjadi esok hari, tentunya tidak tahu apa yang akan terjadi minggu depan, bulan depan atau tahun depan.
Kebimbangan akan masa depan juga terjadi karena kesadaran atas keterbatasan kita. Membayangkan perjuangan berat selama adanya pandemi dan bahkan setelah pandemi berlalu, bisa membuat kita kuatir. Dunia tidak akan kembali kepada keadaan sebelum pandemi, itu kata para pakar sosiologi. Hidup manusia akan berubah karena apa yang sudah terjadi akan mengubah cara berpikir mereka. Apalagi jika vaksin untuk melawan virus ini tidak bisa ditemukan untuk waktu yang lama. Dalam keadaan seperti ini kita mungkin menjerit seperti Ayub: “Apakah kekuatanku seperti kekuatan batu? Apakah tubuhku dari tembaga? Bukankah tidak ada lagi pertolongan bagiku, dan keselamatan jauh dari padaku?”
Jika orang yang tidak mengenal Tuhan menjadi masygul karena tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, dan juga karena tidak tahu apakah ia akan sanggup untuk mengatasi tantangan hidupnya, orang yang percaya kepada Tuhan tentunya bisa mempunyai reaksi yang lain. Mereka yang percaya bahwa Tuhan memberikan upahNya untuk mereka yang memiliki hidup suci dan rajin beramal ibadah, selalu berharap bahwa Tuhan akan memberikan apa yang baik di masa depan. Tetapi, dalam keadaan yang tidak menentu ini, orang yang sedemikian tidak bisa merasa yakin apakah mereka akan dapat menjalani hidup yang sesuai dengan perintah Tuhan dan beramal ibadah. Bagaimana jika hidup di dunia ini menjadi sangat berat? Mungkinkan aku tetap sanggup untuk hidup saleh dan memperoleh belas kasihan Tuhan dan kemudian menerima keselamatan di surga? Untuk menghilangkan rasa kuatir mereka, mereka mungkin berpegang kepada kepercayaan bahwa jika mereka menjadi korban bencana di dunia, mereka akan bisa langsung menuju surga. Suatu bentuk fatalisme yang terselubung.
Dibandingkan dengan orang yang beragama lain, orang Kristen mempunyai pandangan yang berbeda. Mereka percaya bahwa penderitaan apa pun tidak dapat memisahkan mereka dari kasih Kristus. Kristus sudah menebus mereka di kayu salib, karena itu mereka sudah menerima anugerah keselamatan sekarang juga. Mereka tidak perlu membeli keselamatan melalui kurban dan amal ibadah. Mereka tidak bisa membeli kasih Tuhan dengan berbuat baik. Masa depan sesudah menyelesaikan hidup di dunia tidak perlu dipikirkan sekalipun keadaan di dunia ini menjadi sangat berat, itu karena keselamatan jiwa mereka sudah terjamin. Lalu bagaimana dengan masa depan di dunia, selagi mereka masih hidup? Ini bukanlah hal yang sulit dipecahkan. Tuhan yang sanggup memberi anugerah yang terbesar, yaitu anugerah keselamatan, adalah Tuhan yang mahakuasa yang pasti sanggup mengatasi segala sesuatu yang terjadi di dunia dan memberikan apa yang baik yang sesuai dengan kehendakNya. Sekalipun kita lemah secara jasmani, Tuhanlah yang sanggup menguatkan kita dan menolong kita. Tetaplah bertahan dan bersabar untuk pertolonganNya!