“Segala jalan TUHAN adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya.” Mazmur 25: 10

Mazmur 25 adalah salah satu mazmur Daud yang terkenal. Mazmur ini adalah sebuah doa permintaan ampun dan perlindungan yang disampaikan Daud kepada Tuhan pada saat ia berusia lanjut, mungkin ketika ia mengalami pemberontakan putranya, Absalom. Dalam kesedihan dan kegundahannya, Daud teringat bahwa ia adalah manusia yang mempunyai berbagai cacat-cela dan dosa (ayat 7) dan sudah sepantasnya kalau Tuhan menghukum dia. Tetapi raja Daud juga percaya bahwa Tuhan adalah mahakasih, dan karena itu ia memohon agar Tuhan tetap mau menolong dia.
Apa yang dirasakan Daud pada waktu itu, mungkin sering dialami manusia manapun ketika mereka mengalami penderitaan atau persoalan besar. Mengapa ini harus terjadi pada diriku? Itulah pertanyaan yang sering muncul. Tetapi, jika orang sering merasa bahwa apa yang terjadi adalah sesuatu yang tidak adil, Daud tidaklah demikian. Daud merasa bahwa ia adalah orang yang berdosa, bahkan ia sudah merebut Batsyeba dan menyebabkan kematian suaminya, Uria. Ia sadar bahwa ia pernah sesat dalam hidupnya dan sekarang mempunyai banyak musuh yang ingin menghancurkannya. Dengan kerendahan hati, Daud memohon pertolongan Tuhan.
Sebenarnya, apa yang dialami Daud tidaklah jauh berbeda dengan apa yang kita alami dalam hidup sehari-hari. Kita mungkin mengalami berbagai kesulitan dan ingin agar Tuhan menolong kita. Tetapi, apa yang mungkin berbeda ialah bahwa kita seringkali menganggap bahwa pertolongan Tuhan dan hidup aman-tenteram itu sudah sepantasnya karena kita adalah umatNya. Jika kita baca dengan teliti dalam mazmur ini, Daud, raja yang dipilih Tuhan untuk mengambil bagian dalam rencana penyelamatanNya, tidak menggunakan statusnya untuk menuntut pertolongan Tuhan. Tetapi, ia dengan rendah hati mengakui kesesatannya dan meminta ampun kepada Tuhan. Daud sadar bahwa Tuhan adalah mahakuasa dan karena itu ia takut kepadaNya; tetapi Daud juga percaya bahwa Tuhan adalah mahakasih dan mau membimbing dia (ayat 9 – 12).
Daud lebih lanjut percaya bahwa ia akan menerima kebahagiaan dari Tuhan dalam setiap keadaan, karena Tuhan dekat kepada mereka yang takut akan Dia (ayat 13 – 14). Tuhan memang mengasihi semua orang, tetapi Ia akrab dengan orang-orang yang taat kepadaNya. Karena itu, Daud yang sudah terperangkap dalam kesulitan besar (ayat 15, kakinya sudah terperosok dalam jaring) tetap bisa berharap kepada Tuhan. Mata Daud hanya tertuju kepada Tuhan, bukan kepada orang-orang ataupun hal-hal yang ada di sekitarnya. Ia menjerit kepada Dia saja, yang bisa memberi pertolongan.
“Berpalinglah kepadaku dan kasihanilah aku, sebab aku sebatang kara dan tertindas. Lapangkanlah hatiku yang sesak dan keluarkanlah aku dari kesulitanku!” Mazmur 26: 16 – 17
Saat ini, ada banyak orang yang menderita karena dampak pandemi. Ada yang kehilangan pekerjaan, ada yang kehilangan sanak saudara, suami atau istri, atau pun orangtua. Kapan pandemi ini berakhir belumlah dapat dipastikan, sekalipun dapat diperkirakan bukan di tahun 2021. Sebagai manusia, kita merasa sedih dan kuatir. Seperti Daud, kaki kita terasa seperti sudah terperosok dalam jaring. Mengapa semua ini harus terjadi dalam hidup kita?
Apa yang dialami Daud bisa memberi pelajaran kepada kita bahwa karena dunia ini penuh dosa, siapapun bisa mengalami saat-saat yang berat. Mungkin itu akibat kekeliruan kita sendiri, tetapi bisa juga karena kesalahan orang lain. Mungkin juga, itu adalah pelajaran yang kita terima dari Tuhan. Bagaimana kita bisa tetap kuat bertahan? Mazmur 25 menyatakan bahwa kunci kemenangan adalah takut kepada Tuhan. Bagi orang yang mau mengakui kesalahan mereka, Tuhan mau mengampuni mereka. Tuhan yang mahakasih juga mau memberi pertolongan kepada mereka yang bergantung sepenuhnya kepada kemurahan dan bimbinganNya. Lebih dari itu, jika kita memohon agar ketulusan dan kejujuran tetap ada selama kita menantikan pertolongan Tuhan (ayat 21), Ia pasti membebaskan kita dari kesesakan kita pada waktunya.