Perpisahan yang membawa sukacita

“Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke sorga. Mereka sujud menyembah kepada-Nya, lalu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita. Mereka senantiasa berada di dalam Bait Allah dan memuliakan Allah.” Lukas 24: 51-53

Pernahkah anda mengalami saat perpisahan dengan seorang teman baik atau kerabat? Bagaimana perasaan anda ketika harus mengatakan “selamat jalan” atau “goodbye” untuk perpisahan yang cukup lama? Tergantung pada situasi dan kondisi, perpisahan dengan orang yang akrab bisa menimbulkan rasa sedih, cemas, atau rasa kosong sekalipun itu untuk tujuan baik. Bagaimana tidak? Mereka yang dekat dengan kita adalah orang-orang yang merupakan bagian kehidupan kita. Dengan kepergian mereka, sebagian hidup kita terasa ikut hilang.

Teringat ketika saya harus meninggalkan keluarga pada tahun 1980an ketika saya berangkat ke luar negeri untuk melanjutkan studi. Rasa sedih dengan demikian tentunya ada dalam hati mereka dan hati saya juga. Walaupun demikian, kesedihan kami tidaklah terasa terlalu berat. Mengapa demikian? Bagi orangtua dan sanak, perpisahan  bisa diterima karena mereka berharap agar saya bisa mempunyai masa depan yang lebih cerah. Bagaimana dengan saya sendiri? Selain berharap untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, pikiran saya terbuai oleh bayangan tentang hidup di luar negeri. Tidakkah saya kuatir akan sulitnya untuk berkomunikasi dengan mereka? Tidak! Walaupun waktu itu belum ada internet, saya tahu bahwa mereka akan rajin membalas surat-surat saya.

Ayat di atas menggambarkan saat dimana Yesus akan meninggalkan murid-muridNya. Dalam keadaan biasa, perpisahan seperti itu tentunya membawa kesedihan yang luar biasa. Yesus tidak akan dapat mereka jumpai sesudah itu! Tetapi, apa yang terjadi justru sebaliknya. Ketika Yesus sudah terangkat ke sorga; para murid pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita. Mengapa demikian? Yesus pernah berkata bahwa Ia pergi ke surga untuk menyediakan tempat bagi murid-muridNya. Pada saatnya, Ia akan datang kembali dan membawa mereka ke surga. Tuhan Yesus juga berkata bahwa di rumah BapaNya ada banyak tempat tinggal. Dengan demikian, murid-murid Yesus tidak berduka cita karena Yesus meninggalkan mereka, sekalipun mereka tahu bahwa hidup di dunia akan penuh dengan tantangan dan marabahaya.

Memang seringkali perpisahan harus terjadi demi tercapainya suatu rencana yang baik. Perpisahan belum tentu untuk selamanya, dan perpisahan tidaklah harus bersifat total. Dalam hal ini, Yesus sudah menjanjikan masa depan yang baik bagi setiap umatNya dan juga datangnya seorang Penolong yaitu Roh Kudus. Dengan demikian, pikiran para murid bisa diisi dengan rasa sukacita karena kenaikan Yesus ke surga adalah bukti bahwa Ia yang sudah mengalahkan maut adalah Tuhan yang mahakasih yang mau memberikan masa depan yang baik untuk umatNya. Yesus tidak akan memutus komunikasi dengan umatNya yang masih di dunia karena melalui RohNya, Ia tetap bisa membimbing mereka ke arah kebenaran sampai saatnya dimana mereka dapat berjumpa lagi  dengan Dia muka dengan muka.

Saat ini, adakah perasaan sedih dalam hati anda bahwa Tuhan adalah jauh di sana? Tidak dapatkah anda merasakan sukacita bahwa Yesus tidak lagi ada di bumi? Ia yang sudah naik ke surga adalah Tuhan yang tidak pernah meninggalkan kita. Dengan naiknya Yesus ke surga, Ia justru membuat mata melihat kuasa dan kasihNya. Ia sudah mempersiapkan tempat bagi kita di surga, dan Ia juga yang menguatkan dan membimbing kita selagi masih hidup di dunia. Yesus tidak meninggalkan kita, karena RohNya ada dalam hidup kita. Sekalipun hidup kita saat ini penuh dengan tantangan, pada akhirnya iman kita akan memperoleh sukacita karena kita akan menerima mahkota kehidupan dariNya.

“Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.” Yakobus 1: 12

Tinggalkan komentar