“Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.” Galatia 5: 13

Hari ini, negara bagian Victoria di Australia seharusnya bisa mendapat tambahan pelonggaran dari PSBB. Tetapi, karena adanya peningkatan jumlah penduduk yang menerima hasil positif dari tes virus corona pada minggu yang lalu, peraturan social distancing mulai diketatkan kembali. Ada dugaan bahwa peningkatan hasil positif itu disebabkan karena banyaknya orang yang melakukan interaksi sosial tanpa memperhatikan peraturan pemerintah untuk berwaspada. Hal ini tentu saja membuat pemerintah setempat menjadi kalang-kabut karena sebelumnya sudah merencanakan berbagai kegiatan untuk menghidupkan kembali aktivitas perekonomian negara serta kegiatan bermasyarakat.
Memang agaknya setelah mengalami lockdown cukup lama, bisa dimengerti bahwa rakyat ingin untuk memperoleh kemerdekaan mereka kembali. Pernah saya tulis bahwa kemerdekaan atau kebebasan (freedom) adalah sesuatu yang didambakan setiap manusia. Menurut presiden Amerika yang bernama Franklin D. Roosevelt ada empat macam kebebasan yang seharusnya bisa dinikmati oleh orang di seluruh dunia:
- Kebebasan untuk menyatakan pendapat
- Kebebasan untuk beragama
- Kebebasan dari kebutuhan
- Kebebasan dari ketakutan
Apa yang diusulkan oleh presiden Roosevelt pada tahun 1941 itu adalah baik jika dipandang dari hak azasi manusia, dan karena itu disetujui oleh berbagai negara. Walaupun demikian, di zaman sekarang kebebasan sedemikian sering disalahartikan atau disalahgunakan. Dalam keadaan dunia di saat ini, kita bisa melihat bahwa di banyak negara ada manusia-manusia yang ingin merdeka untuk berbuat apa saja untuk memenuhi keinginan mereka. Sayang sekali bahwa untuk mencapai hal itu, mereka juga ingin merdeka dari rasa takut kepada yang berwenang atau hukum. Lebih-lebih lagi, mereka yang ingin merdeka seringkali tidak peduli akan keadaan dan kebutuhan orang lain. Kemerdekaan manusia seringkali mendorong manusia untuk berbuat dosa dan untuk tidak mengasihi sesamanya.
Bagi mereka yang tidak mengenal Tuhan, kebebasan untuk melakukan segala sesuatu menurut kata hati mereka adalah sesuatu yang dipandang sangat berharga. Mereka yakin bahwa setiap manusia mempunyai hak untuk menentukan masa depannya. Mereka mencemooh orang-orang yang taat kepada firman Tuhan karena bagi mereka orang-orang itu diperbudak oleh Tuhan. Bagi mereka, orang-orang beriman adalah orang-orang bodoh yang tidak menghargai kehendak bebas yang seharusnya dipakai oleh setiap manusia untuk memilih apa saja yang dikehendakinya.
Dunia mungkin memandang orang yang beriman sebagai orang yang malang, yang tidak merdeka dalam hidupnya. Mereka terlihat membosankan karena dalam hidup mereka selalu mempertimbangkan firman Tuhan dan kebutuhan orang lain. Karena itu, jika firman Tuhan melarang, orang yang sedemikian tidak berusaha mencari kesempatan untuk mencari jalan pintas. Apa yang tidak disadari manusia yang ingin bebas dari Tuhan adalah kenyataan bahwa pemerintah adalah wakil Tuhan di dunia untuk melaksanakan kehendak Tuhan dan membawa rakyatnya kepada pengenalan akan Tuhan yang mahakasih.
Pagi ini, ketika kita bangun, kita bisa melihat bahwa matahari menyinarkan terangnya untuk semua orang. Tuhan sudah menyalurkan kasihNya kepada semua orang, dan karena itu jelaslah bahwa kita harus mempergunakan kemerdekaan kita sebagai kesempatan untuk mengasihi sesama kita agar nama Tuhan bisa makin dimuliakan di dunia.
“Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya. ” Roma 13: 1 – 2